Di sebuah pulau, terdapat sebuah Desa Tersembunyi yang diperintah oleh seorang ratu dan raja, Ratu Arunika dan Raja Ravindra. Desa ini sepenuhnya dihuni oleh bangsa elf, masing-masing memiliki kemampuan istimewa seperti membaca pikiran, melihat masa depan, dan memiliki roh pendamping. Namun, anugerah paling luar biasa yang mereka miliki adalah kemampuan meracik ramuan.
Selama bertahun-tahun, tidak ada keturunan yang mewarisi kemampuan meracik ramuan. Raja Ravindra telah menghabiskan waktu berabad-abad mencari cara untuk menghasilkan pewaris dengan bakat langka ini, namun hingga seabad berlalu, usahanya belum membuahkan hasil. Lalu pada tahun 120 ada seorang bayi manusia ditemukan terlantar di gerbang desa.
Melihat sebuah kesempatan, Raja Ravindra diam-diam mengadopsi bayi tersebut tanpa sepengetahuan Ratu Arunika. Raja Ravindra, yang dikaruniai kemampuan melihat masa depan, mendapatkan visi bahwa bayi manusia ini kelak akan menjadi kunci untuk mengatasi kesulitan yang ia dan Ratu Arunika hadapi. Demi memastikan ramalan itu terjadi, ia mengambil keputusan berani melakukan tindakan mentransfer setengah dari kekuatan elvenya kepada sang bayi, mengubahnya menjadi setengah-elf.
Dengan demikian, tidak ada seorang pun termasuk para penduduk desa maupun Ratu Arunika, yang menyimpan ketidakpercayaan mendalam terhadap manusia akan menentang keberadaan anak tersebut.
Setelah upacara transfer mana selesai, sang bayi berhasil berubah menjadi setengah-elf. Seperti yang telah diramalkan Raja Ravindra, anak itu memiliki kemampuan langka dan telah lama hilang berupa meracik ramuan. Ia menamai anak itu Kalya Almira dan membesarkannya secara diam-diam.
Setelah 250 tahun berlalu usia yang dianggap cukup Kalya Almira akhirnya diperkenalkan kepada Ratu Arunika. Menyadari bakat luar biasa Kalya sebagai peracik ramuan, Ratu Arunika pada akhirnya menerima keberadaannya, meskipun ia memiliki darah manusia.
"Terima kasih karena telah menerima keberadaannya," ucap Raja Ravindra hangat, disertai dengan pelukan lembut.
Ratu Arunika membalas dengan senyum tipis, namun sorot matanya yang tajam sempat melirik Kalya Almira sekilas.
Kalya menganggap itu bukan hal yang aneh, tapi jauh di dalam hatinya, perasaan rumit mulai tumbuh perasaan yang tak bisa ia jelaskan, terlebih jika yang bersikap seperti itu adalah ayahnya sendiri.
Namun setiap hari, Ratu Arunika menunjuk para mentor terampil yang memahami seni meracik ramuan untuk melatih Kalya Almira.
Setelah menjalani pelatihan yang ketat, usaha Kalya akhirnya membuahkan hasil manis.
"Aku berhasil!" serunya dengan penuh sukacita dan kelegaan kepada salah satu temannya.
Dengan semangat membara untuk membagikan keberhasilannya, Kalya bergegas menemui ayahnya dan Ratu Arunika untuk menunjukkan apa yang telah ia capai. Namun, sesampainya di kediaman sang ayah, ia tanpa sengaja mendengar percakapan yang seharusnya tidak ia dengar.
"Jadi, selama ini... kau menyembunyikan ini dariku?" Suara Ratu Arunika terdengar penuh kemarahan dan kekecewaan.
Merasakan gerakan mencurigakan dari balik pintu, Raja Ravindra menoleh ke arah tersebut.
"Ada seseorang di sana?" tanyanya dengan bingung sambil membuka pintu.
Namun saat itu, Kalya sudah lebih dulu pergi.
Ia melarikan diri dari tempat itu, diliputi oleh kenyataan mengejutkan bahwa dirinya bukanlah seorang setengah-elf sejak lahir, melainkan manusia sepenuhnya yang berubah hanya karena mana yang diberikan oleh ayahnya. Pria yang selama ini ia kenal sebagai ayahnya, penguasa Desa Tersembunyi sekaligus suami Ratu Arunika, telah menyembunyikan kebenaran ini darinya selama ini.
