Episode 4

Lily yang ketakutan berusaha untuk berenang ke daratan. Namun apa daya karena dia tak bisa berenang, semakin dia bergerak semakin dalam ia tenggelam. Sesak dadanya membuat mulutnya terbuka, dan rongganya kemasukan air.

Lily berpikir bahwa mungkin dia akan mati saat itu juga. Namun sebuah cahaya mendekatinya dari kejauhan, sosok yang bercahaya itu mendekatinya dengan ragu. Duyung itu terlihat lebih mengagumkan saat di dalam kegelapan sungai.

Makhluk itu menjulurkan kedua tangannya ke arah Lily, tiba-tiba air di sekitar Lily bergerak dan menyurut.

Lily terbatuk-batuk saat akhirnya dia menemukan udara. Tubuh Lily di kelilingi seperti sebuah balon udara di dalam air. “kau baik-baik saja?”, sebuah suara dengan intonasi yang aneh membuat lily merinding.

Dia melihat makhluk itu mendekat dan menatap Lily dari balik balon udara. “Nak..”, duyung itu memanggil Lily. “Matamu buram, apakah kau sedang putus asa?”. Makhluk indah itu bertanya dengan suara seperti  suara ikan paus.

Lily terdiam, mulutnya membeku. Makhluk itu menatap mata Lily, mata sang duyung menyala mengeluarkan sinar yang cukup silau. Lily terpaku kaget.

“kauu..”, suara duyung itu meneruskan obrolannya. Pandangan

Lily kabur karena melihat cahaya silau yang kemudian padam.

“berputus asa karena keluargamu sedang sekarat..?”, duyung itu berucap sambil berenang mengelilingi Lily.

“ternyata keluargamu adalah keturunan dari keluarga yang mendapat kutukan dari bangsaku”, jelas duyung itu setelah membaca pikiran Lily.

“nenek moyang mereka membunuh ratu kami yang terdahulu karena kaget saat melihatnya”, sambung duyung itu.

“Namun sudah ratusan tahun berlalu, mereka pasti bahkan tak tahu mengapa mereka harus bertahan hidup dengan memakan jantung Jattar yang ganas itu”, ungkap duyung itu.

Mata Lily kini bisa melihat dengan jelas setelah beberapa waktu dia hanya bisa mendengarkan. Lily kaget saat melihat sang duyung berada di depan matanya.

“Mereka bahkan mungkin tak tahu cara melepas kutukannya, padahal dalam kutukannya di jelaskan bahwa kutukan itu bisa di angkat jika waktu sudah berlalu tiga ratus tahun dari tragedi itu”, mata Lily berbinar mendengar penjelasan duyung itu.

Wajah sang duyung menyeringai membuat Lily merinding, lalu sang duyung mendekatkan mulutnya ke telinga Lily dan membisikkan sesuatu. Dan kemudian semua menjadi gelap.

Saat sadar Lily sudah tergeletak di sisi samping tendanya. Sinar matahari pagi menyorotinya,dia mencari lubang di permukaan sungai, namun tak ada lubang sedikit pun.

Lily berlari sekuat tenaga ke arah pemukiman. Dia terjatuh beberapa kali, namun tetap bangkit dan terus berlari lagi. Saat sampai di rumahnya, dia masuk dengan terengah-engah. Dia melihat Nyonya Mona sedang memasak sedangkan tuan Barack dan Fredrick duduk di meja makan.

“nyonya Mona..?”, panggil Lily. Namun mereka tak ada yang bergeming.

“tuan..”, suara Lily mulai ketir.

Namun tetap tak ada respon, seolah-olah mereka tak melihat Lily.

“Fredrick!”, ucap lily sambil mendekati mereka.

Lily menyadari kalau tuan Barack dan Fredrick melamun memandangi sebuah mutiara seukuran kelereng.

Lily menoleh ke arah nyonya Mona yang terdengar berisak. Nyonya Mona berbalik, dia menyuguhkan sebuah hidangan sambil terurai air mata. Lily mematung mencoba memahami keadaan. Dia teringat hal yang dibisikan sang duyung, bahwa dia bisa mengangkat kutukan orang-orang jika dia mau menyerahkan jiwanya untuk menjadi pengganti sang ratu yang tewas.

