Arunika terjebak di dalam dunia novel yang seharusnya berakhir tragis.
Ia harus menikahi seorang Dewa yang tinggal di antara vampir, memperbaiki alur cerita, dan mencari jalan pulang ke dunia nyata.
Tapi... ketika perasaan mulai tumbuh, mana yang harus ia pilih—dunia nyata atau kisah yang berubah menjadi nyata?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ryuuka20, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Ancaman Serigala Hitam
"Ayolah Pangeran, ada lagi yang lain. Bukan cuma itu aja."
"Yang mana?"
"Banyak"
"Iya yang mana aja?" tanya Pangeran Mark pada Arunika memang ia lupa apa saja yang di tanyakan padanya.
"Kenapa kau bisa hidup damai di antara Vampire itu? Lalu madam Mery?"
Pangeran Mark tersenyum misterius, "Itu adalah cerita panjang, sayang. Tapi aku akan menjawabnya, satu per satu. Pertama, tentang hidup damai di antara Vampire, itu karena..." Arunika menatap Pangeran penasaran.
"Aku mencintaimu sayang." bisik Pangeran Mark pada Arunika membuat jantungnya berdebar tidak biasa. kelakuannya memang bisa di tebak tetap saja ia merasa pipinya memanas, namun bukan itu yang ia inginkan dan memang jawabannya bukan itu.
"Pangeran"
"Kamu mau aku jawab bagaimana aku bisa bersaudara dengan 6 Vampire? Kan aku udah cerita." jawab pangeran pertama pada Arunika, "bukan, tapi bagaimana kamu bisa hidup tanpa di hisap oleh mereka?" tanya Arunika pada Pangeran pertama, yang menatapnya lekat sehingga ia tertawa dengan pertanyaan istrinya.
"Mereka saudaraku, mana bisa menghisap darahku, kemarilah." Ajak Pangeran pertama yang mengajaknya ke sebuah ruangan kecil di belakang sofa nya. Ruangan itu mempunyai aroma bunga juga persis seperti aroma Pangeran pertama.
Banyak hiasan bunga teratai disana,mungkin ini adalah ciri khas dari Pangeran pertama. Ia membuka kain putih yang ada di tembok itu dan menampilkan wajah Ratu yang cantik, rambut ikal coklatnya yang indah dan mata hazelnya memancarkan kasih sayang dengan gaun biru mewah mahkotanya bersinar seperti matahari, kulitnya putih bersih senyumannya manis nan teduh.
Arunika memandangi wajah cantik dalam lukisan itu dengan takjub. Sosok sang Ratu yang mengenakan gaun biru mewah dan mahkota bersinar itu mengingatkannya pada sesuatu yang familiar, namun ia tidak bisa langsung menghubungkannya. Wajah lembut dengan mata penuh kasih sayang itu seolah menatapnya langsung.
"Siapa dia?" tanya Arunika, masih tak bisa melepaskan pandangannya dari lukisan itu.
Pangeran Mark tersenyum tipis, mendekatkan dirinya ke lukisan tersebut. "Dia adalah ibuku, Ratu Arrabella. Seorang yang begitu dihormati di seluruh kerajaan. Dia yang mengajarkan kami, aku dan saudara-saudaraku, bagaimana hidup berdampingan, bahkan dengan makhluk seperti vampir."
Arunika mengangguk perlahan, sedikit terkejut mengetahui bahwa wanita dalam lukisan itu adalah ibu dari Pangeran Mark. "Tapi bagaimana bisa? Bagaimana caranya kau dan saudara-saudaramu yang manusia bisa hidup berdamai dengan vampir?"
Pangeran Mark menarik napas panjang, lalu mulai menjelaskan. "Ibu kami adalah seorang pemimpin yang bijak. Dia mampu menegosiasikan perjanjian damai dengan para vampir. Salah satunya adalah dengan menjaga keseimbangan kekuatan di antara kami. Para vampir menghormati perjanjian itu, karena jika mereka melanggarnya, mereka akan menghadapi konsekuensi yang mengerikan."