Gelombang emosi menghantamnya keterkejutan, pengkhianatan, dan patah hati.
"Mengapa Ayah tidak memberitahuku yang sebenarnya? Aku cukup dewasa untuk mengerti!" bisiknya, suaranya berat oleh kekecewaan, sementara air mata mengalir di wajahnya.
Tanpa menoleh ke belakang, Kalya meninggalkan desa, dengan hati yang dipenuhi duka.
Ada sebuah rumah yang selama ini Kalya Almira gunakan sebagai titik rahasia untuk melakukan transaksi dengan dunia luar di luar Desa Tersembunyi sesuatu yang tak pernah ia ceritakan pada siapa pun, bahkan pada ayahnya sendiri. Dan ke sanalah ia melarikan diri setelah meninggalkan desa.
Kepergian Kalya membuat Raja Ravindra panik. Namun, pikirannya tidak dipenuhi oleh kehilangan sosok seorang putri, melainkan oleh sumber daya tak ternilai yang ia wakili kemajuan Kalya dalam meracik ramuan dan potensinya bagi masa depan desa.
Di sisi lain, Ratu Arunika tetap mempertahankan sikap dingin dan tak acuh di hadapan orang lain. Namun, di balik sikapnya yang tampak jauh, kegelisahan perlahan menggerogoti hatinya. Naluri keibuannya meski jarang ditunjukkan mulai terusik oleh kekhawatiran akan keselamatan Kalya.
Sejak saat itu, seluruh kontak antara Kalya dan Desa Tersembunyi pun terputus.
Agar dapat berinteraksi dan melakukan transaksi dengan dunia luar tanpa hambatan, Kalya menggunakan ramuan ciptaannya sendiri untuk menekan sifat setengah-elf di dalam dirinya, sehingga ia tampak sepenuhnya seperti manusia.
Di antara rekan bisnisnya yang paling sering, terdapat bangsa vampir klien yang tidak biasa, namun sangat menguntungkan. Meskipun hubungan dagang mereka tergolong tidak lazim, imbalan yang mereka tawarkan jauh lebih dari layak.
Ramuan-ramuan yang dijual Kalya Almira kepada bangsa vampir meliputi obat sakit gigi, sakit perut, perlindungan dari paparan sinar ultraviolet, hingga pengganti darah manusia.
Meskipun ramuan-ramuan Kalya mungkin terdengar tidak biasa bagi bangsa vampir, bahkan penyakit ringan pun bisa berdampak serius bagi mereka. Karena itulah, Kalya Almira menjadi sosok yang tak ternilai bagi kaum vampir.
Sebagai bentuk penghargaan atas kontribusinya selama sepuluh tahun terakhir, bangsa vampir memberinya perlindungan khusus, menjamin keselamatannya sebagai sekutu terpercaya.
Kalya Almira memiliki seorang sahabat dekat di antara para vampir yaitu Lian Arka, seorang vampir muda yang tampan.
Saat pertama kali mengunjungi toko ramuan Kalya, Lian selalu menunjukkan ekspresi masam. Namun, di balik sikapnya itu, ia terus membeli ramuan langka dan mahal, membayar jauh lebih tinggi dari pelanggan lain. Anehnya, ia tak pernah mempertanyakan harga. Satu-satunya hal yang ia minta hanyalah kontak pribadi Kalya.
Pada pertemuan pertama mereka, Kalya menganggap Lian sangat menyebalkan dan usil. Namun, seiring waktu dan pertemuan demi pertemuan yang berubah menjadi persahabatan selama dua tahun, mereka menjadi sangat dekat.
Ikatan mereka begitu kuat hingga desas-desus mulai menyebar bahkan ada yang berspekulasi bahwa hubungan mereka lebih dari sekadar teman.
Sudah seminggu sejak terakhir kali Lian Arka mengunjungi toko ramuan Kalya Almira, dan ketidakhadirannya membuat Kalya merasa kesepian. Ia telah terbiasa dengan kehadiran Lian, dan tanpa dirinya, ada sesuatu yang terasa hilang.
Suatu hari, saat seorang pelanggan vampir memasuki tokonya, Kalya memutuskan untuk memecah keheningan.
“Kenapa akhir-akhir ini para vampir jarang datang?” tanyanya, suaranya dipenuhi kebingungan.
Vampir itu menghela napas, nada frustrasi terdengar jelas. “Sedang terjadi perang antara kaum vampir dan para elf,” jawabnya, jelas dengan nada kesal.
