NovelToon NovelToon
ACADEMY INDOAGE : Pecahan 7 Batu Langit

ACADEMY INDOAGE : Pecahan 7 Batu Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cinta Murni / Pulau Terpencil
Popularitas:693
Nilai: 5
Nama Author: Fahmi Juliansyah N

Pada abad ke-19, para ilmuwan yang tergabung dalam ekspedisi arkeologi internasional menemukan sebuah prasasti kuno yang terkubur di reruntuhan kota tak bernama, jauh di tengah gurun yang telah lama dilupakan waktu. Prasasti itu, meski telah terkikis oleh angin dan waktu, masih menyimpan gambar yang mencengangkan, yaitu sebuah batu segi enam besar, diukir dengan tujuh warna pelangi. Setiap sisi batu itu dihiasi lukisan rumit yang menggambarkan kisah kelam peradaban manusia, seolah menjadi cermin dari sisi tergelap hati nurani.

Nila Simbol kerakusan, Ungu simbol nafsu, Kuning simbol ketamakan, Hijau simbol kemalasan, Biru simbol Iri hati, Orange simbol keangkuhan, Dan terakhir merah simbol amarah
Tadi setiap lambang yang mengartikan masalah ini ada sebuah kekuatan, yang Sangat besar dalam setiap kristal membuat banyak orang saling berebut dan dizaman modern kristal itu dikabarkan sudah terpisah menjadi 7

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fahmi Juliansyah N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7 Rahasia mulai terbuka

Tanggal 28 Desember 2024 di kota Batavia, kepolisian dan aparat keamanan lain sedang sibuk dengan adanya banyak tragedi yang terjadi ,dari darat maupun lautan, karena kemunculan orang-orang yang melakukan kejahatan berupa perampokan dan pe*Bu*n*h*n yang sering terjadi akhir-akhir ini setelah kemunculan banyak bajak laut.

Pada tanggal 27 Desember 2024, seorang saksi yang kebetulan sedang melintas di sekitar tempat kejadian perkara (TKP) melihat sekelompok orang yang mencurigakan. Orang-orang tersebut tampak mengenakan pakaian yang menyerupai bajak laut, lengkap dengan topi khas, jaket panjang, dan beberapa di antaranya membawa tas besar. Kelompok tersebut terlihat berhenti di depan rumah terbesar di kompleks perumahan tersebut. Saksi sempat merasa aneh, tetapi tidak terlalu memikirkan hal itu karena mengira mereka mungkin bagian dari pertunjukan atau acara Cosplay yang kebetulan didekat sini memang sedang ada acara Cosplay.

Keesokan harinya, pada tanggal 28 Desember 2024, polisi datang untuk menginspeksi rumah itu ,suasana kompleks perumahan tersebut gempar. Rumah besar yang dikunjungi oleh kelompok mencurigakan itu dilaporkan telah kehilangan banyak barang berharga, seperti perhiasan, uang tunai, dan barang elektronik. Beruntung, para penghuni rumah sedang tidak berada di tempat karena sedang berlibur, sehingga tidak ada korban jiwa atau cedera. Namun, hal yang membuat penasaran adalah satpam yang biasanya berjaga di gerbang utama ditemukan tertidur lelap dan sulit dibangunkan. Setelah diperiksa lebih lanjut, ditemukan residu obat tidur pada kulit satpam tersebut, menunjukkan bahwa ia kemungkinan telah dibius oleh kelompok tersebut.

"Jadi, Anda bilang melihat mereka pada malam sebelumnya? Bisa Anda deskripsikan lebih detail bagaimana penampilan mereka?" kata inspektur satria.

"Ya, Pak. Saya ingat jelas. Mereka mengenakan pakaian seperti bajak laut. Topi besar, jaket panjang, bahkan ada yang membawa sesuatu yang mirip seperti pedang, meski saya yakin itu hanya replika. Awalnya saya pikir mereka mungkin aktor atau semacamnya." kata saksi .