Arunika terdiam sejenak, berusaha mencerna semua informasi itu. "Jadi, itulah alasan mengapa para vampir tidak pernah menyerangmu?"
Mark mengangguk. "Benar. Kami memiliki perjanjian yang kuat. Namun, akhir-akhir ini ada perpecahan di antara para vampir. Beberapa dari mereka mulai tidak puas dengan perjanjian tersebut, terutama setelah Raja Vampir menghilang. Itu sebabnya kami harus tetap waspada."
Arunika merasa hatinya sedikit lebih tenang setelah mendengar penjelasan itu, meskipun rasa penasaran dan ketidakpastian masih menyelimuti pikirannya. Ia merasakan ada banyak hal yang masih belum terungkap, terutama tentang rencana untuk mengalahkan Raja Vampir.
"Dan Madam Mery?" tanya Arunika, mengingat wanita misterius yang pernah disebutkan sebelumnya.
Pangeran Mark terdiam sejenak, lalu menatap Arunika dengan serius. "Madam Mery dia adalah salah satu vampir terkuat di kerajaan ini. Dia juga salah satu sekutu terdekat kami, meskipun kepercayaannya terhadap perjanjian itu mulai goyah. Aku tidak tahu apakah kita masih bisa mempercayainya sepenuhnya."
Mendengar ini, Arunika merasa ada sesuatu yang lebih besar dan lebih berbahaya yang sedang terjadi. "Jadi kita tidak hanya menghadapi Raja Vampir, tapi juga mungkin sekutu-sekutu yang berkhianat?"
Pangeran Mark mengangguk. "Tepat. Ini lebih rumit dari yang terlihat, sayang. Dan itulah mengapa kita harus berhati-hati."
Arunika menyandarkan kepalanya di bahu Mark, merasakan ketegangan yang semakin meningkat dalam dirinya. Meski begitu, ia juga merasa ada sedikit kenyamanan mengetahui bahwa suaminya akan selalu ada di sisinya, melindunginya dari segala ancaman. Namun, apa yang akan terjadi selanjutnya masih menjadi misteri besar yang belum terungkap.
Hening .....
Sang Pangeran mulai memejamkan matanya, begitu indah dan nyata seakan ia berada di pelukan sang pangeran.
"Ibu, maaf aku baru mengunjungimu.." Pangeran Mark memejamkan matanya ia menggenggam tangan mungil istrinya itu, Pangeran Mark menatap wajah Arunika lekat dan tersenyum hangat, menyampirkan anak rambut lurus Arunika ke telinganya.
"Lihatlah aku membawakanmu menantu yang cantik, dialah yang akan melanjutkan perjuanganmu Bu." Arunika meneteskan air matanya melihat Pangeran Mark memenuhi permintaan dari Ibunya dulu, ia sangat menyayanginya, sampai hatinya terasa tersentuh mendengar ucapannya pada lukisan ibunya, ia merasakan hadirnya Ibu Ratu disana, auranya sangat ringan dan sejuk.
"Ouhh, adik ketiga memang benar istriku memiliki hati yang lembut ya."
"Baiklah mari kita mulai menjawab pertanyaanmu, Kamu tau Ibu ratu berhasil mengasuh kami terutama aku untuk selalu berbuat baik dan tidak serakah." Ia menatap lukisan ibunya yang tersenyum teduh.
"Ibu ratu sangat baik sekali, beliau selalu menolong orang lain, termasuk rakyat kami, begitulah ayahanda juga sangat mendukungnya, ibu dan selir di istana ini sangat akur selalu bersama seperti teman."
"Belum ada keributan disini kalau siapa yang akan menjadi Raja selanjutnya."