Mendengar hal itu, hati Kalya langsung tenggelam dalam kekhawatiran akan Lian Arka. Dalam sekejap, ia bahkan lupa bahwa dirinya adalah setengah-elf.
Bertekad untuk menemukan Lian, Kalya membuat keputusan berani untuk langsung pergi ke kastel vampir, berharap bisa bertemu dengannya di sana. Lian pernah menyebutkan bahwa dirinya adalah bagian dari kastel, dan Kalya selalu mengira bahwa ia hanyalah seorang pelayan atau penjaga yang bekerja di dalamnya.
Sesampainya di sana, ia justru disambut hangat oleh keluarga bangsawan vampir. Sambutan itu terasa begitu ramah, bahkan berlebihan.
Penerimaan mereka begitu mewah, seolah-olah menyambut seorang bangsawan. Namun, pakaian yang mereka kenakan jauh dari kesan megah yang biasanya dikenakan keluarga kerajaan. Hal ini justru membuat rasa penasaran dan kegelisahan dalam diri Kalya semakin dalam.
Setelah perayaan penyambutan kecil untuk Kalya Almira berakhir, salah satu pelayan membimbingnya menuju kamar Lian Arka.
Begitu ia melangkah masuk, hatinya mencengkeram erat melihat pemandangan di depannya Lian terbaring diam di dalam peti, seolah-olah tidak bernyawa. Sesaat, rasa takut menyergap dirinya, namun ia segera mengingat bahwa jantung seorang vampir tidak berdetak seperti miliknya.
“Apa yang terjadi padanya?” tanyanya, suaranya bergetar penuh kekhawatiran, sementara air mata mulai menggenang di matanya.
Setetes air mata jatuh tepat di pipi kanan Lian. Pada saat itu, perlahan matanya terbuka, dan sebuah senyum hangat dan lembut muncul di wajahnya saat ia menatap Kalya.
“Aku baik-baik saja. Tapi… terima kasih karena sudah mengkhawatirkanku,” ucapnya dengan suara penuh kelembutan dan kasih sayang.
Ketika ia duduk dari peti yang ternyata memang tempat tidurnya, Kalya bisa merasakan jantungnya berdegup kencang, diliputi oleh emosi yang tak sepenuhnya ia pahami.
Suasana tegang langsung mencair saat Kalya benar-benar yakin bahwa Lian baik-baik saja.
Tanpa berpikir panjang, ia langsung memeluk Lian erat bercampuran antara rasa lega, rindu, dan kekhawatiran menyapu dirinya.
Lian terkekeh pelan melihat reaksi spontan Kalya, tangannya dengan lembut mengelus kepala gadis itu sebagai isyarat menenangkan. “Kamu kangen aku sampai segitunya, ya?” godanya dengan nada hangat dan jenaka.
Sadar akan apa yang baru saja ia lakukan, wajah Kalya langsung memerah karena malu. Dengan panik, ia mendorong Lian sedikit terlalu kuat hingga pria itu terhuyung ke belakang dan menabrak dinding.
Lian mengerang pelan sebelum menatapnya dengan seringai nakal. Sebelum Kalya bisa bereaksi, ia tiba-tiba membalikkan keadaan, memojokkan Kalya ke dinding sambil menahan tubuhnya dengan satu lengan.
“A-Apa yang sedang kamu lakukan?” Kalya tergagap, suaranya gugup sementara jantungnya berdebar kencang di dalam dada.
Lian hanya mendekat lebih jauh, senyuman nakalnya tak pernah pudar, membuat Kalya sadar bahwa dirinya benar-benar dalam posisi yang tidak menguntungkan.
Setelah Lian Arka meninggalkan tanda mana vampir pada Kalya Almira sebuah simbol bahwa kini ia menjadi miliknya akhirnya Lian melepaskan Kalya dari pelukannya.
“Kamu kelihatan lezat,” godanya, nada suaranya penuh canda dan kenakalan.
Wajah Kalya seketika memerah, jantungnya berdetak semakin kencang. Ketegangan di udara terasa pekat, menciptakan suasana yang begitu menggoda dan berbahaya.
Untuk sesaat, Kalya mendapati dirinya diam-diam berharap Lian akan menciumnya namun itu hanya bayangan liar yang melintas di benaknya.
