Sedangkan penombak terus menghantam ikan itu dengan tombaknya. Darah segar tercecer ke mana-mana. beberapa orang terhantam es yang terkibas ekor ikan, setelah beberapa lama, ikan itu dapat dilumpuhkan. Ikan tersebut mereka namai Jattar.
Tapi pemandangannya sangat mengerikan. Darah Jattar yang tumpah ke semua tempat seperti badai darah, tapi yang paling mengerikan adalah ada lima orang yang tewas dalam perburuan.
Fredrick menjelaskan bahwa hal tersebut sudah biasa setiap kali berburu, biasanya bisa sampai 10 orang yang tewas, karena itulah mereka berburu tiga bulan sekali. Mereka tidak bisa tidak berburu karena suku ini terhubung dengan ikan tersebut, mereka harus mengonsumsi jantung ikan tersebut setidaknya satu kali dalam satu tahun, karena kalau tidak mereka akan lumpuh dan akhirnya mati.
Setelah hampir 12 tahun, Lily kini tumbuh menjadi wanita yang manis. Namun hal yang menjadi penderitaannya adalah, keluarga Barack mengalami kelumpuhan yang cukup mengerikan, bukan hanya keluarga Barack, tapi hampir semua anggota suku mengalami hal ini.
Hal ini terjadi karena terjadi kecelakaan besar saat perburuan, di mana setengah dari anggota tewas dan menyisakan sebagian kecil. Akibat itulah perburuan yang terakhir kali mengalami kegagalan. Mereka tak bisa melumpuhkan jattar itu dan hanya bisa mundur karena bahaya dari makhluk tersebut tidak sebanding dengan pertahanan yang ada.
Lily memandangi wajah nyonya Mona yang terlihat sangat pucat, badannya lumpuh dan pandangannya hanya melihat kesatu titik tanpa bisa bergeming. Lengan Lily menyeka wajah itu dengan sebuah lap hangat, dia merawat keluarga itu sebisanya.
Terkadang dia pergi untuk ikut berburu dengan orang-orang yang tersisa, namun setiap kali pemburuan dia harus melihat seseorang meninggal.
Rasa frustasi menyarang di hatinya, perasaannya hancur melihat keluarga angkatnya tak berdaya.
Di suatu hari, Lily pergi menemui 9 orang dari sisa anggota yang masih bisa hidup walau kekuatan mereka melemah. Mereka pergi menyusuri sungai es yang memiliki lubang cukup banyak, itu karena akhir-akhir ini mereka mencoba berburu hampir setiap hari. Seseorang berjongkok dan menutupi matanya dan mulai menangis karena rasa frustasi yang teramat sangat.
Semua orang terdiam, mereka terlihat mengerti apa yang di rasakan perempuan paruh baya itu. Kemungkinan kegagalan mungkin adalah 100%, karena 7 dari 10 orang kelompok adalah perempuan termasuk Lily.
Suasana hening menyelimuti sore yang hampir gelap, rombongan memutuskan untuk kembali pulang, sedangkan Lily mematung di tengah sungai, terdiam dengan air mata yang membasahi pipinya. Dia teringat kepergian ibunya dahulu, dan dia membayangkan bagaimana jadinya jika keluarga barunya juga pergi.
Hingga malam tiba dia mematung di tengah sungai, berharap muncul Jattar yang berukuran kecil dan dengan ajaib dia bisa melumpuhkannya, kemudian menyuapi keluarga Barack dan beberapa tetangga dengan jantung Jattar. Tentu saja itu adalah hal yang mustahil. Tapi dia lebih memilih untuk diam di tempat itu dengan harapan seperti itu, dari pada pulang dan melihat ketiga orang terkasihnya terbaring, dan jika dalam perkiraan masa hidup, hanya tinggal seminggu lagi mereka akan meninggal.
Lily menjulurkan tangannya ke perapian yang ia buat, setelah beberapa saat dia membangun tenda sebelum matahari benar-benar padam. Lubang-lubang di beberapa tempat permukaan sungai mulai kembali membeku. Matahari yang semalam bersembunyi kini datang menyapanya lagi, seolah semuanya sia-sia bahkan sampai bulan kembali mengusir cahaya surya pun Lily hanya bisa mematung dan sesekali memecahkan salah satu dari lubang yang mulai membeku.
Dia hanya fokus pada satu lubang itu dan mencegah lubang itu mengeras, karena akan sulit untuk membuat lubang baru sendirian.
Hingga kini sudah sekitar empat hari dia berdiam diri, dia merasa bahwa lebih baik dia tetap di tempat itu dari pada harus melihat keluarganya sekarat. Matahari yang berpamitan dengan sinar jingga yang memancar, menyampaikan pesan bahwa malam segera datang, dan hari akan segera berlalu.
Di tengah malam yang gulita, Lily terduduk menghadap perapian. Tangisnya pecah tak terbendung lagi, namun sebuah suara membuatnya terdiam. Suara cipratan air dari arah lubang yang ia jaga berhari-hari. Lily mengambil tombaknya dan perlahan mendekati lubang. Dia melihat sebuah cahaya dari dalam sungai. Lily terpaku dan menggenggam tombaknya erat.
Dia kaget saat melihat makhluk seperti manusia keluar dari lubang itu, makhluk yang memiliki ekor ikan itu duduk di pinggiran lubang. Karena tak menyadari kehadiran Lily makhluk yang seperti putri duyung itu dengan santainya mengibas-ngibas ekornya sambil tertawa. Tubuhnya menyala sedang rambut berwarna silver tergerai panjang dari kepalanya.
Mata Lily terkagum melihat keindahan makhluk itu. Lily mendekatinya perlahan, suara sepatunya terdengar jelas beradu dengan permukaan sungai yang membeku. Makhluk itu memutar pandangannya dan kaget melihat Lily di belakangnya. Dia melompat ke air karena terkejut. Lily yang ikut terkejut karena reaksi duyung itu terpeleset dan ikut tercebur ke sungai.
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Comments