"Anda sempat melihat apa yang mereka lakukan di depan rumah itu?" tanya inspektur satria.

"Saya hanya melihat mereka berhenti di sana cukup lama, seperti sedang memeriksa sesuatu. Setelah itu, saya pergi karena saya rasa itu bukan urusan saya." jawab saksi.

"Saya tidak ingat apa-apa. Malam itu saya berjaga seperti biasa, lalu saya merasa ngantuk sekali setelah mereka menghampiri saya untuk bertanya arah. Setelah itu, saya tidak ingat apa-apa lagi..." kata satpam rumah yang terampok.

"Kami menemukan residu obat tidur di kulit Anda. Kemungkinan besar mereka menyemprotkan atau mengoleskan sesuatu saat Anda tidak sadar." kata inspektur satria.

"Jadi, itu benar-benar perampokan, ya? Saya merasa bersalah karena tidak segera melaporkan mereka. Tapi siapa yang menyangka mereka benar-benar pencuri berpenampilan bajak laut , padahal bajak laut ya harus nya dilaut..." kata saksi.

"Tidak apa-apa. Informasi Anda sangat membantu. Kami akan menyelidiki lebih lanjut. Apakah Anda bisa membantu kami membuat sketsa wajah mereka?" tanya inspektur satria.

"Tentu, saya akan mencoba." jawab saksi.

Penyelidikan pun terus berlanjut, sementara warga kompleks menjadi lebih waspada dan memperketat keamanan di sekitar lingkungan mereka. Polisi mulai mengumpulkan bukti dari CCTV, jejak kaki, serta mencoba melacak identitas para pelaku.

disaat itu Fahmi sedang bersama dengan Andrew dan Alice untuk menemani mereka , alasan Fahmi tidak datang ke insiden perampokan itu karena , dihentikan langsung oleh inspektur dan kalau ada bingung dan butuh bantuan,kami bakal panggil janji inspektur satria, tapi Fahmi tetep nyolot karena itu Andrew dan Alice menarik Fahmi keluar serta meminta maaf, tapi inspektur berkata .

"tenang saja kau diperlukan kok ,ini demi kebaikan anak muda agar tidak langsung bertemu penjahat langsung,takut terjadi apa-apa", kata inspektur satria.

Disaat yang bersamaan Fahmi merasa bersalah dengan mereka bertiga yang nantangin maut, setelah itu Fahmi yang tidak tau mau kemana diajak ke tempat latihan Alice dan Andrew untuk acara musik tahunan, awal nya Fahmi tidak mau tapi dipaksa terus sama mereka berdua dan akhirnya Fahmi mengalah dan menurut, diperjalanan mereka ke tempat latihan Alice dan Andrew yaitu Opera atau tempat acara musikal tahunan itu berlangsung, mereka berhenti dulu untuk shopping, Fahmi pun diajak belanja serta dibelikan baju , lalu Alice bertanya ke Fahmi "apakah bagus ,dan cocok ke kamu?" Tanya Alice.

"Ya kayanya bagus dan mencolok , walau kayanya kurang menyerap panas jadi , terkadang gatal untuk ku", jawab Fahmi .

Alice yang mendengar itu langsung tau kalau Fahmi gatau fashion dan menarik Fahmi untuk melihat baju lain , Andrew yang melihat hanya tertawa, tapi di dalam hatinya dia iri disaat mereka sedang memilih diluar jendela Fahmi melihat sesuatu,yang membuat nya langsung berpikir di otaknya tentang apa yang dilihat di luar toko dan menghiraukan baju.