Nyatanya, Lian juga tengah berjuang menahan dirinya. Ia tidak ingin membuat Kalya kewalahan dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba. Bahkan baginya, menahan diri adalah hal yang sulit.
Tiba-tiba, Lian mendorong Kalya menjauh dan memintanya untuk segera pergi. Hasrat dalam dirinya mulai bangkit kerinduan akan Kalya yang tumbuh semakin kuat dan sulit dikendalikan.
“Maaf… Bisakah kamu menunggu satu hari saja? Aku akan menemuimu besok,” ucapnya, suaranya parau dan napasnya memburu.
Sebelum Kalya bisa membantah, Lian memaksanya pergi, tanpa memberinya pilihan.
Bingung dengan apa yang baru saja terjadi, Kalya merasa amarah menyelinap dalam dirinya. Ia kesal karena ditolak begitu saja, namun setelah berpikir sejenak, ia mencoba meyakinkan diri bahwa mungkin Lian hanya butuh istirahat.
Yang tidak ia ketahui adalah, Lian sedang mati-matian menahan hasratnya yang menggebu entah untuk menciumnya, atau… menghisapnya.
Namun Kalya benar-benar salah paham tentang situasinya. Ia kembali ke aula utama sebelum beranjak pulang ke tokonya. Namun, dalam perjalanan pulang, ia bertemu dengan sekelompok vampir yang cukup kurang ajar.
“Hati-hati kalau kita bertemu lagi,” ucap Kalya, suaranya penuh kepuasan setelah berhasil menghadapi mereka.
Saat berjalan pergi, ia merasakan kehadiran yang familiar mengawasinya dari kejauhan. Namun karena tak bisa mengenali siapa, ia mengabaikan perasaannya dan melanjutkan perjalanan.
Sesampainya di tokonya, sosok yang tak asing sudah menunggunya di sana.
“Kapan kau akan berhenti bersikap seperti anak kecil?” suara Ratu Arunika terdengar, mengandung sedikit nada kekhawatiran.
Kalya tak punya pilihan selain menutup tokonya, enggan berhadapan dengan orang yang paling tak ingin ia temui saat itu. Ia menghela napas sebelum bertanya, “Apa yang membawa Yang Mulia ke sini?” Nada suaranya campuran antara penasaran dan bingung.
Ratu Arunika tidak langsung menjawab, ia hanya menyerahkan sepucuk surat bersegel dan sebuah batu kristal.
“Ini untuk berkomunikasi,” jelas sang ratu singkat. Karena Kalya hanya berdarah setengah elf, ia memang tidak terlalu mahir dalam sihir telepati, jadi batu itu menjadi alternatif yang diperlukan.
Tanpa berkata lagi, Ratu Arunika membalikkan badan dan menghilang dalam gelap malam.
Kalya, yang masih mencoba mencerna semuanya, segera membuka surat itu begitu ia sendirian.
Namun saat membaca isinya, ia nyaris tak percaya.
Cinta dan kasih sayang yang selama ini ditunjukkan ayahnya ternyata tak lebih dari skema yang dirancang dengan cermat rencana untuk memanfaatkan kemampuan unik Kalya dalam meracik ramuan, lalu mengklaimnya demi memberi sang ayah kendali mutlak atas Desa Tersembunyi.
Setiap momen kasih sayang yang pernah Kalya terima ternyata hanyalah bagian dari strategi yang sempurna sebuah rencana yang telah dirancang secara teliti oleh Raja Ravindra demi memastikan kepercayaan mutlak Kalya padanya.
Bahkan Ratu Arunika pun sempat tertipu oleh sandiwara sang raja. Namun, seiring waktu, ia mulai menyadari berbagai kejanggalan dan akhirnya menemukan kebenaran yang tersembunyi.
Kini, setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, Ratu Arunika bertekad mencari cara untuk menyelamatkan putrinya yang merupakan Kalya Almira.
Ratu Arunika sangat peduli terhadap keselamatan Kalya, apalagi nyawa Kalya kini dalam bahaya akibat perebutan takhta dan posisi pewaris kerajaan elf di Desa Tersembunyi. Perebutan kekuasaan ini bahkan telah memicu kekacauan dan peperangan antara kaum elf, vampir, dan kurcaci.
Kaum kurcaci biasanya bersikap netral dalam peperangan. Namun kali ini, mereka justru memilih untuk ikut campur sesuatu yang terasa janggal bagi Kalya.
