NovelToon NovelToon
Menuju Sukses Bersama Ayahku

Menuju Sukses Bersama Ayahku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:933
Nilai: 5
Nama Author: Monica Wulan

seorang anak perempuan bercita-cita untuk sukses bersama sang ayah menuju kehidupan yang lebih baik. banyak badai yang dilalui sebelum menuju sukses, apa saja badai itu?

Yok baca sekarang untuk tau kisah selanjutnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monica Wulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Di keroyok

Seminggu berlalu. Sore ini, para warga telah menyelesaikan tugas mereka. Semua padi hasil panen telah diserahkan kepada Pak Ramlan untuk disimpan di rumahnya. Besok, pembeli dari kota akan datang untuk mengambil pesanan. Setelah mengucapkan terima kasih dan saling bercanda, para warga pun bubar. Pak Ramlan memasuki rumahnya, merasa lega karena tugas berat telah selesai.

Namun, di balik kesuksesan Pak Ramlan, ada rencana jahat yang sedang disusun. Arkan dan Zulaikha, istrinya, keluar dari persembunyian mereka di balik rumah. Di tangan mereka, tersimpan beberapa botol berisi cairan berwarna pekat racun untuk padi. Mereka berbisik-bisik, wajah mereka dipenuhi senyum licik.

"Ini waktunya, ayo kita lakukan dengan cepat," bisik Arkan, sambil membuka tutup salah satu botol. Ia menatap tumpukan karung padi yang tersimpan rapi di halaman rumah.

Zulaikha mengangguk, matanya berkilat. "Harus berhasil, Mas. Kita tidak boleh gagal."

Setelah menaburkan racun di beberapa karung padi, mereka saling berpandangan, senyum licik mengembang di wajah mereka.

"Selesai," bisik Arkan, sambil menyeka keringat di dahinya. Ia merasa lega, namun juga sedikit tegang.

Zulaikha mengangguk, suaranya berbisik penuh kegembiraan. "Besok, kita lihat saja bagaimana reaksi warga. Pasti mereka akan marah besar sama mas ramlan. Mereka akan meminta mas Ramlan mengganti rugi semua kerugian. Mungkin saja, mereka akan mengusir nya dari desa ini!"

Arkan tertawa kecil, suaranya penuh kepuasan. "Benar! mas Ramlan akan kehilangan muka. Dan kita? Kita akan menjadi pahlawan yang menyelamatkan warga dari padi yang rusak!"

Zulaikha tertawa lebih keras, suaranya penuh dengan kegembiraan jahat. "Tentu saja mas! Setelah ini, semua orang akan tahu bahwa mas Ramlan tidak kompeten. Dan kamu lah, akan menjadi yang terbaik!"

Mereka saling berpelukan, merayakan kesuksesan rencana jahat mereka. Mereka membayangkan bagaimana warga akan marah, bagaimana Pak Ramlan akan meminta maaf, dan bagaimana mereka akan mendapatkan pujian dan penghormatan dari warga.

...****************...

Keesokan harinya Matahari bersinar terik saat Aisyah mengayuh sepedanya menuju warung Bude Rita. Ia bernyanyi kecil, hati terasa ringan setelah kemarin menerima kabar baik tentang beasiswa. Namun, ketenangannya seketika sirna. Seorang laki-laki berlari mengejarnya, napasnya tersengal-sengal, wajahnya penuh keringat. Aisyah mengerem sepeda, bingung melihat laki-laki itu.

"Ada apa, Mas?" tanya Aisyah, sedikit khawatir. Laki-laki itu berhenti di depannya, napasnya masih tersengal-sengal.

"Aisyah… Aisyah…, huhh huhh" laki-laki itu berusaha mengatur napasnya. "Ayahmu… Ayahmu… di balai desa… sedang… diamuk warga!"

Aisyah terkesiap, sepedanya hampir jatuh. "Astaghfirullah? Ayahku? Dimarahi warga? Kenapa mas?" Suaranya bergetar, perasaannya campur aduk antara khawatir dan bingung.