"Tunggu Pangeran apa ada yang tau kalau kau adalah Dewa yang di hukum ke bumi?" Pangeran tersenyum hangat sambil menyeruput tehnya ia melanjutkan, "Awalnya hanya ibunda dan ayahanda saja yang tau kalau aku adalah Dewa yang di hukum ke bumi, karena ibunda yang menemukan aku di sungai yang mengalir dari gunung di belakang Istana di atas Bunga teratai, sebelum ia mengambilku dari bunga itu, ibunda ratu mendengar bisikan kalau aku adalah salah satu anak Dewa perang, yang nanti akan menghancurkan kerajaannya."
"Tapi untungnya kamu gak di buang kan?"
Pangeran pertama terkekeh, "Kalau aku di buang kamu gak akan nikahin Pangeran Mark yang tampan ini bukan? Tentu saja tidak, karena sudah takdir dan ibunda tau kalau nanti ada yang bisa melanjutkan keturunan manusia, dan menemukan Darah manis,"
"Maksudku, untuk menemukanmu, Arunika," Pangeran Mark menambahkan sambil menatap Arunika dengan tatapan yang penuh cinta. Arunika tersipu mendengar kata-kata suaminya, namun rasa penasarannya masih belum terpuaskan.
"Ouh ya, Arunika kamu tau Istana sebrang ini di buatkan khusus untukku, karena aku berbeda dengan Adik-adikku, jadi ibu membuat kamar ini untukku dan untukmu. Salah satu peninggalan ibuku adalah istana ini, kamar itu dan perpustakaannya juga,banyak sekali sebenarnya. Tapi cukup dulu nanti aku akan memberitahumu lagi." Arunika mengangguk setuju,
...****************...
Satu Bulan Kemudian
Pangeran Mark dan Putri Arunika mulai dekat, Pangeran Pertama yang memang sesibuk itu, karena Sang Raja Sakha masih menghilang, desas-desus bahwa sisi lain dari Sang Raja Sakha yang bangkit membuat Arunika tak di ijinkannya keluar dari istananya maka dari itu Pangeran pertama membuat sebuah taman bunga dan beberapa hewan juga kolam untuk menemani sang istri.
Memang sangat jenuh di kurung, ia hanya menatap isi kota dari atas balkon istana, ingin sekali berbaur dengan masyarakat disana dan sesekali bercengkrama dengan mereka.
Pangeran Mark sangat sibuk akhir akhir ini, sehingga mereka bertemu di pagi hari saat bangun tidur saja ia mengurusi banyak hal yang terjadi di istana maupun di luar istana, banyak dokumen yang ia harus baca dan beberapa strategi untuk mengalahkan Vampire jahat yang menyerang istana, Arunika tau semenjak mereka menikah banyak yang ingin masuk ke istananya termasuk Madam Mery itu. Penjagaan ketat dengan pengawasan para Pangeran.
Tapi Arunika lupa kalau masyarakat mereka adalah vampir dan manusia serigala, ia mengendap-endap menuju keluar istana. Jujur ia sangat penasaran dengan isi masyarakat di kerajaan ini , dari masyarakat yang saling bertegur sapa, anak-anak yang bermain, berlari kesana kemari juga para pedagang yang menjual manik manik juga makanan, ia sangat ingin bermain bersama anak-anak disana.
Tidak lupa ia memakai tudung berwarna merah itu milik suaminya, ia sangat suka sekali dengan aroma bunga bunga apalagi tubuh Pangeran Mark, lalu pergi begitu saja. Ia melupakan sesuatu,"Apalagi ya? Ah udah deh." Sayangnya ia lupa pesan pangeran pertama.
Putri Arunika sampai di tengah masyarakat itu, ia menggunakan kekuatannya. Ternyata ia mempunyai kekuatan secepat kilat juga dan berpindah tempat, sungguh ia sangat senang. Namun ia belum tau kalau ini akan menjadi petaka. Ia juga belajar dari Nona Shataraya yang mengajarkannya menggunakan kekuatan sihirnya.
