Semoga kalian semua di berikan kesehatan dan rejeki Lancar. Selalu patuhi protokol kesehatan dan pakai masker. TERIMA KASIH~
***
Laura pergi ke kantornya dengan tergesa-gesa seperti orang yang sedang di kejar oleh sekelompok berandalan, ia ketakutan, karena ini pertama kalinya dalam lima tahun bekerja ia terlambat.
Apalagi hari ini, pertama kalinya perusahaan mengadakan rapat gabungan semua divisi dan dipimpin oleh pemilik perusahaan Hitz langsung yang tidak pernah di ketahui wujud serta namanya bahkan di media sosial.
Dengan gegabah, dan lelah, nafas yang tersengol, serta muka nya yang pucat karena kehausan di bawah terik matahari Laura berlari dengan sekuat tenaga.
Sesampainya di perusahaan, ia langsung menuju ruang rapat dimana semua sudah berkumpul disana, gadis itu membuka pintu ruangan rapat, membuat semua orang yang sedang duduk berpaling melihat kearah pada seorang gadis yang membuka pintu, ia adalah Laura. Berpasang-pasang mata menatap tajam.
"Apa kau mau berdiri disana saja atau duduk dan mengikuti rapat?" Kata seorang pria yang duduk di kursi kebesarannya.
Laura mengenal betul suara itu, sontak keterkejutannya menjadi sangat memusingkan kepalanya, namun dengan penuh kesopanan ia menjawab.
"Baik maafkan saya tuan." Laura menundukkan kepalanya dan berlari menuju kursi kosong yang terletak di deret paling belakang. Gadis itu terkejut mengingat selama ini atasannya ternyata adalah Zafran.
"Cepat sekali belajar, tadi pagi dirumah kau menuduh ku seenak perutmu sekarang kau panggil aku tuan." Gumam pria itu pada dirinya sendiri sambil tersenyum kesal.
"Ada apa Tuan apakah penjelasan dan proposal saya ada yang salah?" Tanya manager yang sedang menerangkan di depan monitor besar, karena ia sekilas mendengar bos nya berbicara.
"Suruh gadis yang tadi terlambat, pindah duduk di samping." Perintah pria itu lagi.
"Hah?! Ba-baik Tuan Zafran." Dengan sedikit kebingungan sang manager berbicara dengan lantang di depan semua pegawai, dan menyuruh Laura untuk pindah duduk di samping Zafran. Membuat semua orang saling berbisik.
"Lanjutkan rapatnya, jika ada yang ingin bergosip silahkan keluar dari ruangan ini dan perusahaan ini."
Kata Zafran dengan tegas.
Manager itu kembali menjelaskan proposalnya di depan monitor besar, sedangkan Zafran tidak sedikitpun melepaskan pandangan matanya dari Laura, membuat gadis itu sedikit risih dan melotot pada Zafran agar tidak memandanginya seperti itu.
"Kau sarapan apa tadi pagi?" Tanya Zafran pada Laura.
Mendengar atasan mereka justru membahas sarapan membuat semua orang beradu pandang dengan ekor mata mereka.
"Aku tidak sempat." Bisik Laura dan masih fokus menulis tanpa menoleh sedikitpun pada Zafran.
"Aku sudah katakan pada pelayan agar kau sarapan lebih dulu sebelum kau berangkat kerja, apa mereka tidak mengatakan itu padamu?"
"Aku memang tidak ingin sarapan, tidak ada waktu dan lihatlah aku terlambat datang ke kantor." Sahut Laura masih dengan berbisik.
"Apa pekerjaan ini sepenting itu hingga melewatkan sarapan? Lalu kenapa kau bicara dengan berbisik?" Zafran mulai kesal.
Laura mendesahkan nafasnya pelan, Laura yang sensitif tahu betul semua anggota rapat sedang memperhatikannya.
"Laura apa kau mendengarkanku?" Tanya Zafran sembari menendang kaki kursi Laura dengan perlahan.
"Iya, saya dengar Tuan Zafran." Jawab Laura berbisik geram, namun pandangan tidak sekalipun melihat pada Zafran, ia hanya melirik ketus.
Sikap Laura membuat Zafran kesal, ia bergerak mendekatkan tubuhnya berbicara ke telinga gadis itu.
"Kenapa kau tidak sarapan?"
Suara Zafran di telinga Laura membuat gadis itu terkejut, dengan reflek ia sedikit berteriak.
"ZAFRAN!!!"
Seketika ruangan menjadi sunyi, semua mata tertuju pada Laura betapa berani nya gadis itu berteriak bahkan memanggil nama pemilik perusahaan Hitz.
"Rapat selesai kalian boleh kembali bekerja di divisi masing-masing." Perintah Zafran.
Saat Laura mengemasi buku-bukunya dengan kesal dan kasar, Zafran menahan tangan gadis itu.
"Kau mau kemana, kita belum selesai."
Pria itu menggandeng Laura keluar dari ruangan, dan berjalan sedikit lebih cepat membuat Laura kuwalahan mengimbangi langkah kaki Zafran.
Diam-diam Laura mengamati Zafran dari belakang, dalam hatinya, pria yang pernah sangat ia cintai 10 tahun lalu semakin berkharisma, dengan setelan jas mahal, tingginya yang kira-kira 190cm dengan tubuh ideal dan berotot, kulit putih bersihnya pasti membuatnya semakin terlihat seksi di mata para wanita.
