NovelToon NovelToon
Sopirku Mantan Dosaku

Sopirku Mantan Dosaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Saling selingkuh / Cinta Terlarang / Mantan / Romansa / Cintapertama / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Laila_Anta

Pernikahan seharusnya membuka lembaran yang manis. Tapi tidak bagi Nayara, dia menyimpan rahasia kelam yang akhirnya merenggut kebahagiaannya.

Suaminya membencinya, rumah tangganya hampa, dan hatinya terus terjerat rasa bersalah.

Hingga suatu hari sumber masalahnya sendiri datang dan berdiri dihadapannya, laki-laki yang kini memperkenalkannya sebagai sopir pribadi.

“Sudah aku katakan bukan. Kamu milikku! Aku tidak akan segan mengejarmu jika kau berani meninggalkanku.”

Apakah Nayara akan mempertahankan rumah tangganya yang hampa atau kembali pada seseorang dimasa lalu meski luka yang ia torehkan masih menganga dihatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laila_Anta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

Nay merasakan bahunya hangat. Gadis itu menoleh. "Ibu," lirih mengusap air matanya kasar.

Ibu Dev tentu ada di sana, di acara pertunangan putranya. Meski dirinya enggan datang ke kota, tapi demi putranya ia rela menurunkan egonya.

Beliau tentu saja melihat Nay meski awalnya tidak terlalu yakin pada penglihatannya. Kini ia yakin gadis cantik ini seseorang yang begitu ia kenal.

"Apa boleh ibu duduk," pintanya.

Nay menggeser duduknya memberikan ruang kosong untuk beliau duduki.

"Ibu tidak menyangka akan bertemu kamu disini."

Pandangan mereka bertemu. Nay memaksakan dirinya mengulas senyum. "Bagaimana kabar ibu?" Ia tidak akan bertanya kenapa beliau bisa berada di tempat ini, karena jawaban sudah pasti.

"Baik. Bagaimana denganmu?"

"Aku juga baik, Bu. Senang bisa bertemu ibu di sini," cicitnya.

Wanita paruh baya itu menelisik mata sembab Nay. Keningnya mengkerut. "Bagaimana dengan pernikahanmu. Maaf, ibu tidak hadir saat itu." Menepuk bahu Nay lembut.

Gadis itu memalingkan wajahnya ke samping, menggigit bibir berusaha menyembunyikan perasaannya. Tangannya meremas gaun seolah menahan sesak yang kembali menerpa.

"Neng. Jika kamu berkenan, kamu masih bisa menganggap ibu sebagai ibumu seperti dulu. Cerita lah. Keluarkan rasa sesak yang kamu rasakan saat ini."

Mendengar itu, Nay tidak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya. Air matanya jatuh dalam pelukan ibunya Dev.

"Bu, apa salahku. Kenapa dunia begitu kejam padamu, hiks. . ." Gadis itu sesegukkan.

Wanita paruh baya itu terkejut dengan reaksi Nay. Tepukan lembut mengalirkan ketenangan. "Tenanglah, Nak."

'Sebenarnya apa yang kamu alami selama ini.'

Tangisnya mereda. Pelukan seseorang benar-benar bisa menenangkan. "Maaf, Bu. Nay sepertinya berlebihan," sesalnya dengan sikap yang baru saja ia tunjukkan pada Ibunya Dev.

"Tidak, Neng. Ibu senang bisa membuatmu bersandar di pelukan ibu," ucapnya tulus.

"Kapan ibu pulang. Sebaiknya ibu mampir ke rumahku," pinta Nay.

Ibu Dev tersenyum lembut. Menarik nafasnya kasar. "Ibu tidak betah berlama-lama di kota. Entahlah, sepertinya orang seperti ibu memang cocok tinggal di pedesaan," selorohnya.

Nay menanggapi perkataan beliau dengan senyuman. Tapi ia setuju. Dia juga merasa lebih nyaman hidup di desa, bisa bebas mengepakkan sayapnya seperti burung.

Mereka tidak menyadari seseorang berdiri tidak jauh di belakang. Tatapannya sulit diartikan. Ketiganya tersentak saat mendengar seseorang memanggil.

"Nay, sepertinya kita harus segera pulang."

Bian memanggil setelah dia berhasil menyelesaikan urusannya.

Gadis itu menoleh. "Bu, aku pulang dulu, ya."

Ibu Dev mengangguk. "Pergilah. Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu."

Mereka saling berpelukan sebelum akhirnya Nay masuk ke dalam mobil yang kini membawanya pergi.

Mobil melaju meninggalkan area parkir. Selama diperjalanan tidak ada satupun yang berbicara. Keduanya tenggelam dengan pikirannya masing-masing.

Akhirnya Bian mengalah. "Siapa yang tadi bersamamu?" Sebuah pertanyaan yang sejak tadi ingin ia lontarkan.

Dia merasa aneh, ternyata ada seseorang yang istrinya kenal disini.

Nay menoleh karena lamunannya buyar. "Beliau seseorang yang saya kenal. Kami sering bertemu sewaktu di desa."

"Hmm, pantas saja," gumam Bian tetap fokus melajukan kendaraannya.

Situasi kembali hening. Nay terlalu lelah bahkan untuk sekedar berbasa-basi. Kejadian yang baru saja ia alami benar-benar mengguncang jiwanya. Akhirnya iapun tertidur.

Bahkan sampai mereka sampai, Nay tidak terusik sedikitpun. Bian mematikan mesin mobil, menatap lembut seseorang yang kini masih betah dengan alam mimpinya.

Tidak dipungkiri cinta itu masih ada, meski ego berusaha menutupinya. Jika saja Nay tidak melakukan kesalahan dan dialah satu-satunya laki-laki yang memilikinya seutuhnya. Tentu, Bian akan menjadi lelaki paling bahagia di dunia. Memiliki istri cantik yang dikagumi semua orang termasuk semua rekan bisnisnya tadi.

Tanpa sadar tangannya terulur, berusaha membelai wajah tenang istrinya.

Tapi sebelum itu, kelopak mata Nay terbuka perlahan, kedua matanya membulat dengan gerakan cepat menangkis tangan yang sedikit lagi mendarat di pipinya.

"Awww," ringis Bian. Tidak terlalu sakit, tapi laki-laki itu terkejut terhadap gerakan refleks Nay menangkis tangannya.

"Maaf." Nay yang melihat air muka suaminya berubah merah.

"Turun."

Gadis itu terlihat linglung, mengamati situasi karena separuh nyawanya belum terkumpul. "Cepat turun!" Suara Bian memekik telinga.

Nay gelagapan membuka seal belt. "I-iya."

Setelah turun dan menutup pintu, Bian kembali melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah dengan kecepatan yang tinggi.

Nay menarik nafas dalam. "Huh, aku kan gak sengaja," ucapnya penuh sesal.

* * *

Pesta telah usai.

Bu Naumi ibunya Dev bersiap untuk pulang. "Man, sebaiknya kamu antar kakak iparmu pulang." Pak Wisnu memberikan perintah pada adiknya.

"Aku yang akan mengantar ibu pulang," sela Dev.

"Kenapa? Para tamu belum pulang sepenuhnya. Lagian calon istri dan mertua kamu juga belum pulang, Dev. Sebaiknya-"

"Aku bilang, aku yang akan mengantar ibu. Aku tidak percaya pada siapapun jika menyangkut keselamatan ibuku."

Wajah pak Wisnu terlihat memerah. "Sudahlah, yah. Tidak papa. Mereka pasti mengerti," ucap Nyonya Mira berusaha menenangkan suaminya.

"Kalau begitu saya pamit dulu." Bu Naumi menundukkan kepalanya sopan.

Nyonya Mira memeluk istri pertama suaminya tersebut. "Maaf, Mbak. Jika perjamuannya kurang memuaskan. Jika Mbak berkenan. Mbak boleh sering-sering berkunjung menemui kami."

"Tentu. Kalau begitu saya pamit."

Pak Wisnu menatap kepergian istri pertamanya tersebut dengan tatapan yang sulit diartikan. Dadanya masih berdesir seperti dulu. Meski sudah puluhan tahun berpisah, tapi mereka tidak pernah bercerai secara sah.

Lebih tepatnya pak Wisnu yang tetap berusaha mempertahankannya. Laki-laki egois yang menginginkan dua wanita sekaligus dalam hidupnya.

"Sepertinya akan terlalu malam jika kita memaksakan untuk tetap berangkat ke desa malam ini," ujar Dev melihat wajah Ibunya yang nampak kelelahan saat mereka berada ditengah perjalanan.

"Sebaiknya kita bermalam dulu. Aku akan mencari penginapan di sekitar sini."

Bu Naumi mengangguk, beliau pasrah pada keputusan putranya. Lagipula dirinya juga lelah. Lelah hati dan pikiran. Selama puluhan tahun ia menghindar. Sampai akhirnya takdir harus mempertemukan mereka kembali saat ini.

Setelah menemukan sebuah penginapan, Dev menyuruh Ibunya untuk masuk dan beristirahat karena besok pagi harus melanjutkan perjalanan panjang mereka.

"Baiklah. Kamu juga istirahat, Nak," ucap Bu Naumi sebelum menutup pintu kamar.

Dev berjalan gontai menyusuri lorong menuju kamarnya. Di dalam kamar, laki-laki itu menjatuhkan tubuh di atas kasur. Menatap langit-langit, bayangan masa lalu saling berkelebat.

Usianya masih 10 tahun saat ia melihat pertengkaran hebat kedua orangtuanya. Ia mendengar sekilas tentang ibunya yang menyebut orang ketiga.

Ayahnya yang kepincut janda muda kaya raya di kota sampai akhirnya berniat melakukan poligami. Ibunya tidak bisa terima dan menuntut perceraian. Tapi ayahnya itu begitu brengsek. Ia tetap ingin mempertahankan ibunya meski mencintai wanita lain.

Dan sejak saat itulah, ia bersumpah jika suatu saat nanti memiliki wanita, ia tidak akan pernah menduakannya. Karena ia tahu, kesedihan Ibunya dalam diam. Selama ini ia sering melihat ibunya menahan isak tertahan di dalam kamar seorang diri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!