"Orang itu ,kenapa aku Merasa kalau orang itu bakal membuat terjadi suatu kejadian, tubuh besar seperti gengster dan yang paling mencurigakan yang sudah pasti logo itu, setau ku itu merupakan logo bajak laut ace , harusnya mereka semua berkumpul,jangan bilang ada informasi yang tidak ku ketahui?!, ini bahaya kalau begini kalau ada apa-apa aku tidak terlalu bisa membantu mereka bertiga karena ada beberapa dari mereka di sini aku haru-s !" Kata Fahmi sebelum telinga nya di teriakin Andrew.

"Fahmiiii!!! Bangun apa yang kau sedang pikirkan Alice jadi marah karena kau malah melihat ke arah lain!", kata Andrew.

Saat itu juga Alice sedang kesal karena Fahmi yang tinggi dari dia bahkan saat jinjit ga bisa ke arah kuping nya serta digoyang-goyang tidak mempan karena itu Alice jadi ngambek dan kesal.

"A-alice maaf tadi ada banyak yang kupikirkan ,dan maaf lagi aku harus pergi liat sesuatu!", jawab dan langsung kabur.

Alice yang melihat itu melongo dan tambah kesal ,karena otak detektif itu dan Andrew yang akhirnya berdua lagi dengan Alice pun menenangkan Alice dan mengajaknya pergi makan siang.

Setelah Fahmi menghentikan omongannya, ia kembali fokus mengikuti orang yang terlihat seperti bajak laut itu. Langkahnya tetap ringan dan hati-hati, memastikan agar tidak menarik perhatian. Orang itu terus berjalan menyusuri jalan yang semakin sepi. Terkadang, ia berhenti untuk memeriksa sesuatu—huruf-huruf kecil yang tampaknya membentuk petunjuk.

Fahmi memperhatikan dari kejauhan sambil berusaha memahami apa yang sedang terjadi. Orang itu tampak semakin kesal setiap kali berhenti, membuat beberapa orang di sekitar terkejut ketika ia tiba-tiba memukul dinding atau menggerutu keras. Namun, setelah meminta maaf dengan cepat, ia kembali melanjutkan langkahnya.

"Orang ini benar-benar aneh," gumam Fahmi pelan. "Apa dia sedang mencari sesuatu? Tapi kenapa sampai harus kesal seperti itu?"

Langkah Fahmi semakin mendekati sosok pria tersebut, hingga akhirnya pria itu berhenti untuk ke-12 kalinya. Kali ini, ia menatap lama pada sebuah tanda yang berada di dinding sebuah gang. Fahmi memanfaatkan kesempatan itu untuk melihat lebih jelas. Kata-kata yang terbentuk dari huruf-huruf kecil yang dari tadi di lihat oleh orang itu kini menjadi lengkap: "Opera Glamour."

Fahmi terdiam sejenak. Ia mengingat sesuatu dari kata itu, lalu berbisik pada dirinya sendiri, "Opera? Hmm… rasanya aku pernah dengar. Ah, iya! Opera Glamour, acara tahunan yang diadakan Alice dan Andrew. Tapi… kenapa orang ini terlihat begitu mencurigakan? Apa yang sebenarnya mereka rencanakan?"

Namun sebelum ia sempat menyelesaikan pikirannya, Fahmi menyadari pria itu kembali bergerak. Tidak ingin kehilangan jejak, Fahmi segera melanjutkan mengikuti. Kali ini, langkah pria itu semakin cepat. Ia turun ke parkiran mobil mol ini.

Fahmi merasa waspada, tapi rasa penasaran masih terasa. Ia terus mengikuti hingga mereka tiba di depan sebuah pintu besar yang sudah kusam. Orang itu berhenti sejenak di depan pintu, merogoh sesuatu dari sakunya, lalu mengetuk dengan pola tertentu.

Tok… tok tok… tok… tok tok tok.

Pintu itu perlahan terbuka, dan Fahmi hanya bisa melihat bayangan samar dari seseorang yang berdiri di dalam. Tanpa berbicara banyak, pria yang ia ikuti masuk ke dalam, dan pintu itu tertutup rapat.

