Hidupku mungkin terdengar seperti dongeng absurd, penuh perlindungan berlebihan dari seorang ayah yang terlalu mencintaiku. Tapi bagiku, semua itu adalah kenyataan realitas yang kutapaki sejak aku lahir.
Aku adalah satu-satunya putri dari Ace Avana, seorang pengusaha publik yang dielu-elukan sebagai sosok dermawan, pemimpin sejumlah perusahaan besar. Tapi di balik wajah ramah yang dikenalnya masyarakat, ada sosok iblis yang disegani di dunia gelap dunia mafia. Identitas aslinya disembunyikan dengan cermat, dan hanya sedikit yang tahu bahwa pria murah senyum itu menyimpan ratusan rahasia kelam.
Aku tumbuh tanpa tahu apa-apa, hingga di usiaku yang ke-17, rahasia itu terbongkar. Aku anak seorang mafia. Dunia yang kutahu runtuh seketika, dan butuh dua tahun bagiku untuk menerima dan menstabilkan emosiku.
Namun setelah itu, semuanya kembali berjalan seperti semula. Bedanya, jumlah pengawalku bertambah drastis. Aktivitasku dibatasi, ruang gerakku dikekang. Sampai akhirnya aku memberontak dan ayah menyerah. Ia hanya menyisakan satu orang untuk menjagaku.
Dia adalah Fareed Jaian. Seorang pria dingin, penuh misteri. Awalnya, aku menganggapnya hanya seorang bodyguard biasa. Tapi lambat laun, ada sesuatu dalam dirinya yang membangkitkan rasa penasaran... dan ketertarikan.
Aku melanjutkan kuliahku di Venesia, Italia, ditemani dua sahabat luar negeriku Tanisha dari Thailand dan Zarina dari Kanada. Kami bertiga sangat dekat, sampai suatu hari, mereka mulai memperhatikan pria yang selalu menemaniku diam-diam.
“Pengawalmu tampan juga,” goda Zarina. Tapi aku tidak tertawa. Sesuatu di hatiku mengganggu.
Hari itu kami pergi ke sebuah kafe yang ternyata terletak persis di samping bar. Awalnya aku ragu, tapi suasananya terasa menyenangkan. Sampai Fareed menghilang dari pandanganku.
Segalanya menjadi kacau. Seseorang mencoba mengikutiku. Tepat ketika ketakutan merayap naik, Fareed muncul, wajahnya gelap namun tatapannya penuh amarah.
“Putri kecilku... selalu bikin aku khawatir,” katanya lirih, lalu menggandengku dengan lembut.
Kami pergi ke tempat persembunyian. Di sanalah aku menyadari bahwa tempat itu terasa... familiar. Tapi aku tak tahu kenapa.
Dan kemudian malam itu datang. Aku mendengar Fareed mengigau dalam tidur. “Ibu… jangan tinggalkan aku…”
Aku merawat lukanya, menemaninya sepanjang malam. Saat itu, aku tahu di balik wajah tanpa ekspresi itu, ada luka yang belum sembuh.
Esok paginya, aku terbangun di sampingnya. Tatapannya hangat.
“Selamat pagi, putri kecilku.”
Aku panik dan segera kabur ke kamar. Tapi sejak hari itu, semuanya berubah. Aku mulai merasa nyaman bersamanya. Bahkan mungkin… jatuh cinta?
Namun tidak semua orang senang dengan kedekatan kami. Zarina mulai menjauh, tatapannya berubah tajam setiap kali Fareed mendekat. Saat ia tahu aku dan Fareed semakin dekat, kecemburuan berubah jadi kebencian.
Suatu hari saat kelas olahraga, Zarina dengan sengaja menjatuhkanku hingga aku terluka. Tapi yang lebih mengejutkan, tak lama setelah itu, dia ditemukan tak sadarkan diri dan penuh luka.
Aku mulai curiga. Tapi ketika kutelusuri, semua jejak mengarah pada satu kebenaran mengejutkan: yang membuat Zarina terjerat masalah... adalah Fareed dan Alex, dokter kampusku yang ternyata juga... teman masa kecilku.
Hari itu, ayahku marah besar dan memindahkanku ke kota lain. Aku kehilangan kontak dengan Fareed.
Tapi aku tak menyerah. Aku kembali ke Venesia diam-diam, mencari jawaban. Di sanalah aku mengetahui kenyataan paling gila dalam hidupku.