Merasakan ada yang sangat tidak beres, Kalya pun memutuskan untuk kembali ke Desa Tersembunyi malam itu juga, setelah membaca surat tersebut. Demi melindungi kebenaran, ia membakar bukti sebelum pergi.
Begitu tiba di hutan yang berada di pinggiran Desa Tersembunyi, Kalya tiba-tiba merasakan kehadiran yang familiar seseorang yang terluka. Ia segera bergegas memberikan pertolongan.
“Bagaimana… Bagaimana kau masih hidup?!” tanya Jack dengan nada tak percaya.
Jack adalah teman masa kecil Kalya dan cinta pertamanya seseorang yang pernah ia kira telah hilang selamanya.
Tanpa ragu, Kalya langsung menutup mulut Jack, membungkamnya sebelum suaranya menarik perhatian yang tak diinginkan. Jack lalu memberi isyarat agar Kalya mengikutinya menuju sebuah kamp pengungsi tersembunyi tempat yang sebelumnya tak pernah ia ketahui.
Betapa terkejutnya Kalya saat mengetahui bahwa kamp tersebut dipimpin oleh Ratu Arunika sendiri.
Para pengungsi itu adalah kaum elf yang menolak kekuasaan baru Raja Ravindra, menolak untuk mengakui otoritasnya. Melihat semua itu dengan mata kepalanya sendiri, Kalya akhirnya benar-benar yakin bahwa isi surat itu adalah kenyataan.
Kalya melihat para pengungsi hidup dalam penderitaan kekurangan makanan dan banyak dari mereka terluka. Tanpa ragu, ia mengeluarkan persediaan yang telah dibawanya dan membagikannya kepada mereka yang membutuhkan, termasuk beberapa ramuan untuk menyembuhkan yang terluka.
Tindakannya sangat membantu para pengungsi, namun di saat yang sama, hal itu juga menarik perhatian dari sekelompok elf yang berniat jahat terhadap dirinya.
Kalya tidak ingin membuat masalah, karena itu hanya akan menambah beban Ratu Arunika. Ia sempat berpikir untuk diam dan menghindari konflik. Namun tepat ketika para elf itu hendak bertindak, aroma samar dari mana Lian Arka menghentikan mereka seketika.
Mereka merasakan ancaman mematikan yang bisa menghabisi mereka jika mereka terus melanjutkan niat jahatnya. Pada akhirnya, mereka pun mundur dan membatalkan rencana mereka terhadap Kalya.
Kalya Almira hanya mengira bahwa mungkin dirinya sedang beruntung kali ini.
“Bagaimana keadaan yang lain? Apakah semuanya baik-baik saja?” tanya Kalya dengan nada cemas kepada Jack.
Jack menjawab bahwa semua bantuan yang Kalya bawa sangatlah berarti, dan ia mengucapkan terima kasih yang begitu dalam hingga memeluk Kalya.
Namun di saat itu juga, Jack merasakan keberadaan mana Lian Arka meski samar. Ia menyadari bahwa Kalya telah diberi tanda oleh seorang vampir.
Meski begitu, Jack masih menyimpan rasa cinta pada Kalya Almira, tapi kini hatinya telah dimiliki oleh Lian Arka.
Sementara itu, para elf yang sebelumnya berniat jahat pada Kalya ternyata tertangkap oleh pasukan Raja Ravindra. Di bawah tekanan, mereka mengaku bahwa Kalya Almira telah kembali ke Desa Tersembunyi.
Sontak, pencarian besar-besaran diluncurkan untuk menangkap Kalya.
Begitu mendengar kabar ini, Ratu Arunika segera menemui Kalya dan berkata,
“Putuskan semua ikatanmu dengan Desa Tersembunyi ini!” katanya dengan nada penuh kekhawatiran dan kesedihan.
Ratu Arunika mengucapkan permintaan itu demi melindungi Kalya ia tidak ingin Kalya terseret dalam pertumpahan darah akibat perebutan kekuasaan yang melanda kerajaan elf.
Ia percaya bahwa vampir yang mencintai Kalya akan mampu melindunginya.
Setelah dua hari mencari Kalya Almira dan mendapati tokonya kosong, Lian Arka mulai merasa frustrasi dan bingung ke mana perginya gadis itu. Ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam toko Kalya tanpa izin, berharap bisa menemukan petunjuk tentang keberadaannya. Di sanalah ia menemukan surat yang telah terbakar, menyisakan hanya satu kata: “Desa Tersembunyi.”
