Gita merasakan jika berada didekat suaminya merasa sangat emosi, dan begitu juga dengan sang suami yang selalu melihat wajah istrinya terlihat sangat menyeramkan.
Setiap kali mereka bertemu, selalu saja ada yang mereka ributkan, bahkan hal.sepele sekalipun.
Apa sebenarnya yang terjadi pada mereka? Apakah mereka dapat melewati ujian yang sedang mereka hadapi?
Ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sembilan
Sang Security tercengang melihat ketika melihat Office Boy sedang mempermainkan perkututnya yang tampak menegang dan bersandar dimeja kitchen set.
"Hey, apa kamu sudah gila?!" ucapnya dengan nada penuh amarah.
Sontak saja hal itu membuat sang Office Boy menghentikan aksinya dan memasukkan kembali perkututnya ke dalam celana dengan wajah yang memerah antara menahan hasrat dan juga malu yang bercampur aduk.
"Dasar mesum!" maki Security tersebut dengan wajah tak suka. "Bawa galon ke ruangan Pak Arka! Jika saya melihatmu melakukan seperti itu lagi, maka akan aku laporin ke atasan!" ancamnya dengan geram
Pria itu menunduk. Jujur saja ia tak dapat menahan gejolak yang menggebu didalam dirinya setelah menenggak kopi dimeja Arka. Apalagi bayangan wajah Riri sangat menggodanya, dan sudah lama ia menginginkan wanita tersebut, namun terhalang oleh kondisi dan keadaan.
Mendapat perintah dari sang Security, ia mengangkat galon air dengan segera. Wajahnya masih tampak memerah. Tubuhnya keringat dingin. Ia menggigit bibirnya dan menelan salivanya agar dapat meredamkan gejolak gairah yang seolah terus mendobrak pertahanannya.
Ia mengetuk pintu ruangan sang atasan. Tampak disana Arka sedang menyeruput kopinya, dan saat bersamaan, Riri juga masuk mengikuti dari arah belakang dan sang Office Boy kembali meremang bulu kuduknya saat melihat sang Sekretaris yang berjalan melenggok dengan bokong sintalnya.
Nafasnya memburu dan tersengal melihat semuanya. Ia bergegas mengganti galon yang ada didispenser.
Melihat Riri bagaikan sebuah maut yang tak dapat dihindarinya, ia harus segera pergi keninggalkan ruangan itu dan menyusun rencana bagaimana dapat menyalurkan semua fantasinya yang tak berujung.
Riri duduk didepan meja Arka dengan melipat kakinya. Ia meletakkan sebuah map berbahan plastik dengan motif polos dan berwarna hijau muda.
Itu adalah semua rancangan dari hasil kesimpulan saat rapat tadi. Ia melirik gelas kopi berbahan keramik yang tampak habis dan juga puff pastry dengan isian ayam cincang itu ternyata sudah habis, dan ini sungguh sangat impiannya.
Ia mengulas senyum menggoda, lagi-lagi Arka memalingkan wajahnya. Ia membenci Gita untuk saat ini, namun nalurinya mengatakan untuk menghindari wanita tersebut, hal itu selaku saja bertolak belakang dengan hati dan fikirannya yang tidak pernah singkron.
Wuuuuuss
Kembali tengkuk Arka seolah tersapu angin berhawa panas, dan hal itu membuat kembali gelisah, aroma melati kembali menguar diruangan kerjanya, dan membuat sesak dadanya yang menjadikan hasratnya kembali bergejolak.
"Keluarlah." ucapnya dengan membuang pandangannya dari sang wanita, ia sangat tidak suka dengan tatapan Riri yang tampak begitu menginginkannya.
Sebagai lelaki normal, jujur saja ia sangat menginginkan wanita seperti Riri, apalagi tampak jima wanita itu yang menyodorkan tubuhnya.
"Mengapa bapak tidak ingin menatapku? Apakah aku tidak menarik untuk dipandang?" Riri membusungkan dadanya bak seekor ikan buntal, dan tentu saja itu membuat ia harus kembali merasakan sesak yang cukup menyiksanya.
"Saya katakan keluar, dan jangan memasuki ruangan saya jika bukan tentang urusan pekerjaan," titahnya.
Seketika wajah Riri memerah menahan semua kekesalannya. Apakah darah menstruasi yang sudah ia masukkan ke dalam kopi beserta beberapa mantra itu tidak berpengaruh pada Arka? Ia telah meneguk kopi tersebut hingga habis?
Akan tetapi reaksinya tidak terlihat, dan biasanya hal itu akan dengan cepat terdeteksi.
