NovelToon NovelToon
SUSUK JALATUNDA

SUSUK JALATUNDA

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Horor / Duniahiburan
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Naim Nurbanah

Misda terpaksa harus bekerja di kota untuk mencukupi kebutuhan keluarga nya. Saat Dikota, mau tidak mau Misda menjadi LC di sebuah kafe. Singkat cerita karena godaan dari teman LC nya, Misda diajak ke orang pintar untuk memasang susuk untuk daya tarik dan pikat supaya Misda.

Bagaimana kisah selanjutnya? Ikuti cerita novelnya di SUSUK JALATUNDA

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Misda bergerak cepat membuka kulkas kecil, tangannya gemetar saat mengambil sebotol air mineral. Dia menyodorkan air itu kepada Dona yang tubuhnya masih menggigil, wajahnya putih seperti kapur. Dona meraih botol itu dengan tangan lemas, berusaha menenangkan diri, meneguk air itu pelan, tapi gemetar di badannya tak kunjung reda.

 "Katakan, Dona! Apa sebenarnya yang terjadi? Jangan diam!" suara Misda tiba-tiba meninggi, penuh kecemasan. Dona menunduk, suaranya bergetar parah ketika akhirnya melepaskan beban yang selama ini menghantuinya.

 "Misda... aku... aku telah membunuh Tuan Robert. Dia... dia mengikuti aku sampai di sini. Aku takut, sangat takut..." Kejutan terpancar jelas dari mata Misda, dadanya berdegup seperti dipukul palu. 

"Kenapa, Dona?! Kenapa harus sampai membunuhnya? Ini gila! Bagaimana kalau polisi menemukan sidik jarimu? Jejakmu? Kita... kita bisa tenggelam dalam neraka ini!" 

Nada suaranya mendesak, penuh panik. Dona semakin terkoyak, tubuhnya bergoyang tak terkendali. Bola matanya liar, mengintai kiri kanan seolah ada bayangan hitam yang mengintai, siap menyergap dan menenggelamkannya ke dalam kegelapan tak berujung. Ketakutan itu menyelimuti seluruh dirinya, membuatnya seolah kehilangan kendali atas dunia di sekelilingnya.

"Misda, aku... aku takut sekali!" suara Dona bergetar, napasnya tersendat-sendat, seolah beban dunia menekan dada kecilnya. 

"Bolehkah aku menginap di kostmu malam ini? Aku masih syok, ketakutan ini menelanku utuh. Setelah aku tenang, aku janji akan ceritakan semuanya padamu." 

 Misda hanya bisa mengangguk pelan, matanya dipenuhi kecemasan yang sama. Ada sesuatu yang salah, sangat salah, bagaimana bisa nyawa Tuan Robert lenyap begitu saja, tiba-tiba dan tanpa alasan yang masuk akal? Hatinya mencakar-cakar mencari jawaban, tapi yang ada hanya kebisuan dan keraguan yang mencekam. 

 Dengan lembut, Misda memerintahkan Dona untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Dia menunggu di depan pintu kamar mandi, degup jantungnya semakin menggila. Ini benar-benar bukan Dona yang biasa dia kenal yang biasanya penuh tawa dan semangat. 

Kini, Dona terlihat rapuh, seperti boneka kaca yang bisa pecah kapan saja. Bayangan kejadian itu terus menghantui Misda, Tuan Robert yang selama ini begitu perhatian, begitu royal dengan tip dan bayaran, tiba-tiba terkapar tak bernyawa saat mereka bersama. 

Dona terpukul, hatinya remuk tanpa sisa. Semua kebaikan Tuan Robert, kini tersamar oleh misteri kelam yang tak terjelaskan. Misda merasakan dingin merayap di tulang punggungnya. Malam itu, bukan hanya Dona yang takut dia pun merasa jantung kota berdegup dengan gelap, membawa rahasia yang tak berani mereka ungkapkan.

Dona mengusap tubuhnya yang masih basah dengan handuk lebar dari Misda, wajahnya terlihat lelah dan sedikit pucat. Misda menatapnya penuh perhatian, mengambil handphone dari atas meja sambil berkata, 

"Ayo, kamu harus tenang dulu. Sudah makan belum? Kalau belum, aku pesankan makanan, ya." 

Dona hanya duduk membisu di kursi kayu dekat tempat tidur Misda, matanya menatap kosong ke lantai. Kamar kost-an Misda memang cukup lapang, cukup untuk tidur dan kamar mandi di dalamnya, sementara dapur ada di luar dan digunakan bersama penghuni lain. 

