Mas Gilang adalah suamiku kami dulu menikah tanpa proses pacaran. Iya kami pacaran setelah menikah.
Sebulan menikah aku langsung hamil. menurutku proses yang sangat cepat. Tapi sungguh aku menikmatinya dengan bahagia.
Mas Gilang orang yang sederhana. Impian yang sederhana, hidup yang sederhana, pikirannya pun sederhana. Sederhana pula aku mencintainya.
Kehidupan kami biasa biasa saja. Dia bertanggung jawab tidak pernah selingkuh. Habis kerja pulang ke rumah tidak pernah kluyuran.
Tak pernah sekalipun ia menghina masakanku. Padahal menurutku masakanku tak pernah enak.
Apalagi dinda dia selalu memuji masakanku. Katanya masakanku adalah yang paling enak.
Mas Adam dan mas Gilang adalah dua sosok yang berbeda. Mereka bagaikan kutub utara dan kutub selatan. Apa yang di sukai mas Gilang justru mas Adam tidak suka. Sebaliknya apa yang tidak di sukai mas Gilang mas Adam malah sangat menyukainya.
"Ayah bangun sudah siang. Aku membangunkan suamiku. Sudah jam delapan lewat.
Suamiku bangun setelah itu aku pergi ke dapur dan dia kembali tidur lagi.
Sementara mas Adam setiap hari yang membangunku lewat handphone.
Kopi yang ku buatpun sudah mulai dingin. Aku meneruskan pekerjaanku di dapur. Setiap hari di dapur pekerjaan seakan tidak pernah habis.
Usahaku di rumah membuat keripik pisang yang ku kirim ke agen agen di pasar. Sementara mas Gilang seorang montir di bengkel yang kecil.
Mas Gilang selalu datang sesukanya karena bengkel itu milik sendiri.
Aku lebih senang menyibukkan diriku sendiri dari pada harus marah karena mas Gilang tidak bisa bangun pagi.
Tiba tiba saja mas Gilang memelukku dari belakang saat aku sedang menggoreng keripik pisang.
"Ayah ini malu sama dinda. Aku berusaha melepaskan tangannya.
Sementara mas Gilang mencium belakang telingaku. sehingga buluku seketika berdiri.
Aku berusaha menghindar takut dinda tiba tiba muncul aku tidak mau anak umur sembilan tahun itu melihat tingkah nakal ayahnya.
"Kopi ku mana. pinta suamiku.
"Tuh sudah dingin. Aku menunjuk ke arah meja.
Beberapa ceguk suamiku menikmati kopi hitam yang ku buat. Ia senang dengan kopi yang agak manis.
Sebelum ia berangkat kerja ia memberi pakan beberapa ayam dan bebek. Hanya belasan ayam dan belasan bebek yang ku punya. Aku tidak berniat untuk bertenak unggas. Hanya saja dinda sering minta daging untuk makan. Kalau aku tidak punya uang unggas itu aku konsumsi sendiri.
Setelah sarapan suamiku siap siap berangkat kerja. Dinda menyodorkan tangannya untuk mencium tangan ayahnya.
Mas Gilang mencium pipi dinda yang tembem kemudian menciumku juga. Ketika dinda menoleh aku membalas mencium bibir suamiku.
"Hati hati ayah cari uang yang banyak ya. Aku melambaikan tangan.
Aku sudah biasa bercanda seperti itu. Sementara suamiku hanya tersenyum. Dia memang tak banyak berkata. Jika mas Gilang ngomong satu kata saja aku sudah membalasnya dengan tiga kata.
Dasar aku ini.
Aku baru akan masuk ke dalam rumah tiba tiba mas Gilang muncul dengan sepeda maticnya.
"Loh koq balik apa ada yang ketinggalan. Tanyaku.
"Iya korek.
"Hanya korek aja rela putar balik ke rumah. Seharian ngga merokokpun manusia juga tidak bakalan mati. Batinku
Kemudian mas Gilang mencium bibirku membalas kenakalan ku tadi.
"Ayah. Teriakku
Mas Gilang langsung meluncur menaiki sepeda dan mengejekku.
"Ada apa buk. Tanya dinda.
"Nggak ada apa apa.
Aku hanya tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments
🌼EmeLBy🌼
nyimak
2021-08-22
1
susy collection
😎
2021-05-29
1