Ternyata Zafran mengajak Laura ke kantin untuk sarapan, memaksa gadis itu memakan semua yang telah Zafran minta siapkan pada koki pribadinya. Pria itu melihat Laura yang sedang memakan makanannya dengan ekspresi sedikit kesal.
Laura memakan dan melahap semua makanan yang ada di depannya, karena sepuluh menit yang lalu Zafran dengan menggunakan otoritas kekuasaannya memaksanya untuk sarapan, jika ia menolak maka Zafran akan memecatnya.
"Kau semakin cantik Laura."
"Terima kasih." Jawab Laura asal.
"Jangan membuat canggung, aku benar-benar tulus mengatakan bahwa kau semakin cantik." Kata Zafran kesal.
"Kau tahu, kau sangat cantik dan selalu cantik, tapi setelah 10tahun berlalu kau semakin cantik, aku benar-benar kesal melihatmu berkencan dengan pria brengsek itu."
"Bisakah kau jangan memanggilnya seperti itu, dia punya nama." Kata Laura mengelap mulutnya dan meminum jus jeruk.
Zafran melemparkan ponsel mahalnya di atas meja, membuat Laura terkejut dengan bunyi ponsel yang tergeletak kasar, gadis itu kemudian mengernyitkan alis tanda tak mengerti.
"Bacalah, kau akan mengerti."
Laura membaca artikel yang sudah terbuka di ponsel mahal Zafran dengan terkejut gadis itu menutup mulutnya tak mempercayai berita itu.
"Astaga, apakah ini benar? 18 wanita menjadi korban, 3 orang diantaranya adalah gadis dibawah umur?!! Benar-benar brengsek!!!"
"Pria brengsek itu, aahh... Maksud ku adalah Erick sudah mendekam di penjara, itulah ganjaran yang harus dia terima karena telah membuat mu mabuk dan memiliki rencana untuk menjadikanmu korban berikutnya"
"Apa kau yang telah melaporkannya?" Tanya Laura.
"Bukan aku, tapi orang-orang ku yang mengurusnya." Zafran menjelaskan, ia duduk santai dengan melipat kedua tangannya.
"Aku kira aku sudah salah paham padamu ..." Kalimat Laura lemah.
"Aku tahu, sudahlah jangan bahas ini lagi, membuatku kesal dan ingin meremukkan semua tulang sendinya. Bagaimana kabar orangtua mu sekarang?" Zafran bertanya dengan canggung.
"Entahlah mungkin mereka sedang mengurus penginapan atau sedang berkebun di belakang
penginapan, sudah 8 tahun lebih kami tidak saling memberikan kabar." Laura memainkan sedotan dan memutar mutar nya di dalam gelas.
"Laura... Apa kau tahu bagaimana keadaanku setelah perpisahan kita?" Kata Zafran tiba-tiba.
"Aku tidak punya pilihan Zafran, orang tua ku mengurungku, aku tidak bisa berbuat apa-apa."
"Umur kita waktu itu sudah 19tahun. Pada umur itu kita memiliki hak atas diri kita sendiri. Kau punya pilihan Laura, tapi kau tidak berani mengambil keputusan sedikit lebih berani." Kata Zafran.
"Tidak Zafran, kau tidak tahu situasi ku saat itu!!!" Laura berteriak membuat beberapa karyawan pantry penasaran dan mencuri curi pandang, namun pandangan mereka di tebas dengan garang oleh tatapan Zafran yang tajam.
Selama beberapa menit mereka saling terdiam, hening, kata-kata itu berkumandang di benak mereka masing-masing.
"Saat itu kita masih seorang anak yang labil dan kita masih memikirkan ego masing-masing, tidak memikirkan imbas dari tindakan kita." Kalimat Laura memecah keheningan, ia mencari alasan, dan ingin dengan cepat mengakhiri perdebatannya dengan Zafran.
"Sangat tidak relevan jika umur 19 tahun kau sebut anak labil Laura, saat itu kita sama-sama tahu apa yang kita mau dan kita saling mencintai Laura, kita memiliki komitmen untuk hidup bersama, kita sudah bicarakan dengan serius imbas apa yang akan kita dapat dari keputusan kawin lari."
Kalimat Zafran membuat Laura kembali merasakan kegelisahan yang bergumpal dalam perutnya, terasa sangat tidak nyaman, bahkan ia menggigil frustasi dengan segala kalimat Zafran yang terus menyudutkannya, Zafran benar-benar di butakan oleh pandangan dan pemikirannya sendiri tanpa melihat bagaimana Laura pun juga berjuang.
"Perlu kau tahu juga Zafran, aku pun sudah berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan hubungan kita, aku sudah sangat berusaha hingga kau pun tidak bisa membayangkan bagaimana keadaanku saat itu, bahkan aku sangat depresi, segala cara sudah ku lakukan."
Bukan hanya Zafran yang merasakan imbas dari perpisahan tragis itu, Laura pun juga berjuang mati-matian agar tetap bisa bangkit dari keterpurukan.
Bersambung~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Indri Ani40
seru👌👌👌👌
2022-09-13
0
Lovely
Urus urusan ego n sakit hati, tapi pd dsr-nya tetap saling Cinta 💋
2022-06-08
0
🐊⃝⃟ Queen K 🐨 코알라
Serba salah yaa sama Laura... Coz Zafra udah nething duluan sama dia juga udah salah paham juga ga tau gimana dulu berontak dan bertahan sampai skrg 🥺
2022-01-16
0