NovelToon NovelToon
BANGKITNYA GADIS YANG TERTINDAS

BANGKITNYA GADIS YANG TERTINDAS

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Mengubah Takdir
Popularitas:103
Nilai: 5
Nama Author: Sagitarius-74

Gadis, sejak kecil hidup dalam bayang-bayang kesengsaraan di rumah keluarga angkatnya yang kaya. Dia dianggap sebagai anak pembawa sial dan diperlakukan tak lebih dari seorang pembantu. Puncaknya, ia dijebak dan difitnah atas pencurian uang yang tidak pernah ia lakukan oleh Elena dan ibu angkatnya, Nyonya Isabella. Gadis tak hanya kehilangan nama baiknya, tetapi juga dicampakkan ke penjara dalam keadaan hancur, menyaksikan masa depannya direnggut paksa.
Bertahun-tahun berlalu, Gadis menghilang dari Jakarta, ditempa oleh kerasnya kehidupan dan didukung oleh sosok misterius yang melihat potensi di dalam dirinya. Ia kembali dengan identitas baru—Alena.. Sosok yang pintar dan sukses.. Alena kembali untuk membalas perbuatan keluarga angkatnya yang pernah menyakitinya. Tapi siapa sangka misinya itu mulai goyah ketika seseorang yang mencintainya ternyata...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sagitarius-74, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

MALAM PENGANTIN YANG SURAM

Cahaya bulan menyinari atap hotel bintang lima terkemuka di pusat kota, menyinari langit yang dipenuhi bintang-bintang seolah-olah merayakan pernikahan yang baru saja berlalu.

Setiap sudut ruangan resepsi dan ballroom masih berisik dengan kesan kemewahan. Bunga mawar merah yang tak terhitung jumlahnya, lilin yang masih membara, dan tanda-tanda keramaian yang hanya berakhir beberapa jam yang lalu.

Ferdo dan Elena, pasangan pengantin yang baru saja menikah dalam upacara yang dihadiri oleh ratusan tamu penting, berdiri di depan pintu kamar yang telah disiapkan khusus oleh tuan Antonio dan nyonya Isabella.

“Kamar paling mewah di hotel ini, Nak,” kata nyonya Isabella dengan senyum lebar, memegang tangan Elena dengan erat.

 Matanya memancarkan kebanggaan, tapi di dalamnya tersembunyi ketegangan yang tak terucapkan. “Kami harap malam ini menjadi momen yang tak terlupakan, penuh dengan cinta dan kebahagiaan.”

Ferdo hanya mengangguk, matanya terjebak pada lantai kamar yang ditutupi karpet merah tua yang lembut. Rambutnya masih teratur dari riasan pengantin, dan jas hitamnya masih terasa kaku di tubuhnya.

 Dia melihat Elena di sampingnya, wanita cantik dengan rambut pirang yang melayang dan gaun pengantin putih yang megah. Tapi di hati Ferdo, tidak ada kegembiraan yang seharusnya ada pada malam pertama. Hanya keheningan yang mendalam, dan bayangan seseorang yang selalu menghantui pikirannya: Gadis.

“Anak semata kita sudah tidur di kamar nenek, Mas Ferdo,” ujar Elena dengan suaranya yang lembut, seolah mencoba menarik perhatian Ferdo. “Dia tidur nyenyak bersama Bu Isabella, jadi kita tak akan terganggu.”

Ferdo mengangguk lagi, tanpa melihat ke arahnya. “Baik.”

Setelah tuan Antonio dan nyonya Isabella pergi, meninggalkan mereka sendirian, keheningan di kamar menjadi lebih dalam. Cahaya dari lampu lilin yang diletakkan di sekeliling kamar menciptakan nuansa romantis yang sengaja dirancang, tapi bagi Ferdo, itu hanya membuatnya semakin cemas. Elena mulai melepas gaunnya perlahan-lahan, dengan gerakan yang disengaja untuk menarik perhatian Ferdo. Dia berbalik menghadap Ferdo, dengan wajahnya yang memerah dan mata yang memancarkan hasrat.

“Ferdo,” panggilnya dengan suaranya yang lembut tapi penuh hasrat. “Malam ini adalah milik kita. Mari kita jadikan malam ini tak terlupakan.”

Elena mendekat dengan langkah yang lambat, menggenggam lengan Ferdo dan menariknya ke arah ranjang yang besar dan empuk. Dia bersikap agresif sedikit, meletakkan tangannya di dada Ferdo dan mencoba melepaskan kancing jasnya. Tapi Ferdo langsung mundur sedikit, membuat jarak antara mereka.

“Elena,” ujarnya dengan suara yang lembut tapi tegas. “Maaf. Saya tidak bisa.”

Elena terkejut, matanya membesar. “Apa? Ferdo, ini malam pertama kita. Kamu tidak bisa menolak saya.”

“Maaf,” ulang Ferdo, matanya turun ke lantai. “Saya benar-benar tidak bisa.”

Keheranan Elena berubah menjadi kemarahan dan kesedihan. Dia menjerit, histeris, dan menangis. “Mengapa? Apa yang salah dengan saya? Sudahkah kamu bosan padaku bahkan sebelum kita menikah?”