Fareed bukan hanya pengawal biasa.
Ia adalah putra dari sahabat lama ayahku dua orang yang dulu membangun kerajaan mafia bersama. Namun, ayah Fareed ternyata mengkhianati ayahku. Demi menjaga kehormatan keluarga sahabatnya, ayahku memilih diam... dan menerima cap pengkhianat.
Fareed tumbuh dengan dendam, mengira ayahku penyebab kehancuran keluarganya. Rencana balas dendamnya dimulai dariku.
Tapi yang tak ia duga... dia jatuh cinta.
Ia jatuh cinta pada putri dari orang yang ia benci.
Di sanalah semuanya pecah. Dendam dan cinta berseteru dalam dirinya. Obsesinya padaku menjadi semakin ekstrem. Ia melindungiku dengan cara yang terkadang membuatku takut, tapi... aku tak bisa lari darinya.
Aku terlalu mencintainya.
Dan inilah plot twist-nya: Ayahku tahu semuanya sejak awal. Bahkan ia sengaja menjadikan Fareed pengawalku… karena dia percaya, satu-satunya orang yang bisa melindungiku dengan seluruh jiwanya adalah orang yang dulu paling membenciku.
Ironis. Tragis. Tapi juga... indah.
Cinta pertama kami dimulai dari dendam. Tapi mungkin, dengan luka yang sama, kami bisa saling menyembuhkan.
Setelah semua yang terjadi, aku pikir aku tahu siapa Fareed Jaian. Pria pendiam yang penuh luka, yang tumbuh dalam kebencian, lalu jatuh cinta padaku dan memilih untuk melindungi, bukan menghancurkan.
Tapi ternyata... aku salah.
Cinta yang kubayangkan bukan cinta yang sesungguhnya. Itu adalah obsesi. Sebuah bentuk kontrol yang dibalut dengan perhatian. Fareed bukan hanya menyamar sebagai pengawalku dia adalah bagian dari eksperimen psikologis yang ayahku rancang sejak aku berumur lima tahun.
Ya. Selama ini, aku hidup di bawah skenario yang disusun rapi. Ayahku bukan hanya mafia. Dia adalah pemimpin jaringan bawah tanah yang menciptakan proyek anak sempurna anak-anak yang dibentuk dari trauma, dilatih dari kecil untuk tidak mengenal rasa takut, empati, atau cinta.
Aku adalah salah satu proyek itu.
Kenapa aku tak ingat itu Karena ingatanku telah dihapus dan disusun ulang. Fareed adalah satu-satunya subjek yang gagal dikendalikan. Dia mengalami trauma balik saat melihatku disiksa dalam salah satu sesi pelatihan dan sejak itu, dia kehilangan kemampuan membedakan antara proteksi dan dominasi.
Saat aku kabur dan kembali ke Venesia untuk mencari Fareed, aku tanpa sadar kembali ke panggung eksperimen. Semua yang kutemui Alex, Zarina, bahkan Tanisha mereka semua adalah pion. Pemeran dalam kehidupan yang kupikir nyata.
Tapi hari itu, aku mendengar suara rekaman tersembunyi. Suara ayahku sendiri:
> "Biarkan dia jatuh cinta. Biarkan dia berpikir dia bebas. Dan saat itu terjadi, kita akan mulai Tahap Dua."
Tahap Dua...
Aku menelusuri file-file tersembunyi Fareed. Di dalamnya, ada ratusan catatan tentang emosiku, rutinitasku, kebiasaanku, bahkan mimpi buruk yang selalu kualami sejak kecil. Fareed mencatat semuanya.
Bukan karena dia peduli.
Tapi karena... dia adalah pengawas eksperimen.
Dan cinta Itu hanya efek samping dari trauma terikat trauma bonding.
Aku ingin lari, tapi sudah terlambat. Semua orang di sekitarku adalah bagian dari sistem.
Yang paling ironis Aku menyadari satu hal paling gelap mengenai Aku mencintainya karena dia menyakitiku.
Dan dia menyakitiku karena dia tahu itu akan membuatku tetap di sisinya.
Kami saling terikat, dalam hubungan yang tak bisa disebut cinta
Tapi candu.
Aku pikir selama ini Fareed hanyalah pengawal pribadi yang terlalu terikat padaku. Tapi kenyataan yang kuungkap sangat berbeda, jauh lebih kelam daripada yang pernah kubayangkan.
