Aku sedang memeriksa handphone tak lama kemudian mas Adam memberi sinyal. Ia tau handphoneku sedang aktif.
"Online terus.
"Mmm. Jawabku.
"Sibuk apa? Selidik mas Adam.
"Nggak ada. Jawabku biasa.
Aku menulis kalimat, belum sempat mas Adam membacanya sudah ku hapus dari chat.
"Ada apa. Tanya mas Adam.
"Nggak ada.
"Koq di hapus.
"Mmm kamu meridnya kapan? Tanyaku ragu.
"Kenapa kamu cemburu yaa. Goda mas Adam
Pernikahan hanyalah sebuah status. Jika kamu selalu ada untukku buat apa takut. Batinku menenangkan diri.
"Nggak. Aku Sedikit diam.
"Paling bulan depan. Jawab mas Adam.
Dengan mendadak kabar itu langsung ia beritahukan dengan tanpa persetujuanku.
Memang aku bukan siapa siapa. Pendapatku juga tidak ada gunanya.
"Sayang aku kangen dirimu.
"Masa. Godaku.
Mas Adam mengirimkan stiker2 lucu. Dengan memberanikan diri aku mengungkapkan perasaanku.
"Ayo kita buat anak. Pintaku dengan gila.
"Terus kalo jadi di apain.
"Yaa di rawatlah.
"Siapa yang akan rawat.
"Akulah. Jawabku menantang.
Ideku memang gila, segila itu aku mencintai mas Adam. Padahal aku sudah mempunyai Dinda
Aku ingin ada buah cinta antara aku dan mas Adam. Jika kita tak berjodoh biar aku yang membuat jodohku sendiri.
"Jika anak itu mirip denganku bagaimana. Goda mas Adam.
"Nggak lah pastilah mirip denganku.
Kami mulai berdebat, dan saling meledek.
Jika mas Adam ingin menikah tak apalah bagiku. Tapi anak pertamanya harus dariku. Aku baru sadar, bahwa aku ini orang yang tamak.
Kegilaanku semakin jadi. Entah mulai kapan aku jadi begini.
Tanpa ku sadari aku menepis keberadaan mas Gilang.
Padahal mas Gilang orang yang pendiam mungkin untuk sekian banyak orang banyak yang memimpikannya.
Memang terkadang menjadi orang baik saja tidak cukup. Dan aku sudah bosan menjadi orang baik. Pada kenyataannya orang baik pun tidak bisa di hargai oleh orang lain.
Ketika mas Gilang sedang tidak ada di rumah aku berencana bertemu mas Adam. Yang aku heran kenapa mas Adam selalu mengabulkan permintaanku. Dia seakan jin lampu yang bisa mengabulkan permintaan tuannya.
Dua jam mas Adam tiba di tempatku. Tanpa pikir panjang Aku menaiki mobilnya hingga kami sampai di suatu tempat.
Setiba di tempat peristirahatan mas Adam tampak begitu ramah sama seperti biasanya. Terhadap orang yang tidak di kenalpun ia selalu seperti itu. Apalagi denganku.
Orang seramah mas Adam pun bisa menjadi buas jika disampingku. Aku mulai bergerilya memegang tangan mas Adam. Dia tidak pernah
menolak malah sebaliknya dia menikmatinya.
Baik mas Adam atau mas Gilang selalu bernafsu saat jari jarinya berada di jariku. Apakah semua laki laki itu sudah menjadi candu.
Aku memeriksa handphone sudah menunjukkan jam satu siang. Aku bergegas membersihkan diri.
Aku minta mas Adam untuk mengantarkan ku pulang. Tapi dia hanya diam sepertinya tidak menghiraukan perkataanku. Atau hanya pura pura tidak mendengar.
Sementara aku ketakutan setengah mati, aku takut ketika mas Gilang pulang kerumah melihat aku tidak ada di sana. Akan timbul masalah besar, bisa bisa aku di gantung tanpa tali.
Aku terus merengek meminta mas Adam untuk mengantarkanku pulang.
"Ayo lah sayang kita balik yuk. Pintaku.
Mas Adam masih tiduran dan memainkan handphonenya.
Aku merampas handphonenya. Kemudian mencium bibirnya bertujuan untuk merayu. Sehingga mas Adam tidak bisa menolak ajakanku.
Setelah kami melepas rindu, mas Adam mengantarkanku pulang.
"I love you sayang. Kata mas Adam.
Aku hanya tersenyum, I love you apaan sebulan lagi dia juga akan menikah.
"Hati hati di jalan. Basa basiku.
Harusnya aku yang berhati hati jika ketahuan mas Gilang bisa hancur rumah tanggaku.
Ku percepat langkahku menuju ke rumah sesampai di rumah ada dinda yang sedang permainan. Aku langsung bertanya pada dinda.
"Apa ayah sudah pulang.
"Belum buk.
"Ahhhh. Aku menarik napas panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments