NovelToon NovelToon
REINKARNASI MAFIA

REINKARNASI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Preman / Fantasi / Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: ridwan jujun

menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Arion cemburu

"Sesuai perkiraan, aku libur setengah bulan atau dua minggu, itu artinya akan memasuki musim penghujan. Aku cuma punya waktu selama itu untuk tugas skripsi ku. Hah~ padahal ini sudah ku lakukan di kehidupan sebelumnya tapi kenapa masih terasa berat?" gumam Liana, ia berjalan pulang setelah kuliahnya selesai.

𝘉𝘳𝘶𝘬!

"Ah maaf, maaf! Aku tidak sengaja!" Liana meminta maaf karena ia tidak sengaja menabrak seseorang.

"Tidak apa, aku juga tidak melihat karena aku masih fokus melihat teman ku,"

"Tidak apa,"

Terlihat seorang cowok yang tingginya hampir setara dengan Liana namun tinggi beberapa centi saja. Sepertinya dia kelas sebelah.

“𝘛𝘶𝘯𝘨𝘨𝘶, 𝘥𝘪𝘢 ‘𝘬𝘢𝘯 𝘮𝘢𝘯𝘵𝘢𝘯 𝘊𝘦𝘭𝘴𝘪 𝘴𝘪 𝘱𝘪𝘤𝘬 𝘮𝘦?”

"Kau baik-baik saja?" tanya cowok itu.

"I–iya baik-baik saja kok,"

"Kamu kelas D ya?"

"I–iya, aku kelas D,"

"Ah, nama mu Liana 'kan?"

"Iya, bagaimana kau bisa tahu?"

"Aku tahu semua nama-nama di kelas D," senyumnya.

“𝘐𝘩, 𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢𝘪𝘯 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘩𝘢𝘧𝘢𝘭 𝘯𝘢𝘮𝘢-𝘯𝘢𝘮𝘢 𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘬𝘶?! 𝘎𝘢𝘬 𝘫𝘦𝘭𝘢𝘴 𝘣𝘢𝘯𝘨𝘦𝘵!”

"Ah begitu," angguk Liana, "Kalau begitu aku duluan–"

"Tunggu!" cowok itu memegang tangan Liana, Liana menoleh.

"Ada apa?"

"Apa kau tidak penasaran dengan nama ku?"

"Aku, sudah tahu,"

"Oh ya?"

"Ya, kau mantan dari salah satu cewek di kelas ku, 'kan? Celsi?"

"Ah, iya ... nama ku Evan," senyumnya.

Saat Liana ingin berbicara tiba-tiba seseorang melepaskan tangan Evan dari Liana dengan kasar, dia juga menarik Liana ke dekapannya.

Liana membulatkan mata ternyata Arion, pria ini memberikan tatapan tajam pada Evan.

"Akan ku patahkan tangan mu jika menyentuh milik ku!"

Evan ketakutan sambil memundurkan langkahnya, semua orang juga terkejut melihat pesona akan ketampanan Arion serta penampilan yang sangat semua kaum wanita terpikat.

Evan pun pergi meninggalkan keduanya, Arion melepaskan pelukannya kemudian menatap Liana.

"Sekarang giliran mu, ikut aku!" Arion menarik tangan Liana dengan kasar.

"Aww, sakit!"

Arion membuka pintu mobil dan memasukan Liana ke dalam setelah itu ia tutup pintunya kembali, Arion berjalan cepat menuju tempat sebelah Liana kemudian melajukan mobil.

𝘊𝘐𝘐𝘛!

Arion memberhentikan mobil secara tiba-tiba, untungnya Liana bisa menahan diri agar tidak terbentur pada 𝘥𝘢𝘴𝘣𝘰𝘢𝘳𝘥.

"Apa maksud mu dekat-dekat dengan lelaki b4j1ng4n tadi?!" tatapan yang begitu tajam.

Liana hanya melirik sekilas lalu menunduk, tatapan Arion begitu menakutkan seakan-akan ingin membvnuh orang dalam sekali tindakan.

"I–itu ... ha–hanya tidak sengaja,"

"Lalu kenapa kau tidak berinisiatif menjauh atau melepaskan tangan mu darinya?!"

Liana terdiam.

Arion mencekal tangan Liana kuat sampai Liana merintih sakit.

"Apakah jika di pegang oleh lawan jenis mu akan diam saja?!"

"Ti–tidak,"

"Apa dengan 8 pria kau masih kurang?!"

Liana menggelengkan kepalanya menahan sakit.

"Lalu kenapa kau tidak menepis tangan kotornya yang menyentuh mu?!" Arion sudah tidak bisa menahan emosionalnya.

Liana terus menunduk menahan tangisan, apakah Arion seperti ini jika cemburu? Sepertinya ini bukan cemburu melainkan ingin menghabis1 nyaw4 orang.