Tanpa menjawab, Ferdo melepaskan diri dari genggaman Elena dan mengambil jaketnya dari kursi. Dia berjalan menuju pintu, meninggalkan Elena yang masih menangis dan menjerit di belakangnya. “Saya akan kembali nanti,” ucapnya tanpa melihat ke belakang, lalu membuka pintu dan keluar.

Di kamar, Elena semakin marah. Dia melempar semua barang yang ada di meja rias—kaca cermin, sikat rambut, dan tabung make-up—hingga terpecah berantakan di lantai. Dia menangis dengan terisak-isak, merasakan rasa malu dan sakit hati yang tak tertahankan. Bagaimana bisa suaminya baru saja menikahinya, lalu meninggalkannya di malam pertama?

Sementara itu, Ferdo berkendaralah dengan mobilnya melintasi jalan-jalan yang sepi di tengah malam. Pikirannya hanya terfokus pada satu orang: Gadis. Mantan istrinya yang sekarang terkurung di penjara, jauh dari dirinya. Dia ingat semua kenangan indah bersama Gadis—hari-hari mereka bertemu pertama kali, hari pernikahan mereka yang sederhana tapi penuh cinta, dan saat anak mereka lahir. Semua itu hancur karena fitnah yang dia yakini datang dari nyonya Isabella.

“Gadis, maaf,” bisik Ferdo sambil mengemudi, air mata mulai menetes di pipinya. “Saya tidak boleh menyerah padamu. Saya akan membuktikan kebenaranmu, saya janji.”

Setelah berjalan beberapa jam, Ferdo tiba di depan lapas yang berdiri megah dan menyeramkan di pinggiran kota. Dinding bata hitam yang tinggi dan gerbang teralis yang terkunci membuatnya merasa terjebak, sama seperti Gadis yang terkurung di dalamnya. Dia memarkir mobilnya di tempat parkir yang sepi, lalu keluar dan berdiri di depan gerbang. Dari kejauhan, dia bisa melihat ruang tahanan yang diterangi oleh lampu kuning yang redup. Dia tahu Gadis ada di sana, sendirian dan kesepian.

Ferdo masuk ke dalam mobilnya lagi, lalu duduk di kursi pengemudi sambil memandang ruang tahanan Gadis. Dia menangis, membiarkan semua rasa sakit dan kesalahan yang dia rasakan keluar. Dia ingat bagaimana Gadis selalu menemaninya dalam masa-masa sulit, bagaimana dia selalu tersenyum meskipun hidup sulit. Dan dia ingat bagaimana dia tak bisa melindunginya dari fitnah yang membuatnya terkurung di penjara.

“Gadis, saya masih mencintaimu,” bisiknya sambil menangis. “Selalu saja.”

Tanpa sadar, Ferdo tertidur di dalam mobilnya, dengan kepalanya bersandar di sandaran dan mata yang lelah. Dia tidur nyenyak, terbangun hanya oleh suara bunyi telepon yang berdering keras. Dia membuka mata dengan terengah-engah, melihat sinar matahari pagi yang sudah menyinari kaca mobil. Dia mengambil teleponnya dari dompet, dan melihat nama yang muncul di layar: Bu Isabella.

Dia menjawab teleponnya dengan tangannya yang gemetar. “Ibu.”

“FERDO! Dimana kamu sekarang?!” suara nyonya Isabella terdengar keras dan marah di telepon. “Elena telah menelepon saya, melaporkan bahwa kamu meninggalkannya sendirian di malam pengantin! Apa yang kamu lakukan? Kamu membuat malu kami semua?!”

Ferdo menutup mata sejenak, merasakan tekanan yang berat di pundaknya. “Mama.. aku.."

“Jangan bicara! Kembali ke hotel sekarang! Mama akan menunggu kamu di sana, dan kita akan membahas tentang hal ini! Kamu tidak bisa berperilaku seperti itu pada istri baru kamu! Elena adalah wanita yang baik, dan dia berhak mendapatkan perhatianmu!”

Tanpa menjawab lagi, nyonya Isabella mematikan telepon. Ferdo meletakkan teleponnya di dasbor mobil, mata terlihat lelah dan sedih.

 Dia melihat ke arah ruang tahanan Gadis sekali lagi, merasakan rasa tidak mampu yang luar biasa. Dia ingin tinggal di sana, berdampingan dengan Gadis, tapi dia tahu itu tak mungkin. Dia memiliki kewajiban terhadap Elena, terhadap orang tuanya, dan terhadap anaknya.

"Selamat tinggal Gadis, jaga dirimu baik-baik.."

Ferdo memulai mesin mobilnya dan mengemudinya kembali ke kota. Jalanan yang sepi di pagi hari membuatnya semakin merenungkan tentang kehidupannya.

Dia menikahi Elena karena tekanan dari orang tuanya, karena mereka menganggap Gadis tidak pantas untuknya.

Mereka mengatakan bahwa Gadis adalah wanita miskin yang hanya ingin uang dan status dari keluarga mereka. Tapi Ferdo tahu bahwa itu bukan kebenaran. Gadis adalah wanita yang tulus dan penuh cinta, yang hanya ingin hidup bahagia bersama dia dan anak mereka.

1
Tie's_74
Haloo.. Minta dukungan untuk ceritaku yang ke 2 ya .. Makasih 😁🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!