Lian segera merasakan firasat buruk mengenai sesuatu yang berbahaya mungkin sedang mengancam Kalya. Tanpa membuang waktu, ia pun bersiap untuk pergi ke sana.
Namun, saat ia kembali ke toko, ia mendapati toko itu telah dibuka kembali. Hal itu membuatnya semakin bingung dengan situasi yang terjadi.
Saat ia berdiri di depan toko, tiba-tiba seseorang menutup matanya dari belakang. Lian langsung bersiap menyerang karena ia mencium aroma elf laki-laki, tapi suara itu membuatnya terhenti.
“Tunggu, ini aku…” ucap suara itu dengan nada bingung.
Itu adalah Kalya. Begitu melihatnya, Lian langsung memeluknya erat, perasaan rindu dan cemburu membuncah dari aura yang menyelimuti dirinya.
Namun Kalya tidak menyadari emosi itu sebaliknya, ia justru merasa Lian bersikap dingin dan berbeda dari biasanya.
“Kamu ke mana saja? Kenapa kamu tidak menghubungiku? Kamu tahu seberapa khawatirnya aku? Bagaimana kalau sesuatu terjadi padamu?” kata Lian kepada Kalya dengan nada marah, tapi kerinduan dalam suaranya jauh lebih kuat daripada kemarahannya.
Kalya terdiam sejenak, lalu tersenyum manis dan berkata, “Aku cuma mau pelukan,” sambil menggoda Lian.
Ucapan itu justru membuat Lian semakin cemburu. Ia salah paham dan mengira Kalya memiliki kekasih dari ras elf. Meskipun para elf bisa memasuki wilayah kerajaan vampir secara ilegal, hal itu sangat berisiko. Karena itulah, selama ini hanya manusia yang menjalin hubungan baik dengan ras vampir.
Akhirnya, Kalya pun menjelaskan situasi yang sedang dihadapinya, namun ia tetap merahasiakan bahwa dirinya adalah setengah elf. Ia tahu betul bahwa Lian Arka sangat membenci kaum elf.
“Kalau begitu, kamu bisa tinggal di sini selamanya,” kata Lian kepada Kalya, dengan tatapan yang seolah mengatakan bahwa Kalya bisa tinggal bersamanya seperti sepasang kekasih. Namun karena Kalya tengah diselimuti berbagai masalah, ia tidak terlalu memedulikan hubungan romantisnya dengan Lian Arka saat itu.
Seminggu pun berlalu, dan pencarian Kalya Almira di kerajaan elf tidak membuahkan hasil. Akhirnya, Raja Ravindra memutuskan untuk memenjarakan dan mengancam Kalya agar menghadiri pertemuan dengan dewan tetua elf, dengan jaminan keselamatan dari Ratu Arunika. Pesan tersebut dikirimkan melalui bola kristal, dan Kalya pun menerimanya. Ia memutuskan untuk mengundang Lian ke bar sebagai perpisahan jika seandainya ia tidak bisa melihatnya lagi.
“Bagaimana kalau malam ini kita minum?” ujar Kalya kepada Lian, dengan nada yang diliputi kekhawatiran dan kesedihan, yang coba ia sembunyikan di balik segelas anggur merah. Anggur merah itu memang tidak berdampak buruk bagi manusia, namun bagi kaum elf, anggur tersebut mampu membangkitkan hasrat dan mengungkapkan kebenaran di dalam hati mereka.
Begitu anggur merah menyentuh bibir Kalya, perilakunya langsung berubah. Ia menjadi lebih aktif dan tiba-tiba saja berteriak,
“Aku cinta kamu, kenapa kamu nggak jawab?!”
Nada suaranya marah dan mabuk, saat akhirnya ia mengungkapkan perasaannya kepada Lian.
Pengakuan cinta yang diucapkan Kalya Almira kepada Lian Arka tidak berhenti sampai di situ. Ia langsung menyudutkan Lian dan mendorongnya hingga jatuh ke kursi, lalu Kalya duduk di pangkuan Lian sambil memegang bibir bawah pria itu. Tanpa ragu, ia langsung menciumnya dengan penuh hasrat, tangannya menyentuh bahu dan perut Lian, lalu perlahan membuka kancing kemejanya. Ketika suasana semakin memanas, mereka pun berhubungan intim dengan sangat intens, juga karena pengaruh anggur merah.