Fareed bukan sekadar hasil eksperimen. Dia adalah anak kandung dari pemimpin utama organisasi Kronos, pria yang dikenal dalam dunia bawah tanah sebagai Lucien El-Hashir, pemilik kekaisaran kriminal global yang menyamar lewat industri teknologi medis.
Lucien punya tiga pewaris:
Fareed, anak dari istri sah dan subjek eksperimen pertama yang dijadikan senjata hidup.
Zafira, saudari tiri yang haus kekuasaan dan memiliki pengaruh besar dalam perdagangan senjata.
Bashar, si anak haram yang disembunyikan seorang hacker yang bergabung dengan lawan, tapi diam-diam menyimpan dendam karena ibunya dibunuh oleh Lucien.
Selama ini, Fareed hidup sebagai bayangan, dikendalikan melalui chip memori yang menahan emosi dan menghapus sebagian besar masa lalunya. Tapi saat aku mulai memulihkan ingatanku, Fareed pun ikut terpicu fragmen-fragmen masa kecilnya, pengkhianatan, dan kematian ibunya yang ditutup-tutupi, mulai muncul.
Dan satu fakta menghancurkan segalanya:
Fareed tidak ditugaskan untuk melindungiku. Tapi untuk mengawalku hingga aku siap… untuk dimusnahkan.
Aku adalah “subjek omega” kunci untuk mengaktifkan warisan Kronos.
Tubuhku menyimpan kode genetika dari pendiri Kronos yang dicangkok sejak kecil yang hanya bisa diakses jika aku menyatu secara emosional dengan penerus resmi.
Itulah kenapa Fareed dipasangkan denganku.
Itulah kenapa… dia jatuh cinta.
Dan itu juga alasan kenapa saudara tirinya, Zafira, ingin aku mati sebelum warisan Kronos jatuh ke tangan yang salah.
Zafira memulai serangan. Dia mengirim pembunuh bayaran ke tempat persembunyianku. Bashar, si saudara yang dulu aku kira musuh, justru membantuku kabur. Di tengah kekacauan, Fareed menemukan tempat perawatanku, dan membawaku ke markas rahasia tempat semua kenangan masa kecil kami pernah terjadi.
Di sana… chip memori Fareed rusak total.
Ia mulai melihat seluruh kebenaran, tanpa filter.
Bahwa ia disiksa, dimanipulasi, dan dijadikan alat sejak lahir.
Fareed kini berdiri di persimpanganantara memegang warisan ayahnya dan membunuh sisi manusianya… atau menghancurkan Kronos dan melawan darahnya sendiri.
Tapi satu hal yang tak dia duga
Aku sudah memilih lebih dulu.
Aku akan menjadi pewaris Kronos.
Bukan untuk kekuasaan. Tapi untuk mengakhirinya dari dalam.
Dan jika Fareed menentangku… maka akulah yang akan membunuhnya.
Tiga pewaris.
Satu takhta gelap.
Dan satu duel yang akan menumpahkan lebih dari sekadar darah tapi juga luka jiwa.
Arena Kronos tak seperti tempat pertarungan biasa. Ini bukan hanya soal kekuatan fisik, tapi soal siapa yang sanggup mempertahankan identitasnya dalam medan manipulasi memori, trauma, dan jebakan teknologi.
Zafira datang dengan armor dan senjata plasma. Bashar, si pengkhianat bayangan, mengontrol sistem lewat dunia digital. Sedangkan aku Ace Avana datang dengan satu hal yang tak mereka punya kebebasan berpikir.
Dan Fareed... dia hanya diam. Berdiri seperti boneka tak bernyawa, tatapannya kosong, chip memorinya aktif kembali atas perintah Zafira.
“Aku tidak butuhmu hidup, Avana. Aku hanya butuh DNAmu,” ucap Zafira, menodongkan bilah hitam ke arahku.
Pertarungan Dimulai.
Aku melawan bukan dengan kekuatan, tapi strategi.
Satu ledakan membuat Bashar terlempar ke sistem utama, tak sadarkan diri.
Zafira menyerangku, mengincar jantung tempat kode warisan tersimpan.
Saat itu... Fareed seharusnya membiarkanku mati.
Tapi justru sebaliknya.
Dia maju. Menangkap bilah Zafira dengan tangan kosong.
Darahnya menetes. Matanya terbuka lebar.