"Kenapa diam saja?! Jawab semua pertanyaan ku!!"

Tetap di posisi yang sama, Liana tidak berani mendongak menatap mata pemburu Arion. Jika ia menatapnya rasanya ia sudah kehilangan nyaw4.

Arion menarik dagu Liana agar bisa menatap mata Liana.

"Aku sudah cukup bersabar untuk tidak melakukan hal yang kasar padamu, jika kau terus menguji ku aku tidak bisa mentolerir sikap mu ini!"

"Maaf," lirih Liana.

"Apakah dengan cara seperti ini kau akan mendengarkan perkataan ku?!"

Liana terdiam.

"Terkadang memberikan hukuman berat adalah cara yang terbaik untuk memberi pelajaran pada orang yang nakal!"

Dengan agresif, Arion langsung menc1um bib1r Liana. Tangan Arion memegang tengkuk leh3r Liana dan tangan satunya meraba sofa yang di duduki Liana dan membuat sofa tersebut bisa tertidur seperti kasur.

Liana memposisikan di bawah Arion, kedua tangannya juga di cekal jadi tidak bisa memberontak. Jadi, yang bisa ia lakukan adalah merapatkan bib1rnya agar Arion tidak bisa mas–

"Aghk!"

Arion menggigit bib1r Liana sampai terbuka, ini adalah kesempatan Arion untuk menguasai bagian dalam.

Padahal Liana berpikir bahwa Arion tidak akan bisa memasuki lid4hnya tapi pikirannya terlalu pendek. Tenaga Arion lebih kuat dibandingkan Liana itu sudah pasti, jika melawannya mustahil untuk bisa lolos.

Liana sudah tidak memberontak namun Arion tetap berlanjut hingga beberapa menit lamanya, merasakan bahwa Liana tidak bereaksi akhirnya Arion menyudahi dan melihat Liana.

𝘋𝘦𝘨!

Liana menangis tanpa sepengetahuannya, Arion melepaskan tangan Liana.

"Maaf, Li. Aku kelepasan, aku tidak bermaksud menyakiti mu,"

Akhirnya Liana menangis dengan suara.

"Maafkan aku, ku mohon jangan menangis," Arion mengusap pipi Liana dan mengusap air mata, tapi Liana tetap menangis hingga Arion merasa bersalah.

"Aku hanya tidak suka kau dekat dengan orang lain selain diriku, aku akui kalau cemburu tapi aku benar-benar tidak bermaksud melukai mu. Maafkan aku," lembut Arion.

"Jangan menangis, aku akan melakukan apa pun sebagai permintaan maaf. Ku mohon jangan menangis," Arion terus menyeka air mata Liana.

"Kau ... jahat!"

"Maafkan aku, maaf," Arion memeluk Liana.

Tangisan Liana mulai mereda cuma tinggal isakan tangis. Arion melepaskan pelukannya dan mencivm pipi Liana lembut dan mengusap wajah Liana.

"Maafkan aku," menyatukan kening mereka.

Setelah melihat Liana sudah mereda, Arion bangkit dan mengatur sofa mobil untuk menjadi tegak seperti sebelumnya. Liana mengusap wajahnya dengan tangan menghilangkan air matanya, padahal ia nangis hanya beberapa menit namun terlihat matanya bengkak dan memerah.

Arion mencengkeram kuat 𝘴𝘵𝘦𝘦𝘳𝘪𝘯𝘨 𝘸𝘩𝘦𝘦𝘭 atau setir mobil, ia merasa kesal pada diri sendiri karena tidak bisa menahan diri untuk tidak menyakiti Liana, karena ia tertutup api kecemburuan sehingga ia tidak bisa berpikir dengan jernih.

-

-

Sesampainya di Mansion.

Arion menggendong Liana 𝘣𝘳𝘪𝘥𝘢𝘭 𝘴𝘵𝘺𝘭𝘦, sedangkan wajah Liana menghadap dad4 bidang Arion untuk menutupi wajahnya yang bengkak habis menangis.

"Apa yang terjadi?" tanya Revan yang kebetulan lewat.

"Tidak," Arion langsung pergi.

Arion membuka pintu kamar dengan mendorong menggunakan kakinya, lalu ia dudukan Liana di atas kasur. Setelah itu, Arion membungkuk menangkup pipi Liana.

"Aku minta maaf atas kejadian tadi, aku terbawa suasana karena cemburu melihat mu dekat dengan lelaki lain. Aku hanya ingin kau milik ku, jadi ku mohon jangan berpaling,"

Liana mengangguk kecil.

Arion mencivm kening dan bib1r Liana lembut, "Aku mencintai mu,"

𝘋𝘦𝘨~

𝘋𝘦𝘨~

𝘋𝘦𝘨~

Jantung Liana tiba-tiba berdetak kencang seperti inikah pengakuan Arion? Arion yang dikenal pria dinding kini tahu bagaimana cara mengungkapkan perasaan?