Laki-laki itu berusaha menjelaskan, napasnya masih tersengal-sengal. "Aku… aku tidak tahu persis… tapi katanya… padinya rusak… banyak yang… busuk…"

"Padinya rusak? Bagaimana bisa?" Aisyah semakin panik. Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Ia mengenal ayahnya sebagai petani yang sangat teliti dan bertanggung jawab.

"Cepat, Aisyah! Pergilah ke balai desa sekarang juga!" Laki-laki itu mendorong sepeda Aisyah, suaranya penuh dengan kepanikan. "Warga sangat marah. Mereka menuduh Ayahmu melakukan sesuatu…"

Aisyah merasa jantungnya berdebar kencang. Ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada ayahnya. Ia langsung turun dari sepeda, menitipkan sepedanya pada laki-laki itu.

"Terima kasih, Mas. Aku harus cepat ke sana," kata Aisyah, suaranya bergetar. Ia langsung berlari sekencang-kencangnya menuju balai desa, pikirannya dipenuhi kekhawatiran. Ia membayangkan berbagai kemungkinan terburuk. Ia berdoa agar ayahnya baik-baik saja. Laki-laki itu hanya bisa melihat Aisyah berlari, mengucapkan semoga semuanya baik-baik saja. Ia berharap Aisyah segera sampai di balai desa dan dapat membantu ayahnya.

Sesampainya di balai desa, Aisyah melihat pemandangan yang mengerikan. Ayahnya, Pak Ramlan, terduduk di lantai, tubuhnya babak belur. Wajahnya lebam, baju dan celananya kotor dan robek. Sekitarnya, warga desa mengerumuninya, suara-suara marah menggema di ruangan itu. Aisyah merasa dadanya sesak, napasnya tersengal-sengal.

Tanpa ragu, Aisyah menerobos kerumunan warga, berlari menuju ayahnya. Ia memeluk erat ayahnya, menangis tersedu-sedu. "Ayah! Ayah! Ya allah yah kenapa jadi begini yahh hiks hikss..." Tangisnya memecah kesunyian sesaat.

"Aisyah…," Pak Ramlan hanya mampu memanggil nama putrinya, suaranya lemah.

Aisyah menoleh, tatapannya tajam menatap warga yang masih marah-marah. "Kalian ini apa-apaan? kenapa Kalian main hakim sendiri! Kalian sudah melukai Ayahku tanpa tahu faktanya!" Suaranya bergetar, namun tetap tegas.

"Heh aisyah padi kami rusak semua! Ayahmu yang bertanggung jawab!" teriak seorang warga, wajahnya masih merah padam menahan amarah. "Pembeli dari kota marah besar dan meminta ganti rugi yang sangat besar!"

"Apa untungnya Ayahku merusak padi? Ayahku juga butuh uang untuk makan! Kalian menuduh Ayahku tanpa bukti!" Aisyah membantah dengan lantang, air matanya masih mengalir. "Kalian tidak tahu apa-apa, tapi kalian sudah berani memukul dan menuduh Ayahku!"

Arkan, paman Aisyah, muncul dari kerumunan. Ia tersenyum sinis. "Benar kan ucapan ku, mas Ramlan itu memang tidak becus! Aku sudah bilang dari dulu tapi kalian tidak mendengarkan ku!" Ia mengompori warga, menambah amukan mereka.

Warga semakin berteriak, menuntut ganti rugi. Suasana semakin memanas. Namun, tiba-tiba, seorang ustadz yang dikenal bijaksana di desa, Ustadz Khalid, angkat bicara.

"Tunggu dulu, saudara-saudara!" Ustadz Khalid menenangkan warga. "Saya kenal Pak Ramlan. Saya tahu bagaimana cara kerjanya. Dia orang yang jujur dan bertanggung jawab. Ada yang tidak beres di sini."

Ustadz Khalid teringat sesuatu. "Oh iya! Di sebelah rumah Pak Ramlan ada tempat ngaji saya. Di sana ada CCTV, dan kameranya mengarah ke depan rumah Pak Ramlan! Mungkin ada rekaman yang bisa menjelaskan semuanya!"