"Aku buatkan teh panas dulu, ya," ucap Misda lembut, tapi sebelum dia bergerak, tangan Dona menangkis cepat. Mata Dona menatap Misda, suara kecilnya penuh kecemasan,

 "Nggak usah dulu…"

"Tidak! Aku belum siap sendiri," suara Dona bergetar, membuat Misda terdiam dan kembali duduk di kursi plastik yang dingin. Dona menarik napas panjang, matanya memancarkan ketakutan yang dalam. 

"Kejadian itu terlalu cepat, Misda. Aku seperti terseret ke dalam gelap, tanpa sadar, seolah tubuhku dirasuki oleh roh jahat yang merasuki setiap helaan nafasku. Saat roh itu mengambil alih, aku kehilangan kendali dan dalam kekacauan itu, tuan Robert tewas di antara pelukan kami yang dulu penuh cinta, di atas ranjang itu," ujarnya dengan suara bergetar, membuat bulu kuduk Misda berdiri.

 "Aku masih ingat saat aku mengendarai motor matic menuju kostmu, sosok tuan Robert tiba-tiba muncul, memboncengku, memeluk pinggangku erat. Hanya aku yang melihatnya. Orang-orang di sekitarku menatapku aneh, karena mereka tak bisa melihat bayangan kematian itu yang melekat padaku," lanjut Dona, matanya basah tapi penuh ketakutan. Misda menelan ludah, suaranya berbisik, 

"Lalu… mayat tuan Robert sekarang di mana?" Dona menunduk, suaranya serak, 

"Masih di penginapan itu. Aku sudah mencoba menghapus segala jejak, takut semua ini terbongkar. Tapi rasanya bayangan itu terus mengikuti langkahku, mengancam untuk menyeretku lebih dalam ke neraka."

"Tapi bagaimana dengan CCTV di penginapan itu? Aku takut kalau saja mereka tahu kau berkencan dengan Tuan Robert di kamar itu," suara Misda bergetar, penuh kegelisahan. Dona menatap ke kejauhan, napasnya berat. 

"Aku pasrah, Misda. Jika ini harus menjadi tanggung jawabku, aku siap menerima semuanya... bahkan kalau harus kehilangan segalanya." 

 Tiba-tiba, ketukan keras terdengar di pintu kamar kost. Misda terkejut, segera berdiri dan melangkah ke pintu dengan langkah gemetar. Saat pintu terbuka, seorang kurir berdiri membawa pesanan makanan dan minuman. 

Setelah membayar tanpa banyak bicara, kurir itu pergi menghilang ke lorong. Misda menutup pintu, wajahnya masih dipenuhi kecemasan. Tapi ia mencoba tersenyum dan mengajak Dona duduk. Bersama-sama, mereka menikmati hidangan itu sejenak melupakan dunia yang terasa begitu berat, meski hati masing-masing tahu bahwa badai belum juga reda.

Saat Dona mulai menyedot makanan di depannya, matanya tiba-tiba terpaku pada sesuatu yang mengerikan belatung putih memenuhi setiap sudut piring itu, bergerak-gerak mengerikan di antara sisa-sisa santapan. Tubuhnya seketika kaku, napasnya tersengal, dan suara jeritnya memecah kesunyian ruangan. Dona melompat mundur, menjauh dengan ekspresi ngeri yang tak bisa disembunyikan. Di sudut lain meja, Misda menatap makanan Dona dengan tatapan dingin dan datar.

 “Tidak ada apa-apa di makananmu, Dona. Mungkin ini ujian kecil. Berdoalah, supaya kau terhindar dari gangguan itu,” katanya dengan suara tenang yang nyaris dingin, seolah-olah membuang jauh rasa jijik yang mungkin ikut muncul. Namun Dona mengerutkan keningnya, hatinya berontak mendengar permintaan itu.

 “Berdoa? Setelah aku memasang susuk ini, aku sudah lama meninggalkan ibadah, bahkan doa sehari-hari pun tak pernah lagi aku panjatkan,” jawabnya dengan nada getir, seolah melemparkan tantangan pada keyakinan dan dunia gaib yang selama ini dia percayai. Misda terpana sesaat, tapi sebelum sempat bicara, Dona menambahkan, 

“Kalau aku terus menjalankan ritual keagamaanku, apakah kekuatan mistik yang ada di tubuhku akan memudar? Apa aku harus memilih salah satu, antara doa dan kekuatan susuk ini?” 

Anggukan cepatnya menandakan betapa gelisah dan bimbangnya hatinya. Gelap dan terang, ilmu gaib dan iman berperang dalam dadanya, menciptakan pusaran emosi yang tak kunjung reda.

"Astaga! Apakah aku benar-benar akan menjadi pengabdi setan setelah ini?" ucap Misda akhirnya.

1
NAIM NURBANAH
Semangat
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!