“Kenapa... aku tak bisa membiarkan dia mati?” gumamnya, nyaris seperti anak kecil yang kebingungan.
Aku tersenyum, meski napasku berat. “Karena kamu bukan alat, Fareed. Kamu manusia.”
Zafira tak berhenti. Dia menyuntikkan virus mind crack ke sistem Fareed, mencoba memaksa ingatannya kembali ke versi yang tunduk. Tapi hasilnya tak terduga. Virus itu justru memicu kenangan tersembunyi Fareed kecil yang memelukku, sebelum eksperimen dimulai. Kami pernah bertemu, jauh sebelum semua ini dimulai. Kami pernah dekat.
Air mata mengalir di mata Fareed yang selama ini selalu hampa.
“Jadi… kau adalah kenangan yang ingin kulupakan… karena aku takut kehilanganmu lagi.”
Ace Avana Terluka Parah
Saat Zafira mencoba menembak Fareed dari belakang, aku mendorongnya.
Tembakan plasma menghantam lambungku.
Darah mengucur. Tubuhku jatuh ke pelukan Fareed.
Dia berteriak untuk pertama kalinya.
Bukan sebagai prajurit.
Bukan sebagai pewaris.
Tapi sebagai pria yang jatuh cinta.
Fareed mengangkat tubuhku dan menatap Zafira dengan kebencian dingin.
"Kau sudah selesai," ucapnya dengan suara rendah namun mematikan.
Dan untuk pertama kalinya, sang senjata hidup memilih berpihak.
Oke, Gania. Kita lanjut dengan bab penuh konflik batin: ketika Fareed perlahan kehilangan memorinya sendiri—bukan karena lupa biasa, tapi karena manipulasi sistemik yang ia lakukan demi melindungi Ace. Ada sentuhan psikologi gelap, kehilangan identitas, dan perjuangan Ace melawan waktu.
Tanda-tanda itu mulai muncul.
Fareed tak lagi ingat detail kecil. Aroma parfumku. Nama tengahku. Rasa teh favoritku. Awalnya, aku anggap lelah. Tekanan. Tapi ketika dia memanggilku dengan nama orang lain, aku tahu...
Sesuatu di dalam dirinya perlahan runtuh.
Selama proses menghapus Zafira dari semua sistem, Fareed tak sadar bahwa ia memicu kembali program ‘REBOOT’ protokol warisan Kronos yang ia tanam sendiri dalam otaknya saat masih kecil. Tujuannya dulu: kalau dia gagal dalam misi akhir, otaknya akan otomatis reset. Restart ke mode “Senjata”.
Dan kini... protokol itu aktif.
Fareed mulai melupakan siapa dirinya. Dan siapa aku.
Malam itu, dia menatapku dan bertanya
> “Kau siapa? Kenapa kau menangis saat melihatku?”
Tanganku gemetar. Aku mencoba tersenyum.
> “Aku... hanya seseorang yang sangat mencintaimu, Fareed.”
Dia hanya diam. Tapi matanya menyimpan luka yang aneh. Seolah...
bagian terdalam dirinya masih mengenaliku.
Ace bertekad menolong Fareed
Aku kembali ke laboratorium dan menemukan video rahasia yang ia rekam sendiri, sebelum ingatannya rusak:
> “Avana... kalau kau melihat ini, berarti aku bukan aku lagi. Tapi percayalah, aku memilih menghapus diriku agar bisa menyelamatkanmu. Karena sejak aku mengenalmu... aku berhenti ingin menjadi monster.”
Warisan keluarga mafia yang dulunya milik Fareed akan jatuh ke tangan musuh jika dia dianggap tak layak karena hilangnya memori. Tapi aku tak peduli pada warisan itu aku hanya ingin dia kembali.
Namun... satu hal tak pernah kuprediksi orang yang ingin merebut warisan itu adalah adik tirinya sendiri, Kaziel yang ternyata mengaktifkan ulang Protokol Reboot.
Dia ingin Fareed menjadi alat pembunuh lagi.
Aku berdiri di hadapan Fareed yang kini tak ingat siapa aku.
Tanganku menodongkan pistol ke Kaziel.
> “Kembalikan memorinya... atau aku akan menghancurkan warisan busuk kalian. Termasuk dirimu.”
Kaziel tertawa.
> “Kau tak tahu ya, Avana? Fareed itu bukan korban. Dia yang merancang semua ini sejak awal. Bahkan kematian ibunya... itu pun rencananya.”