Mendengar usul Ustadz Khalid, sebagian besar warga setuju untuk memeriksa rekaman CCTV. Namun, Arkan dan Zulaikha langsung panik. Wajah mereka pucat pasi.

ucap Arkan dalam hati " Sial! Bagaimana bisa Ustadz Khalid punya CCTV di situ..Rencana ku akan gagal! Semua akan tahu bahwa aku yang melakukan ini! mas Ramlan akan selamat, dan aku yang akan dihukum akkkggh !

Zulaikha ikut berucap dalam hati " Haduhhh gimana inii... kenapa aku nggak liat situasi dulu sihhh...Ini mimpi buruk! Semua usaha kami akan sia-sia! mas arkan akan kehilangan segalanya!

Mereka saling berpandangan, ketakutan terpancar dari mata mereka. Rencana jahat mereka yang telah disusun dengan matang, kini terancam gagal total. Ketakutan dan kepanikan menguasai mereka. Mereka telah terjebak dalam jebakan yang mereka ciptakan sendiri.

Ustadz Khalid mengajak beberapa warga untuk memeriksa rekaman CCTV. Mereka mulai bergerak menuju tempat ngaji Ustadz Khalid. Namun, Arkan dengan cepat menghentikan mereka.

"Tunggu!" teriak Arkan, suaranya lantang dan penuh kepanikan yang terselubung di balik sikap arogannya. Ia berusaha menahan warga dengan cara mengalihkan perhatian mereka. "Tidak perlu repot-repot memeriksa CCTV! Sudah jelas Pak Ramlan yang bertanggung jawab atas kerusakan padi ini! Buktinya, padinya rusak dan dia yang menyimpannya!"

Arkan berusaha keras meyakinkan warga, suaranya meninggi. Ia mengutarakan berbagai alasan yang terdengar masuk akal, namun sebenarnya hanya bertujuan untuk mengulur waktu dan mencegah warga memeriksa rekaman CCTV. Ia mengarang cerita tentang bagaimana Pak Ramlan lalai dalam menjaga padi, bahkan menuduh Pak Ramlan sengaja merusak padinya sendiri untuk mendapatkan uang ganti rugi.

"Pak arkan, kamu yakin dengan apa yang kamu katakan?" tanya Ustadz Khalid, tatapannya tajam mengamati Arkan. Ia merasakan ada sesuatu yang disembunyikan oleh Arkan. Sikap Arkan yang tiba-tiba menghentikan warga dan mengalihkan pembicaraan, membuat Ustadz Khalid semakin curiga.

"Ya, Ustadz! Saya yakin! Tidak perlu lagi memeriksa CCTV. Itu hanya akan membuang waktu!" Arkan bersikeras, suaranya sedikit gemetar. Ia berusaha meyakinkan Ustadz Khalid dan warga lainnya, namun kegelisahannya terlihat jelas.

"Maaf, Pak arkan," Ustadz Khalid menggelengkan kepala. "Saya tidak bisa begitu saja percaya padamu tanpa bukti. Kita harus memeriksa rekaman CCTV. Itu adalah bukti yang paling akurat." Ustadz Khalid tidak terpengaruh oleh ucapan Arkan. Ia tetap bersikeras untuk memeriksa rekaman CCTV.

"Tapi…," Arkan mencoba lagi, namun Ustadz Khalid sudah tidak menggubrisnya lagi. Ustadz Khalid memimpin beberapa warga menuju tempat ngaji, meninggalkan Arkan yang tampak semakin panik. Zulaikha, istri Arkan, berusaha menahan Arkan agar tetap tenang. Namun, Arkan sudah kehilangan kendali. Ia menyadari bahwa rencana jahatnya akan terbongkar.

1
caca
cocok deh adik kakak nggak beres thor
caca
astagah ampunn bik otak mu
caca
bik zulaika sumpah ngeselin /Panic/
Proposal
Bagus Kaka🌟💫, jangan lupa mampir karyaku juga yaa🥰🙂‍↔️
Titus
Karakternya juara banget. 🏆
Monica Wulan: makasih kak udah mampir di cerita baruku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!