Saat mendengar hal itu dia meminta untuk memastikan sendiri apakah benar keluarganya dan orang-orang yang lain hidup dan terlepas dari kutukan. Namun sang duyung bilang, dia tak bisa datang ke pemukiman dengan tubuhnya, dia hanya bisa pergi dengan jiwanya saja.

Setelah menyetujui hal itu, sang duyung mengeluarkan cahaya berwarna hijau dan tak lama datang rombongan duyung lain. Jumlahnya sangat banyak mengelilingi Lily dari segala arah.

Sesaat setelah cahaya hijau itu menjadi normal kembali, dahi sang duyung mengeluarkan sebuah aksara yang tak bisa dipahami oleh Lily, tulisan itu seolah ditulis dengan cahaya biru yang indah. Tak lama semua duyung yang ada melakukan hal yang sama. Mereka menutup mata dan mencuat sebuah aksara dari cahaya biru di dahi mereka.

Lily mendadak merasa sesak di tengah kerumunan duyung yang menutup mata, jiwanya seolah ditarik oleh sesuatu. Gelembung yang memberinya udara kini pecah dan hilang, Lily menahan nafasnya, namun ia melihat tubuhnya terangkat oleh gelombang air dan mengambang menuju permukaan. Dia mengernyit karena dia melihat tubuhnya sendiri menjauh darinya.

Dia menyadari kalau jiwanya kini sudah terpisah dari tubuhnya. Setelah beberapa saat, para duyung itu pergi ke arah mereka awalnya berasal. Sedangkan sang duyung yang sedari awal bersamanya mendekat.

“Kau punya waktu selama sepuluh hari sebelum jiwamu berubah menjadi bangsa kami, orang-orang mungkin akan menyadari pengorbananmu karena kejadian ini akan mereka saksikan saat pelepasan kutukan berlangsung di dalam mimpi mereka”, jelas sang duyung yang kemudian pergi meninggalkan Lily.

Dan semuanya menjadi gelap sebelum dia tersadar di tepat di tempat di temukan jasadnya oleh keluarga Barack, yang berlari mendatangi jasadnya sesudah mereka tersadar dari mimpi dan kutukannya di angkat.

Kini Lily memandangi keluarga Barack yang berkumpul menyantap hidangan sambil memandangi sebuah mutiara yang tersangkut di baju jasadnya sambil termenung. Lily memandangi mereka sedangkan jiwanya mulai memuai dan menghilang dari daratan. Kembali tenggelam ke perairan luas dan menjadi seorang penjaga menggantikan sang ratu duyung yang dahulu mati terbunuh.

Lily terduduk di sebuah singgasana dan menerima sebuah kitab dari seorang duyung. Hal itu di saksikan oleh ribuan duyung yang berkumpul. Hal ini membuat sungai itu bercahaya bahkan dari permukaan. Saat menggenggam kitab itu jiwa Lily mulai berubah menjadi seekor duyung, dan sebuah mahkota tertanam di atas kepalanya menyatu dengan daging seperti sebuah tulang yang mencuat. Tubuhnya memancarkan cahaya terang yang menyeruak ke segala arah.

Hal itu membuat sungai yang membeku mulai mencair, hutan es pun kini mencair. Desa yang membeku itu kini menjadi hangat. Penghalang aliran sungai menuju lautan terbuka. Kini bangsa duyung yang terkurung di sungai itu karena sang ratu musnah, bisa keluar dan menjelajahi samudra lagi.

Setelah tiga tahun berlalu. Keluarga Barack yang setiap minggu datang ke sungai dan menaiki sebuah perahu, mengelilingi perairan melepas sedikit rindu. Berharap mereka bisa melihat Lily dan melihatnya baik-baik saja.

Namun tentu saja itu tak akan terjadi karena Lily tinggal di dasar palung samudra yang sangat jauh dari sungai. Namun suatu ketika mereka melihat seekor ikan air tawar mendekati mereka, ikan itu tak bersisik dan badannya bertuliskan suatu tulisan dari semburat cahaya biru.

Mereka tersenyum bahagia melihat tulisan di ikan itu sebelum akhirnya tulisannya hilang dan ikan itu pergi.

“Aku mencintai kalian dan juga ibuku”, begitulah pesan yang tertulis di tubuh ikan itu.

TAMAT..

Episodes

Download

Like this story? Download the app to keep your reading history.
Download

Bonus

New users downloading the APP can read 10 episodes for free

Receive
NovelToon
Step Into A Different WORLD!
Download NovelToon APP on App Store and Google Play