Namun, Lian menikmati setiap tindakan Kalya terhadapnya. Sampai akhirnya, Kalya tidak bisa lagi menahan hasratnya, dan dengan nada mendesah ia berbisik di telinga kanan Lian,
“Lebih dalam lagi!!!”
Setelah mendapat izin dari Kalya, Lian pun semakin bergairah dan mereka terus bercinta hingga pagi menjelang, saat sinar matahari menyentuh kening Kalya dan membangunkannya dari tidur.
Melihat situasi yang telah terjadi, Kalya hanya meninggalkan sebuah surat untuk Lian Arka. Dalam surat itu, ia menuliskan bahwa ia ingin pulang dulu ke keluarganya karena ada urusan keluarga yang harus diselesaikan.
Sesaat setelah kepergian Kalya, Lian merasa kehadirannya kembali menghilang. Rasa sakit karena harus menunggu pun kembali menghantuinya. Namun, ia harus menekan perasaannya karena Lian Arka adalah pangeran dari kerajaan vampir. Jika musuh mengetahui bahwa Kalya Almira adalah kelemahannya, mereka bisa menjadikannya umpan dan itu akan sangat membahayakan nyawa Kalya.
Selain itu, Lian Arka juga hidup dengan kutukan: ia tidak bisa jatuh cinta, kecuali pada cinta sejati. Karena itulah, Lian yakin bahwa Kalya adalah cinta sejatinya.
Saat Kalya tiba di istana kerajaan elf di Desa Tersembunyi, ia disambut dengan hangat oleh Raja Ravindra setidaknya, itulah yang terlihat di permukaan. Nyatanya, Raja Ravindra sedang menantikan proses ekstraksi yang akan segera dilakukan.
Raja Ravindra menderita kutukan kegilaan, hampir sama dengan yang dialami oleh Lian Arka. Satu-satunya penawar dari kutukan itu adalah darah seorang pembuat ramuan. Namun, karena keserakahan dan haus akan kekuasaan, niatnya telah menyimpang. Tujuannya kini adalah pertumpahan darah, bahkan jika itu harus melibatkan pewaris tahta kerajaan elf sendiri.
Saat ritual ekstraksi berlangsung, darah pun mengalir menyertainya. Lian Arka tiba-tiba merasakan bahwa Kalya Almira berada dalam bahaya. Ia menggunakan kekuatan spesialnya untuk berteleportasi dan langsung muncul di dekat monumen ritual.
“Apa yang para bajingan itu lakukan pada wanita yang kucintai?” ucap Lian dengan marah kepada Raja Ravindra.
Namun, tangan Lian Arka segera dihentikan oleh Ratu Arunika, karena tindakan gegabahnya bisa membuat Kalya semakin terancam.
Meski diliputi amarah, logika Lian setuju dengan keputusan Ratu Arunika. Ia pun akhirnya menyetujui untuk menyusun rencana penyelamatan Kalya.
Dengan rencana penyelamatan yang dirancang secara hati-hati, mereka berhasil membebaskan Kalya dari cengkeraman Raja Ravindra. Raja Ravindra gagal dalam usahanya mengekstraksi mana dan darah dari sang pembuat ramuan, karena ia terkena serangan balik yang sangat kuat sebuah kemampuan langka yang menyerap seluruh mana dari lawan. Kemampuan ini hanya dimiliki oleh darah kerajaan sejati, dan Ratu Arunika lah yang melancarkan serangan itu. Akibatnya, Raja Ravindra kehilangan seluruh mananya dan berubah menjadi elf tak berdaya. Ia kemudian dipenjara di ruang bawah tanah, di mana pada akhirnya ia tewas dibunuh oleh para tahanan yang menyimpan dendam mendalam terhadapnya.
Kalya berhasil diselamatkan dan dipindahkan ke kamar lamanya. Ketika ia membuka mata, ia merasakan rasa familiar dengan sekelilingnya, namun tidak mengingat apapun secara pasti. Saat Lian Arka datang untuk memeriksanya, Kalya justru merasa takut dan terancam.
“Siapa kamu? Di mana aku?” tanya Kalya dengan suara kebingungan dan ketakutan sambil menatap Lian.
Melihat reaksi Kalya, Lian panik dan segera memanggil Ratu Arunika untuk memeriksa kondisinya. Setelah pemeriksaan menyeluruh, Ratu Arunika menyimpulkan bahwa Kalya Almira mengalami kehilangan ingatan, dan hal itu membuatnya melupakan beberapa memori termasuk segala hal tentang Lian Arka.