Apa yang membuat sang atasan selalu dapat menahan dirinya? Selama ini, pria manapun yang ia dapatkan akan selalu dengan mudah ia perbudak dengan hanya kue apam dan dua buah melon andalannya, ditambah bokongnya yang bulat padat berisi, dan pinggang rampingnya.
Tetapi Arka sepertinya belum memperlihatkan tanda-tanda keinginannya untuk mengajaknya kencan atau dengan isyarat yang lebih intens.
Bahkan pria itu terus saja menghindarinya, dan wajahnya terlihat sangat tak menginginkannya, dati caranya yang menghindari tatapannya.
Riri lagi-lagi merasa kecewa dengan pria tersebut. Ia keluar dari ruangan kerja sang atasannya. Ia merasa semakin ingin membalas semua penghinaan pria tersebut.
"Aku akan membuatmu lebih menantang dan pastinya akan menyakitkan!" ancamnya dalam hati.
Setelah kepergian Riri. Arka melihat kembali perkututnya yang masih menegang. Ia mengakui akhir-akhir ini sangat membenci Gita dan bahkan sangat jijik, sehingga tidak ingin menyentuh sang istri yang terlihat sangat buruk rupa dalam pandangannya.
Akan tetapi, nalurinya mengatakan, jika ia tak ingin mengkhianati wanita itu. Semua sangat bertentangan.
Ia kembali memilih menyalurkannya dengan sabun mandi, dan itu membuatnya sedikit lega.
Sementara itu, Riri berjalan dengan wajah kesal menyusuri koridor. Saat bersamaan, sang Office Boy berpapasan dengannya. Seketika jantung pria itu berdegub kencang, lalu melihat langkah sang Sekretaris yang tampak melenggok dengan gerakan yang sungguh indah, membuat perkututnya kembali bangkit.
Andai saja Security tidak berdiri didepan pintu lift, tentu saja ia sudah menerkam wanita itu dan menyalurkan semua hasratnya yang saat ini sudah berada diubun-ubunnya.
Pria itu menelan salivanya. Ia menggeretakkan giginya dan menahan perkututnya yang sudah sangat mengeras.
Nafasnya tersengal dan memburu, ia sudah tak sanggup lagi menahan semuanya, lalu berlari menuju dapur dan melampiaskannya disana dengan membayang wajah cantik Riri yang sudah merusak otaknya bagaikan kecanduan narkoba.
Ia ingin mencari cara bagaimana bisa untuk dapat menikmati tubuh indah itu, dan ini tidak dapat ia biarkan terus berlarut, sebab dapat membuatnya mengalami prostat jika terus-terusan menahan gejolaknya saat melihat sang wanita.
Sementara itu, Arka yang baru saja menyelesaikan penyalurannya merasakan jika dirinya sangat tersengal. Ia sudah kembali bersih dengan mandi kembali.
Akan tetapi, ia masih juga merasa gerah meski ruangan AC dengan suhu 16 derajat celcius, tetapi tak dapat membuatnya merasakan sejuk.
Ia melirik jam ponselnya. Ia menghidupkan layar ponselnya. Terlihat disana foto Raihan yang sangat tpan dan wajahnya mirip dengan Gita sang istri yang berwajah cantik, meski tidak secantik Riri.
Senyum puteranya yang ia ambil saat mereka makan bersama disebuah resto membuatnya teringat akan hal manis yang sering mereka lakukan.
Hatinya merasa rindu, namun disisi lain, bayangan wajah puteranya yang dipenuhi oleh kudis dan berbau anyir membuyarkan semuanya.
Lagi-lagi ia berperang dengan bathinnya. Ia merasa tidak menyukai hal tentang Raihan. Ia meletakkan ponselnya diatas meja dengan kasar, dan tak ingin melihat foto puteranya yang menjadi wallpaper tersebut.
Pria itu mengusap wajahnya. Ia merasa jika tertekan dengan semua yang terjadi. dan ini sungguh ingin merusak konsentrasi pekerjaannya.
Wuuuuss
Kembali terpaan angin berhawa panas menyapu tengkuknya. Punggungnya seolah menebal dan kebencian terus hadir untuk sang istri, ia sangat membenci Gita meski tanpa sebab.
Saat Adzan Dzuhur berkumandang. Ia ingin tergerak untuk berwudhu, namun sepertinya kakinya sangat berat, seolah ada yang memeganginya, dan membuatnya tidak dapat bergerak.
kaauupok mu kapan dehhh
dan di lubang lily nnti ada bisa kelabang siapa yg mencicipi akan metong /Facepalm/
xiexiexiexie.....
anak semata wayang yang dibangga-banggakan ternyata astaghfirullah ...