"Tuan Putri kau sangat cantik sekali," puji seorang anak laki laki, "Terimakasih. kalian mau kemana?" Anak perempuan kecil lainnya, menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Tuan Putri Arunika, sebenarnya ia tak sama sekali tidak memberitahu kalau Arunika adalah seorang Putri, namun anak-anak memiliki perasaan peka. "Kita mau ke sekolah," jawabnya begitu karena ia sangat penasaran ingin melihat sekolah dan juga bermain dengan mereka.
Ia masuk ke kawasan pemukiman warga, banyak yang menatapnya dengan tatapan mata tajam, namun ia hanya cuek dan tetap mengikuti anak-anak itu ke sekolah.
Seorang wanita paruh baya yang menjatuhkan dagangannya yaitu buah apelnya yang berserakan dimana-mana,"Nyonya kau tidak apa-apa?" Arunika sebenarnya waspada namun ia kasian pada wanita ini, dan ia sendirian membawa banyak dagangannya.
Ketika ia memungut buah yang berserakan beberapa anak anak juga ikut menolongnya tetapi wanita itu mencengkeram erat tangan Arunika. Arunika sama sekali tak curiga kalau pedagang buah itu adalah ancaman baginya.
"Kamu ternyata ya... wangi sekali." Wanita itu menarik tangannya dan mendekatkan wajahnya ke leher Arunika, sekarang ia ingat tadi ia lupa untuk makan kelopak bunga teratai yang biasanya ia kunyah sebelum meninggalkan kamarnya. Bukan hanya ia tak meninggalkan kamarnya, melainkan ia meninggalkan istananya, lebih berbahaya lagi bukan.
"Sepertinya ia haus darah,"
"Mati aku!"
"Tuan Putri!?" seorang gadis menariknya kuat menjauh dari wanita haus darah itu. Wanita itu tersungkur karena tubuh rentanya, Arunika menjauh darinya merasa ia harus melindungi anak-anak itu juga, anak-anak lainnya pun berlari kesana kemari. Semua orang masuk ke dalam rumah mereka, hanya tinggal Arunika dengan satu anak perempuan dan anak laki-laki.
"Ayo anak-anak kita harus pergi," Arunika berpindah tempat ke sekolah. Ia menyusuri sekolah itu dan mengikuti anak-anak itu ke dalam kelas.
"Aku menemukanmu!?" Wanita itu tertawa keras matanya menyala dan bertaring tajam, ia merasakan kekuatan besar dari wanita itu adalah Manusia serigala.
Wanita itu mengejar Tuan Putri Arunika sampai ia jalan buntu di sekolah itu, kesempatan untuk manusia serigala itu untuk memakannya. Wanita itu mengeluarkan kuku tajamnya dan mencakar tangan Arunika sehingga mengeluarkan darahnya.
Setelah itu angin yang begitu keras datang lalu menghempaskan tubuh serigala itu sehingga tersungkur di tanah. Pria itu menghempaskan tubuhnya berkali-kali dengan kekuatannya dari jauh, sehingga serigala itu pingsan. Pria lainnya membawa nya jauh dari area kerajaan.
"Kakak ipar seharusnya kau tidak keluar dari istana!?" Kata Pangeran Bungsu padanya, dia benar ia seharusnya tidak perlu keluar dari istana.
"Kau bisa mengatakannya padaku Kakak ipar, jangan pergi sendiri." Pangeran bungsu menatapnya serius, "Syukurlah kau tidak apa-apa. Lihat aku membawakanmu kelopak teratai." Katanya lagi melanjutkan, Arunika hanya diam. Memperhatikan gerakan dari Pangeran bungsu yang memang perhatian penuh padanya.
Sayangnya luka itu tak sembuh hanya tersisa luka goresan saja tanpa darah, sepertinya kekuatan itu hanya di miliki oleh kakaknya saja. Menurut Arunika tidak apa-apa, Pangeran bungsu sudah membawakannya kelopak teratai itu. "Terimakasih Pangeran."