Ratu Arunika kemudian menepuk lembut bahu Lian dan berkata,
“Cobalah habiskan lebih banyak waktu bersama Kalya. Semoga saja ingatannya tentangmu akan segera kembali.”
Kata-kata itu memberikan secercah harapan bagi Lian. Ia pun memutuskan untuk tetap berada di sisi Kalya, menghabiskan waktu bersamanya demi membantu Kalya mengembalikan ingatannya yang hilang.
Namun, ramuan pelindung dari sinar ultraviolet yang biasa digunakan Lian telah habis, memaksanya meninggalkan Kalya seorang diri demi mendapatkannya kembali.
Setelah kepergian Lian Arka, Kalya merasakan kehampaan yang tak terduga. Perlahan, potongan-potongan ingatannya tentang Lian mulai muncul kembali. Saat seluruh memorinya pulih, Kalya pun memutuskan untuk pergi ke kerajaan vampir demi menemukannya.
Setibanya di kastel, seluruh pelayan memandangi Kalya dengan tatapan penuh harap. Namun, Lian Arka telah memasuki fase tidur vampir yang sangat dalam fase dorman yang terjadi saat seorang vampir melewati transisi usia. Sayangnya, Lian telah menunda transformasi penting ini terlalu lama karena ia lebih memprioritaskan pemulihan Kalya dan mengembalikan ingatannya.
Kalya mendekati peti tempat Lian berbaring, mengelus lembut pipinya lalu menempelkan kecupan hangat di bibirnya. Dalam sekejap, mata merah darah Lian terbuka dan menatap Kalya dengan tatapan membunuh, dipenuhi haus darah yang tak terpuaskan. Namun, itu adalah efek dari fase kutukan yang tengah ia alami.
“Hati-hati, nona! Tuan sedang berada dalam fase kutukan! Situasinya sangat berbahaya, tolong mundur!” teriak salah satu pelayan dengan nada cemas.
Namun sebelum Kalya sempat bergerak, tangan Lian telah lebih dulu mencengkeram lehernya erat, mencekiknya dengan genggaman sekuat baja.
“Lian… ini aku,” bisik Kalya dengan suara lirih, menahan rasa sakit dan penuh kekhawatiran.
Sesaat, genggamannya sedikit mengendur. Dalam momen itu, kesempatan muncul. Tanpa ragu, Kalya melukai lehernya sendiri dengan mawar berduri. Aroma darah segar segera menarik perhatian para vampir lain mata mereka terpaku padanya.
Namun, insting terdalam Lian bangkit bukan sebagai pemangsa, melainkan sebagai pelindung. Menyadari bahaya yang mengelilingi Kalya, ia langsung berdiri di hadapannya, melindunginya dari segala ancaman. Dalam kesempatan itu, Kalya membiarkan darahnya bercampur dengan ramuan khusus penawar kutukan.
Usahanya membuahkan hasil. Saat kutukan Lian terangkat, Kalya memeluknya erat dan membisikkan kata-kata hangat penuh cinta,
“Aku berhasil… Kau sudah selamat sekarang.”
Akhirnya, mereka dipersatukan kembali dalam kebahagiaan. Kalya membagikan asal-usul dirinya yang sebenarnya kepada Lian, meski Lian sendiri sudah menduganya. Kalya adalah satu-satunya wanita yang pikirannya tak bisa ia baca karena darah campurannya dengan kaum elf memberikan perlindungan tambahan baginya.
Sebaliknya, Kalya pun telah menebak bahwa Lian adalah seorang pangeran. Meski perjalanan mereka dimulai dari kecurigaan satu sama lain, semua yang telah mereka lalui membuat mereka saling menerima sepenuhnya. Pada akhirnya, mereka menerima takdir masing-masing dan saling mencintai sepenuh hati.
Ternyata, pertemuan pertama mereka memang sudah ditakdirkan sebuah visi yang pernah dilihat oleh Ratu Arunika. Karena itulah ia mempercayai bahwa keselamatan putrinya akan terjaga di bawah perlindungan Lian Arka.
Kalya Almira adalah belahan jiwa Lian Arka, dan bersama-sama, mereka menggelar pernikahan agung, bersumpah untuk menghabiskan keabadian dalam kebahagiaan, berdampingan selamanya.
***Download NovelToon to enjoy a better reading experience!***
Comments