"Tempat apa ini?" Fahmi bergumam sambil mengamati pintu tersebut. Ada rasa ragu yang mulai muncul dalam dirinya. Jika ia memutuskan untuk masuk, risikonya bisa saja besar. Tapi jika ia berhenti sekarang, ia tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Setelah berpikir sejenak, ia memutuskan untuk mendekat. Dengan hati-hati, ia berjalan ke arah pintu tersebut dan mencoba mendengar percakapan dari dalam. Namun, suara di balik pintu terlalu pelan untuk dipahami. Ia hanya bisa menangkap potongan-potongan kalimat seperti, "persiapan," yang didengar Fahmi dengan mendekatkan kuping ke tembok, tapi baru Terdengar persiapan senjata dan bunyi "dor" yang menggema di ruangan. Fahmi, yang tengah bersiap dengan serius, tiba-tiba dikagetkan oleh sosok yang mendekat tanpa suara.

"Athila! Jangan bikin kaget!" seru Fahmi sambil berbalik dengan cepat, memegang dadanya yang berdegup. Namun, Athila hanya tersenyum lebar, seolah menikmati kekacauan kecil yang ia sebabkan.

"STT! Lagi ngapain sih, Mi? Nemuin penjahat atau latihan rahasia, ya?" tanya Athila dengan nada bercanda.

Fahmi hanya mendengus, kemudian tanpa basa-basi ia menjewer pelan telinga Athila, menariknya menjauh dari keramaian. "Diam, jangan berisik. Kalau kamu terus ngomong, kita bakal ketahuan," ucap Fahmi dengan nada setengah berbisik, setengah jengkel.

Athila meringis kecil sambil memegangi telinganya yang barusan dijewer. "Iya, iya, maaf. Tapi serius, ada apa, Mi? Kok serius banget? Biasanya kamu nggak kayak gini."

Fahmi terdiam sejenak, memandang Athila dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia lalu mendesah, mengusap pelipisnya yang mulai terasa panas. "Ini penting, Athila. Bukan cuma masalah latihan. Ada yang... nggak beres. Aku nggak bisa ceritain sekarang, tapi tolong jangan ganggu."

Athila mengerutkan alisnya, lalu mendekat. "Nggak beres gimana? Mi, aku kan bagian dari tim kamu juga. Kalau ada bahaya, aku harus tahu."

Fahmi menggeleng cepat. "Belum waktunya kamu tahu. Lagipula, aku nggak mau kamu terlibat kalau ini terlalu berbahaya."

Athila menatapnya tajam. "Aku bukan anak kecil, Fahmi. Kita udah lama bersama, dari kecil sampai sekarang. Apa pun yang kamu hadapi, aku juga bisa menghadapinya."

Fahmi terdiam sejenak mendengar nada serius di suara Athila. Namun, sebelum ia bisa menjawab, suara langkah mendekat dari arah pintu belakang.

"Shh," Fahmi memberi isyarat, menarik Athila ke belakang sebuah tumpukan peti kayu.

Mereka berdua terdiam dalam bayang-bayang, menunggu suara langkah itu semakin dekat. Di tengah kesunyian, Athila berbisik pelan, "Kalau memang aku ganggu, kenapa kamu nggak ninggalin aku tadi?"

Fahmi meliriknya sebentar, lalu menghela napas berat. "Karena aku nggak mau ada yang terjadi sama kamu. Kamu tahu itu, kan?"

Athila tersenyum tipis, lalu mengangguk. "Oke. Kalau gitu, aku ikut diem. Tapi kalau ada yang aneh, jangan lupa aku ada di sini buat bantuin kamu."

Fahmi mengangguk kecil tanpa berkata apa-apa lagi. Ia tahu, walau Athila cerewet, ia selalu bisa diandalkan.