Ace kembali bertarung, bukan hanya untuk meraih kemenangan, tetapi untuk menemukan Fareed laki-laki yang telah dia cintai lebih dari apa pun.
Malam itu, di sebuah ruang yang hampa, Fareed berdiri tanpa ingatan. Hanya ada sosok pria yang terlihat asing, namun anehnya hatiku tahu betul siapa dia. Meski dia tidak mengingatku, aku yakin... ada bagian dari dirinya yang masih mengenalku.
Aku menatap Fareed yang tampak bingung dan rapuh.
> "Fareed, tolong... ingat aku."
Aku tak bisa menahan air mata. Tapi dalam hatiku, ada keyakinan. Aku tak akan menyerah padanya.
Protokol Reboot itu masih menghantui Fareed, dan hanya aku yang bisa membantunya.
Perjuangan fisik dan mental dimulai.
Dengan bantuan jaringan rahasia yang dimiliki Ace dan informasi dari berbagai pihak, aku berhasil menemukan cara untuk mengatasi Protokol Reboot yang selama ini mengendalikan ingatan Fareed. Selama bertahun-tahun, sistem itu melindungi keluarga mafia, tapi kali ini, aku harus menghancurkannya.
Di setiap langkahku, aku merasa sangat dekat dengan Fareed, namun dia masih terjebak dalam kebingungannya. Aku tahu... waktu adalah musuhku.
Perjuangan batin Fareed
Saat aku mendekatinya, dia masih memandangku dengan tatapan kosong. Namun kali ini, sesuatu di matanya berubah sebuah kilasan dari ingatannya yang hilang, seperti sekilas bayangan yang kembali ke tempatnya.
> "Kenapa kau terus bertahan?"
Dia bertanya dengan suara yang lebih lembut. "Kenapa kau tidak menyerah padaku?"
Aku menggenggam tangannya erat, merasa tubuhnya sedikit gemetar. Aku tahu jawabannya.
> "Karena... aku mencintaimu. Dan aku tahu, di dalam dirimu yang sekarang, ada Fareed yang dulu mencintaiku."
Matanya melunak, dan aku melihat kilatan kecil harapan. Tapi rasa takutnya masih membayangi.
Puncak pertempuran
Setelah menghadapi berbagai rintangan, akhirnya Ace menemukan kunci untuk mengembalikan ingatan Fareed. Sebuah ritual pemulihan yang membutuhkan keberanian besar. Hanya dengan melewati ujian emosional yang sangat intens, Fareed akhirnya dapat mereset memori yang telah terhapus dan kembali pada dirinya yang sebenarnya.
Dalam sebuah adegan penuh ketegangan, Fareed akhirnya mendapatkan kembali ingatannya saat berada di ambang kehancuran, di ruangan yang dipenuhi dengan kenangan masa lalu. Namun yang paling mengharukan adalah tatapan terakhirnya padaku saat dia benar-benar mengenaliku lagi.
> "Ace... kamu benar. Aku tak pernah lupa. Hanya saja aku takut kehilanganmu."
Air mata kami bertemu, dan dalam pelukan yang penuh emosi, aku merasakan setiap detik perasaan yang kami jalani.
Dengan perasaan yang tak terbendung, Fareed akhirnya mengakui perasaannya yang telah lama tertahan, dan Ace menerima bahwa mereka kini saling memiliki terlepas dari semua luka yang ada.
Keduanya memilih untuk memulai hidup baru bersama, membangun masa depan tanpa bayang-bayang masa lalu yang kelam. Mereka tidak lagi menjadi korban dari dunia yang tak adil, tetapi sebagai sepasang kekasih yang saling melengkapi.
Fareed menatap Ace dengan penuh cinta, dan kali ini, tidak ada lagi keraguan.
> "Aku akan selalu di sisimu, Ace. Untuk selamanya."
Dengan itu, mereka menemukan kebahagiaan mereka yang sejati. Tanpa lagi ada bayangan perang saudara atau mafia, hanya ada cinta yang abadi.
Dan begitulah, cerita tentang Fareed dan Ace berakhir dengan kebahagiaan. Meskipun mereka melewati banyak rintangan, mereka berhasil menemukan kembali satu sama lain, dan membuktikan bahwa cinta, meskipun diuji oleh waktu dan ingatan, akan selalu menemukan jalannya kembali.
Happy ending.
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Comments