"Pangeran bungsu, bawa dia ke istana aku akan melakukan sesuatu terlebih dahulu.” Kata Pangeran ke enam.
"Baik kakak.
Pangeran bungsu menggendong Putri Arunika dan terbang dengan kecepatan tinggi sehingga membuatnya sedikit mual.
...****************...
Setelah tiba kembali di istana, Arunika masih merasa mual akibat perjalanan yang begitu cepat bersama Pangeran Bungsu. Ia duduk di sofa di ruang tamu utama, mengatur napasnya.
"Maaf, Kakak Ipar. Aku terburu-buru tadi. Bagaimana perasaanmu sekarang?" tanya Pangeran Bungsu sambil menyodorkan teh hangat.
Arunika menerima teh tersebut dengan senyuman tipis. "Aku baik-baik saja. Terima kasih, Pangeran," jawabnya pelan, meskipun dalam hatinya ia masih merasakan kegelisahan setelah kejadian di luar istana. Wanita haus darah itu, kekuatan yang ia lihat tadi, dan serangan mendadak serigala yang hampir memakan dirinya membuat pikirannya berkecamuk.
Pangeran Bungsu duduk di sebelahnya, menatapnya dengan kekhawatiran. "Kau tahu, kakak ipar. Keluar dari istana tanpa izin adalah tindakan yang sangat berbahaya. Dunia di luar sini tidak sama seperti yang terlihat. Banyak dari mereka yang tidak seperti kita."
Arunika mengangguk. "Aku tahu. Aku hanya ingin melihat masyarakat berbaur dengan mereka. Aku merasa terasing di sini."
Pangeran Bungsu tersenyum hangat, memahami perasaannya. "Kami melindungimu karena kau adalah yang terpenting bagi Kakak Pertama dan seluruh kerajaan ini. Namun, kami juga mengerti bahwa kau butuh kebebasan. Mungkin lain kali, aku bisa menemanimu berkeliling. Kau tak perlu melakukannya sendirian."
Arunika tersenyum tipis mendengar tawaran tersebut, namun pikirannya tetap pada satu hal. "Pangeran, siapakah wanita haus darah itu? Dia tampak begitu kuat dan... haus akan darahku. Kenapa aku? Apakah ini ada hubungannya dengan diriku?"
Pangeran Bungsu terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan. "Ya, itu ada hubungannya dengan darahmu, Kakak Ipar. Darah manismu adalah sesuatu yang sangat langka. Tidak semua makhluk sepertinya bisa menahan hasrat mereka saat berada di dekatmu. Itu sebabnya kami selalu memastikan keamananmu."
"Tapi kenapa darahku begitu istimewa?" desak Arunika. "Dan apa hubungannya dengan aku menjadi bagian dari keluarga kerajaan ini?"
Arunika masih mempertanyakan apakah darahnya ini memang istimewa atau mereka kan memang makanannya yang darah.
Pangeran Bungsu menghela napas dalam-dalam. "Aku tidak bisa menjawab semua pertanyaanmu sekarang. Tapi percayalah, Kakak Pertama pasti akan menjelaskan semuanya kepadamu, pada waktunya. Untuk sekarang, yang terpenting adalah keselamatanmu. Jangan pernah lupa bahwa kami selalu ada di sini untuk melindungimu."
Arunika menggigit bibirnya. Meskipun banyak yang masih disembunyikan dari dirinya, ia tahu bahwa waktunya akan datang ketika semua rahasia terungkap. Untuk saat ini, ia hanya bisa menunggu, dan berharap bahwa jawabannya akan segera ia dapatkan.
"Tidak apa-apa, Pangeran," jawab Arunika akhirnya. "Aku akan menunggu jawabannya dari Pangeran Mark. Terima kasih sudah menyelamatkanku hari ini."
Pangeran Bungsu tersenyum lembut. "Selalu, Kakak Ipar. Selalu."
Ceritanya juga keren, semangat terus ya. 😉