Semoga kalian semua di berikan kesehatan dan rejeki Lancar. Selalu patuhi protokol kesehatan dan pakai masker. TERIMA KASIH~
***
"Apa kau akhirnya menikahi pria yang kaya raya?" Tanya Zafran tiba-tiba membuat Laura yang sedang minum kemudian tersedak.
Zafran mengambil tisu di atas meja yang ada di dekatnya dan kemudian di berikan pada Laura.
"Terima kasih". Kata Laura canggung.
"Aku masih sendiri sampai hari ini." Laura gemetar, kemudian ia menyandarkan punggungnya pada sofa, menghela nafas dan mencoba mengeluarkan segala kecanggungan serta kegugupan dalam dirinya.
"Benarkah, masih sendiri? Bukannya kau meninggalkan ku, karena aku miskin dan kau ingin menikahi pria kaya pilihan orang tuamu." Kata Zafran kembali menekan, dengan nada mengejek.
"Zafran, aku tahu sekarang kau orang sukses, memiliki banyak perusahaan besar, memiliki karyawan yang banyak, mansion mewah, villa, apartmen, segalanya. Aku membacanya di majalah yang akhir-akhir ini banyak memberitakan tentang dirimu." Laura seakan ingin menekankan bahwa ia tahu Zafran pasti akan mengolok-oloknya.
"Dongeng tentang pria miskin yang mendadak menjadi Pria Miliarder kan?" Senyum Zafran kecut dan malas.
"Aku tidak pernah ragu kau akan sukses." Kata Laura menatap Zafran.
"Tapi orangtua mu meragukanku." Zafran menjawab cepat dengan sinis.
Laura mengalihkan tatapan matanya, dan itu membuat Zafran kesal. Pria itu menarik tangan Laura sedikit kasar, mengajak nya keluar menuju tempat yang lebih tenang, tanpa hingar bingar musik yang bising.
Zafran mencengkram pergelangan Laura, gadis itu kwalahan mengimbangi langkah kaki Zafran yang panjang, dan kini mereka ada di samping Aula.
"Katakan padaku Laura, apa orang tua mu akan menjebloskanku ke dalam penjara lagi jika mereka melihat kita bertemu dan berdekatan seperti ini?" Kata Zafran menyentuh pipi Laura dan menyibakkan helai rambut yang ada di wajah Laura.
"Masalah itu sudah lama Zafran, aku menolak perjodohan itu, dan memilih hidup sendiri, bekerja memenuhi segala kebutuhanku sendiri." Laura memalingkan wajah sendu nya ke arah lain.
"Tapi tidak cukup lama untuk bisa ku lupakan, rasa sakit itu masih sangat jelas! Bagaimana aku merasakan dinginnya jeruji besi itu! Apa aku kini sudah cukup kaya untuk bisa dekat denganmu... Laura?" Suara Zafran geram, ia semakin merasa kesal, setiap kali mengingat kedua orang tua Laura.
Zafran benar-benar ingin meluluh lantakkan harga diri Laura.
"Kau kaya atau miskin tidak menjadi masalah bagiku!" Protes Laura dengan perasaan jengah.
"Tapi itu sangat menjadi masalah untuk orang tuamu!" Zafran semakin mendekat kan tubuhnya pada Laura.
"Aku pergi." Kata Laura mendorong dada pria yang lebih tinggi darinya, memaksa Zafran agar melepaskannya.
Laura semakin terdesak dengan pertanyaan dan kalimat yang dilontarkan Zafran, membuatnya semakin tidak bisa seimbang, ia memutar tubuhnya dengan tergesa-gesa hingga tak sengaja bertabrakan dengan seorang pria.
"Hati-hati..." Kata pria itu.
Suara yang tak asing bagi Laura, dan benar saja ia adalah Luwis teman sekelasnya yang banyak di puja para gadis pada jamannya.
"Sepertinya kau tidak mabuk.... Laura." Kata Luwis sembari tersenyum.
"Aku hanya tidak hati-hati dan sembarangan memutar tubuhku, terima kasih." Laura melepaskan genggaman tangan Luwis dari lengannya, ia melangkah pergi masuk kembali ke dalam Aula, dan duduk di sofa meminum segelas coktail.
"Laura apa kau baik-baik saja?" Kata Kate saat menghampiri Laura yang terlihat kesal.
"Tidak, aku hanya sedikit pusing." Kata Laura sembari memegang kepalanya.
"Apa kau mau istirahat? Atau bagaimana?" Kate merasa khawatir ia memijit bahu Laura.
"Aku akan pulang, aku lelah." Laura sudah tidak tahan berada di keramaian, perasaannya seolah tidak berada disana, pikirannya terbang melayang entah kemana.
"Pulang? Acaranya bahkan belum mulai. Tapi.... Baiklah, istirahatlah dirumah, berikan nomor ponselmu dan alamat rumahmu aku akan datang setelah acara Pesta Ulang Tahun Sarah selesai." Kata Kate sembari mengambil ponsel nya.