Athila adalah satu dari sepuluh Keputusan, teman masa kecil Fahmi yang kini menjadi partner setianya di Academy. Mereka berdua adalah murid pindahan dari sekolah biasa, direkrut karena keahlian mereka yang luar biasa. Walau begitu, ada satu orang lagi dari kelompok mereka yang memilih tidak masuk Academy. Orang itu, yang tak pernah disebut namanya, pergi begitu saja tanpa jejak, membuat keberadaannya misterius hingga saat ini.

Namun, bukan waktunya bagi Fahmi untuk memikirkan itu. Ada masalah lebih mendesak di depan mereka, dan ia harus tetap fokus.

Setelah flashback singkat itu berakhir, orang-orang yang ada di ruangan mulai keluar untuk memeriksa keadaan sekitar. Mereka terlihat waspada, memastikan apakah ada yang mendengar percakapan mereka.

"Dimana asal suara tersebut? Telingaku mendengar jelas suara itu!" ujar salah satu pria berbadan kekar dengan nada curiga. Dia mengenakan pakaian serba hitam dan penutup mata di salah satu matanya, menambahkan kesan garang pada penampilannya.

"Ah, paling kau salah dengar. Lagipula, kalau memang ada orang di sini, mereka tidak mungkin bisa mendengar dengan jelas. Suara kita terhambat cukup baik oleh dinding-dinding ini. Paling hanya orang lewat yang kebetulan kaget saja," balas seorang pria berpakaian elegan dengan nada santai, sambil menyisir rambutnya dengan jemari.

Jawaban itu membuat si pria kekar naik pitam. Wajahnya memerah karena emosi, dan dia mengepalkan tangan seolah ingin melayangkan pukulan ke pria elegan tersebut. "Omong kosong! Kau terlalu santai untuk situasi seperti ini!" bentaknya sambil melangkah maju.

Namun, sebelum tinjunya sempat melayang, sebuah suara tegas menghentikannya.

"Cukup! Jangan buang waktu untuk berkelahi. Jika memang ada seseorang di luar sana, itu berarti tempat ini sudah tidak aman. Kita harus segera pindah, bukan saling menghancurkan di antara kita sendiri!" Suara itu berasal dari seseorang yang berdiri di sudut ruangan. Sosoknya tampak berwibawa, dengan tatapan tajam yang membuat pria kekar dan pria elegan langsung terdiam.

"Siapkan mobil. Kita pergi sekarang," lanjut orang itu dengan nada penuh perintah.

"Baik," jawab keduanya serentak, meskipun wajah pria kekar masih terlihat kesal.

Sementara itu, Fahmi yang sejak tadi diam-diam mendengarkan pembicaraan mereka mencoba mengintip untuk mengetahui siapa sosok yang mampu menghentikan dua pria itu. Dengan hati-hati, dia memiringkan tubuhnya sedikit agar bisa melihat lebih jelas.

"Siapa orang itu? Mengapa dia terlihat begitu berwibawa?" gumam Fahmi, merasa penasaran. Namun, karena tekanan dari Athila yang berada di sampingnya, tubuh Fahmi mulai kehilangan keseimbangan.

"Fahmi, hati-hati!" bisik Athila mencoba menahan tubuh Fahmi. Sayangnya, usahanya terlambat. Fahmi kehilangan keseimbangan dan terjatuh dengan suara yang cukup keras.

"Dushh!"

Suara jatuh itu mengejutkan semua orang di ruangan. Orang yang tadi memberi perintah langsung menoleh ke arah pintu dengan tatapan tajam. "Apa itu?!" tanyanya tegas.

"Sepertinya kita benar-benar sedang diintai," ujar pria kekar sambil meraih sesuatu dari sakunya, tampaknya sebuah senjata.

"Cari mereka. Tangkap dan bawa ke sini!" perintah pria berwibawa itu tanpa ragu.

"Baik!" jawab pria kekar dan pria elegan hampir bersamaan. Mereka langsung bergerak menuju asal suara diluar.

1
indah savitri
Lanjutkan ka
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!