Kejadian yang tidak terduga, seorang agen rahasia yang baru menyelesaikan misi nya.
Namun dia dijebak oleh rekannya sendiri yang memang ingin menyingkirkan dirinya. Sehingga dia harus tidur bersama seorang pria asing.
Olivia namanya, sebagai agen rahasia yang selalu sukses dalam menjalankan misinya. Namun hal itu menimbulkan kecemburuan pada rekannya sendiri.
Sehingga Olivia harus melahirkan tiga anak kembar yang super jenius. Dan mereka pun mengasingkan diri di sebuah desa. Delapan tahun kemudian, mereka kembali ke kota.
Bagaimana kisah selanjutnya? Jika penasaran baca yuk!
Cerita ini hanyalah fiksi semata. Tidak ada hubungannya dengan dunia nyata. Seluruh cerita di dalamnya hanya imajinasi penulisnya semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10
Hari berikutnya ...
Kini mereka sudah berada di sebuah gedung tempat berlangsungnya olimpiade matematika. Para peserta yang hadir dari berbagai daerah di negara ini.
Kebanyakan para peserta yang datang rata-rata kelas 6. Tidak seperti triple A yang baru kelas 2.
Namun mereka harus tampil percaya diri untuk mengharumkan nama sekolah mereka. Walaupun, seandainya mereka menang, mereka akan dipindahkan ke sekolah ternama di kota.
"Bu guru, sepertinya para peserta semuanya pintar-pintar," kata Arjun.
"Iya, jika tidak pintar, mereka tidak akan sampai ke tahap ini," jawab Bu Ana. "Tapi Ibu guru yakin kalian lebih pintar dari mereka," imbuhnya.
"Yakinlah dan tetap semangat," kata bapak kepala sekolah menimpali.
Mia dan Olivia juga ikut memberikan semangat kepada mereka. Arden, Archer, dan Arjun mengepalkan tangannya menyemangati diri mereka masing-masing.
"Selamat datang kepada para peserta olimpiade matematika tingkat Nasional. Para peserta akan bertanding dengan menjawab pertanyaan tentang matematika tingkat sekolah dasar. Setiap daerah hanya ada tiga orang yang mewakili daerah mereka masing-masing. Dan setiap peserta harus menjawab dengan benar dan lebih cepat," kata MC melalui mic.
Kemudian MC meminta mereka untuk maju. mereka akan diberikan pertanyaan dengan cepat dan harus dijawab dengan cepat pula.
"Oh iya, acara ini akan disiarkan secara langsung oleh beberapa televisi swasta di negara ini," kata MC lagi. "Sekarang para peserta harus bersiap-siap untuk menjawab pertanyaan dilayar monitor," tambah MC.
Semua peserta pun maju ke tempat mereka masing-masing. Panitia penyelenggara heran melihat tiga peserta yang memiliki wajah mirip dengan seseorang.
""Bu Mila, apa saya salah lihat?" tanya ketua panitia penyelenggara.
"Maksud Pak Dika?" tanya Bu Mila balik.
"Perhatikan baik-baik. Apa menurutmu mereka itu mirip dengan tuan Dewa? Atau hanya penglihatan ku saja yang salah?"
"Ah iya Pak, mereka benar-benar mirip. Apa memang cuma kebetulan? Semua orang tahu jika tuan Dewa belum menikah, apalagi sampai punya anak."
Dika dan Mila terus mengamati ketiga anak kembar itu. Bahkan secara diam-diam Dika mengambil gambar triple A.
Sementara di tempat lain ...
Adelia dan Robinson yang ikut menonton televisi pun tertegun melihat tiga anak kembar yang sangat mirip dengan putranya.
Apalagi wajah mereka sengaja disorot oleh kamera. Sehingga wajah-wajah mereka pun terlihat jelas.
"Pa, apa Mama salah lihat? Lihat mereka mirip Dewa waktu kecil," ujar Adelia.
"Benar Ma, apa jangan-jangan mereka anak dari wanita yang Dewa cari selama ini?" tanya Robinson.
Adelia langsung mengambil ponselnya lalu menghubungi Dewa. Dewa yang sedang sibuk bekerja tidak menjawab panggilan telepon dari mama nya.
Karena sudah berkali-kali ponselnya berbunyi, Dewa pun mengangkat teleponnya tanpa melihat nama pemanggil.
"Dewa, coba kamu tonton televisi. Siaran langsung olimpiade matematika tingkat Nasional."
"Aku sibuk Ma, tidak ada waktu untuk menonton yang begituan."
"Kalau kamu tidak menonton, kamu akan menyesal."
"Kenapa sih Ma?"
Dewa dengan malas menghidupkan televisi. Kemudian memilih Chanel yang menayangkan olimpiade matematika tersebut.
Matanya langsung tertuju pada tiga anak kembar yang mirip dengannya. Dewa tertegun sejenak mengamati ketiga anak itu.
"Halo Dewa, apa kamu masih di situ?"