"Istirahat lah, atau ingin makan siang?"

Liana menggelengkan kepalanya.

"Baiklah, sebaiknya tidur saja,"

Setelah itu Arion keluar dari kamar dan menutup pintu Kamar Liana.

Liana memegang dad4nya, jantungnya tidak berhenti berdetak normal. Setiap mencivm aroma parfum Arion, ia selalu begini. Tak hanya dengan Arion, yang lain juga begitu memiliki aroma yang berbeda.

"Kalau begini caranya, aku lupa bagaimana aku marah," gumamnya.

-

-

Malam telah tiba, Liana duduk bersandar di 𝘩𝘦𝘢𝘥𝘣𝘰𝘢𝘳𝘥 atau sandaran kasur, ia juga membaca buku novel yang ia baca saat sedang malas melakukan apa pun.

Untuk tugas dan skripsinya tunda saja dulu sehari, besok ia akan kerjakan semuanya.

Lalu pintunya terbuka, Liana melirik kearah pria yang berjalan lesu. Elvano?

𝘉𝘳𝘶𝘬!

Liana terkejut Elvano langsung merebahkan dirinya di atasnya, Elvano tidur di atas dad4nya dan memeluknya.

Liana malah diam tak berkutik malah ia terdiam tak bergerak sedikitpun, Elvano mendongak dengan wajah ditekuk.

𝘊𝘶𝘱.

Elvano mengecvp singkat kemudian kembali menidurkan kepalanya seperti anak yang manja.

"A–ada apa tiba-tiba?" tanya Liana.

"Aku capek," kata Elvano sambil menutup matanya.

"E–emang habis ngapain?"

"Kerja,"

Padahal yang kerja anak buahnya, tapi ntah juga jika mereka ikut turun tangan.

Liana sempat ragu untuk mengusap rambut Elvano, jadinya ia beranikan diri untuk mengusapnya sambil melanjutkan membaca. Elvano tersenyum merasakan belaian di kepalanya, kalau begini ia bisa tidur nyenyak.

Elvano meraih tangan Liana yang mengusap rambutnya, kemudian mengecvp telapak tangan Liana dan ia usap sambil menutup matanya.

Liana hanya melirik ke bawah melihat tangannya diusap lembut, si4l jantungnya berdetak kencang lagi.

Keheningan pun melanda, Liana sibuk membaca sedangkan Elvano ntah tidur atau cuma menutup matanya saja.

Lalu ia menaruh bukunya karena tiba-tiba ia mengantuk setiap membaca buku begitu lama, namun ia melihat Elvano yang tidak bergerak sedikitpun. Ia mengintip mengecek keadaan Elvano.

“𝘈𝘱𝘢 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘶𝘳?”

Liana melambaikan tangan di depan Elvano, tapi Elvano tidak merasa terganggu.

"El, apa kau tidur?"

Elvano tidak merespon.

Liana bingung bagaimana cara mengangkat Elvano agar bangun dari tubvhnya, terlihat Elvano begitu nyaman dengan posisi tengkurap memeluknya. Liana pun perlahan melepaskan tangan Elvano dari pinggangnya, tapi bukannya semakin kendor malah semakin kuat Elvano memeluknya.

"Kau mau kemana?" tanya Elvano mendongak.

"Aku kira kau tidur, jadi aku melepaskan mu pelan-pelan,"

"Aku tidak mau,"

"Aku juga ingin tidur,"

Elvano pun bangkit dan duduk menatap Liana.

"Tidurlah,"

Kalau menyuruhnya tidur kenapa dia tidak keluar? Liana tidak ambil pusing ia pun merebahkan diri untuk tidur, lalu tiba-tiba Elvano langsung tidur di atasnya membuat Liana terkejut.

"A–apa yang–"

"Aku masih belum menghilangkan rasa lelah ku, aku pinjam dirimu sebentar," gumam Elvano.

Mau tidak mau Liana mengikuti Elvano, biarkan saja lagian hanya sebentar. Liana menutup matanya untuk segera tidur.

Namun beberapa menit Liana menutup mata, sesuatu benda hangat menempel di bib1rnya, Liana membuka mata dan melihat rambut hitam yang menghalangi pemandangan.

Seseorang yang tidur di atasnya kini beralih mencivmnya tanpa memberi kode gerakan.

Untuk sekarang, ia sudah tidak kaget lagi dengan perlakuan seperti ini lagian tujuannya di sini hanya ingin memperbaiki hubungan yang pernah ia sia-siakan.

Tapi terkadang, apakah dengan cara memiliki hubungan dengan 8 pria itu adalah ide yang bagus?

•••

TBC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!