"Sampaikan salamku pada Sarah." Kata Laura lemah.
"Iya, berhati-hatilah di jalan." Jawab Kate mencemaskan sahabatnya.
Laura berjalan sedikit terhuyung, ia membuka pintu mobil dengan sedikit lemah.
"Aku akan antar kau pulang." Kata seorang pria di belakangnya.
"Tidak aku bisa sendiri, terimakasih."
"Jangan keras kepala." Pria itu kemudian mengambil paksa kunci mobil Laura.
"Apa yang kau mau Zafran!" Teriak Laura, hingga pecahlah air matanya.
"Apa kau masih belum puas mengolok-olok ku? Apa disepanjang jalan kau ingin menghinaku seperti tadi?" Laura bersandar pada mobilnya.
"Apa kau benar-benar seorang pria? Kau membuat seorang wanita menangis dan berteriak seperti itu?" Terdengar suara Luwis datang dari belakang.
"Aku bahkan belum sempat berbicara dengan Laura." Senyum Luwis menyeringai terlihat mengejek.
Dua lelaki yang dari dulu selalu bertengkar, kini saling berhadapan kembali setelah sepuluh tahun lamanya mereka tak pernah saling sapa.
"Ini kunci mobilmu Laura." Kata Luwis yang sempat menyambar kasar kunci Laura dari tangan Zafran.
"Aku yang akan mengantarmu pulang, kau terlihat sedikit mabuk, apa kau tadi minum?"
"Yah, sedikit coktail, seharusnya tidak mabuk, tapi aku tidak pernah minum." Laura memegangi dahinya dengan telapak tangannya.
"Persetan dengan kalian." Umpat Zafran dan meninggalkan tempat itu.
Akhirnya Luwis mengantar Laura pulang, dalam perjalanan Laura hanya memejamkan matanya, pikirannya melayang mengingat bait demi bait dan rangkaian kejadian saat bersama Zafran.
Pria itu sepertinya masih sangat sakit hati dan memiliki dendam dengan Laura, hingga setiap ucapan yang keluar bagi Laura hanyalah pisau yang dilemparkan kehatinya.
Maps menunjukkan mobil mereka telah sampai ditujuan, mobil kemudian berhenti di sebuah apartmen sederhana, membuat Laura membuka mata, dengan sigap Luwis keluar lebih dulu dari mobil dan membukakan pintu untuk Laura.
"Terima kasih Luwis, sudah mengantarku pulang, sampai disini saja, aku bisa masuk sendiri." Kata Laura lemah.
"Kau tinggal sendiri di apartmen ini?" Tanya Luwis sembari mendongakkan kepalanya keatas mengamati apartmen Laura yang kecil dan tidak terlalu mewah.
"Sudah beberapa tahun lamanya." Jawab Laura.
"Maaf karena sudah berada diantara kalian, aku hanya tidak nyaman Zafran terus memojokkanmu."
"Bukan salahnya, semua adalah salahku. Sudahlah aku tidak ingin membahasnya." Kata Laura.
"Yah, setidak nya kali ini aku bisa menang darinya." Luwis meremas tengkuknya.
"Menang?" Laura tidak mengerti.
"Ya, dia selalu menang mendapatkanmu, mengantarmu pulang, jalan denganmu, makan berdua denganmu, sekarang aku tau bagaimana rasanya mengantarmu pulang." Kata Luwis sembari memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
"Baiklah, aku masuk. Terima kasih Luwis." Laura masuk menaiki lift, dan Luwis mulai pergi meninggalkan tempat itu, ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.
"Jemput aku..." Kalimat Luwis singkat dan tegas, ia kemudian menutup ponselnya, menunggu di pinggir jalan yang sepi.
Tak berapa lama mobil mewah datang menjemputnya, seorang sopir keluar dan membukakan pintu untuk Luwis.
Di dalam perjalanan pikiran pria itu terus saja melayang mengingat bagaimana ia bisa merebut Laura dari Zafran. Sesekali ia tersenyum klise, ujung bibirnya terangkat.
Sopir yang mengamati dari balik kaca kemudi sedikit heran karena ia tak pernah melihat bos nya tersenyum seperti itu.
Luwis sudah sangat lama menyukai Laura, namun ia tidak pernah berani mengutarakannya, Zafran selalu ada di sisi Laura saat mereka berada di bangku sekolah dan itu membuat Luwis tidak pernah bisa mendekati Laura.
.
.
.
~Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Sandisalbiah
sebenarya dr bab 1 udah mau coment tp kok ta telat banget bacanya.. 😅😅izin baca thor...
2023-08-03
0
Lovely
Mantan yg Terindah 😍💋
2022-06-08
0
🐊⃝⃟ Queen K 🐨 코알라
Zafran or Luwis yaa 🤔🤔🤔
2022-01-16
0