"Ma, sudah dulu ya, aku mau ke tempat acara olimpiade matematika berlangsung." Dewa langsung menutup teleponnya dan juga televisi.
Dewa mengajak Jerry untuk ikut dengannya. Dengan langkah lebar, Dewa dan Jerry masuk ke dalam lift.
Sesampainya di lantai bawah, keduanya berjalan terburu-buru menuju parkiran. Mereka harus secepatnya sampai ke tempat itu.
Sementara Adelia dan Robinson juga akan mendatangi tempat itu. Mereka yakin, jika ketiga anak itu adalah cucunya yang selama ini mereka cari.
"Cepetan Pa, nanti kompetisi nya keburu selesai," desak Adelia.
Padahal mesin mobilnya saja belum di hidupkan oleh Robinson. Tapi Adelia sudah tidak sabar ingin bertemu anak yang diduga adalah cucunya.
"Sabar Ma, mereka juga tidak akan ke mana-mana," kata Robinson.
"Biar Mama saja yang menyetir," kata Adelia. Kemudian meminta suaminya untuk tukar posisi.
Baru saja Robinson masuk dan belum sempat memasang sabuk pengaman. Adelia sudah menjalankan mobilnya.
Mobil langsung melaju setelah keluar dari pintu gerbang. Robinson heran dengan istrinya yang seperti sudah tidak sabar ingin tiba ke tempat itu.
Sementara di tempat kompetisi. Suara tepuk tangan bergema dari para penonton. Pak Dika dan Mila pun kagum dengan kehebatan triple A yang menjawab selalu benar dan cepat tanpa menghitungnya lebih dulu.
Mereka satu-satunya peserta yang baru kelas 2. Sedangkan peserta yang lain dari kelas 5 hingga kelas 6.
"Sepertinya anak itu yang menang. Mereka tidak memberikan peluang kepada peserta lainnya untuk menjawab," kata Pak Dika.
"Benar Pak, mereka benar-benar hebat," kata Mila.
Akhirnya kompetisi olimpiade matematika tingkat Nasional pun berakhir. MC kembali naik ke pentas untuk mengumumkan pemenangnya.
Dewa yang baru datang ke tempat itupun langkahnya terhenti. Dia mencari-cari wanita malam itu yang menghabiskan malam bersamanya.
"Selamat kepada semua yang hadir, walaupun tidak semuanya menang, tapi kalian akan mendapatkan hadiah dari ketua panitia penyelenggara. Dan untuk pemenang, silakan naik ke atas panggung." Dengan suara lantang MC memanggil mereka yang menang.
Dewa tersenyum, karena triple A ikut naik ke atas panggung. Namun matanya terus mencari-cari wanita malam itu.
Adelia dan Robinson juga baru datang. Sepanjang perjalanan Adelia mengomel karena terlambat menyaksikan kompetisi. Sehingga kompetisi pun sudah selesai.
"Sekarang kita panggil Pak Dika untuk memberikan hadiah kepada pemenang ketiga hingga kesatu," kata MC.
Pak Dika pun naik ke atas pentas didampingi oleh Bu Mila. Mereka menyerahkan hadiah ketiga terlebih dahulu. Kemudian hadiah kedua. Baru setelah itu hadiah pertama yang dimenangkan oleh triple A.
Suara tepuk tangan kembali bergemuruh. Adelia dan Robinson juga Dewa ikut bertepuk tangan.
"Pa, Mama sangat yakin mereka itu cucu kita," kata Adelia sambil menangis memeluk suaminya.
Jerry memperhatikan tuan nya yang tersenyum. Jerry tidak tahu masalah yang dialami oleh Dewa waktu itu. Itu sebabnya dia merasa heran.
"Jika mereka benar-benar anakku, berarti aku sudah menjadi seorang ayah. Akhirnya aku bertemu kalian semua," batin Dewa dengan senyum di bibirnya.
"Sekarang kita panggil orang tua murid, para guru yang mendampingi mereka," kata MC melalui mic.
Olivia, bapak kepala sekolah dan Bu Ana pun maju dan naik ke pentas. Suara tepuk tangan kembali bergema.
Dewa kembali tertegun. Akhirnya wanita yang dicarinya sudah ada di depan mata. Olivia memeluk ketiga putranya.
"Bagaimana cara Bu ...."
"Olivia," kata Olivia karena MC tidak tahu namanya.
"Ah iya. Bagaimana cara Bu Olivia mendidik anak-anak sehingga mereka bisa sepintar itu?" tanya MC.
"Mereka sejak kecil memang sudah pintar, tapi itu juga berkat bapak dan ibu guru yang mengajari mereka di sekolah," jawab Olivia.
Belum selesai Olivia di wawancarai. Adelia sudah maju terlebih dahulu. Tidak ada yang bisa melarang.
Karena mereka tahu jika Adelia adalah orang terhormat di negara ini. Hanya saja, mereka semua heran karena Adelia jarang datang ke acara seperti ini.