NovelToon NovelToon
Tumbuh Di Tanah Terlarang

Tumbuh Di Tanah Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Aruna telah lama terbiasa sendiri. Suaminya, Bagas, adalah fotografer alam liar yang lebih sering hidup di rimba daripada di rumah. Dari hutan hujan tropis hingga pegunungan asing, Bagas terus memburu momen langka untuk dibekukan dalam gambar dan dalam proses itu, perlahan membekukan hatinya sendiri dari sang istri.

Pernikahan mereka meredup. Bukan karena pertengkaran, tapi karena kesunyian yang terlalu lama dipelihara. Aruna, yang menyibukkan diri dengan perkebunan luas dan kecintaannya pada tanaman, mulai merasa seperti perempuan asing di rumahnya sendiri. Hingga datanglah Raka peneliti tanaman muda yang penuh semangat, yang tak sengaja menumbuhkan kembali sesuatu yang sudah lama mati di dalam diri Aruna.

Semua bermula dari diskusi ringan, tawa singkat, lalu hujan deras yang memaksa mereka berteduh berdua di sebuah saung tua. Di sanalah, untuk pertama kalinya, Aruna merasakan hangatnya perhatian… dan dinginnya dosa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TDT 9

Malam itu, sunyi terasa berbeda. Ponsel Aruna tiba-tiba bergetar di atas meja kayu panjang di ruang tamu, mengusik pikirannya yang sedang berkelana entah ke mana. Sebuah nama muncul di layar: Bagas.

Dunia seperti berhenti sejenak. Jari-jarinya kaku, enggan menyentuh layar. Tapi naluri sebagai istri atau entah sekadar kebiasaan bertahun-tahun membuatnya akhirnya mengangkat panggilan itu.

“Halo?”

Suara berat dan cuek itu langsung menyambar masuk, tanpa jeda, tanpa basa-basi.

“Aku udah sampai Jakarta. Baru landing.”

Aruna menahan napas. Matanya menatap kosong ke luar jendela.

“Sekarang?” tanyanya pelan.

“Hmm, iya. Tadi nemu flight kosong, langsung aja naik. Aku bosen nunggu di pedalaman.”

Nada suaranya seperti biasa dingin, seolah dunia hanya berputar di poros langkahnya sendiri.

“Kenapa nggak bilang dulu kalau pulang hari ini?”

Pertanyaannya lebih seperti gumaman, tak berharap dijawab.

“Baru bisa. Sinyalnya payah. Lagian juga, buat apa kasih kabar dulu? Yang penting udah nyampe, kan?”

Kalimat itu seperti hujan di tanah retak bukan menyegarkan, tapi menyakitkan. Aruna menunduk, mencoba menelan kecewa yang datang tanpa diundang.

“Mau aku jemput?” tawarnya, walau ia tahu jawabannya.

“Gak usah. Aku naik taksi aja. Udah malem juga. Besok kita ngobrol, ya.”

Klik. Sambungan terputus. Sesederhana itu. Segersang itu.

Aruna tetap memegang ponselnya, tak bergeming. Rasa sesak menjalari dadanya. Senyum yang tadi sore sempat menghias wajahnya kini perlahan luntur. Bagas pulang. Lelaki yang telah dua puluh tahun bersamanya namun belakangan ini lebih sering menjadi bayang-bayang daripada kenyataan.

Dan entah kenapa, pikirannya justru kembali melayang pada sosok lain. Pada tatapan teduh dan suara tenang Raka saat siang tadi berbicara tentang keraguan dan masa depan.

Ia menarik napas panjang, menatap langit-langit rumah yang tiba-tiba terasa asing.

"Aku harus kuat," bisiknya pada dirinya sendiri, walau ia sendiri tak yakin... kuat untuk apa, atau untuk siapa.

Jarum jam sudah melewati angka dua belas dini hari. Rumah itu sunyi, tenggelam dalam gelap dan desah malam yang hening. Tak ada suara kecuali dentingan halus jam dinding dan hembusan pendingin ruangan yang nyaris tak terdengar.

Pintu depan terbuka perlahan, nyaris tanpa bunyi. Seorang pria berperawakan tinggi, berambut kusut, dengan jaket lusuh dan ransel di punggungnya masuk begitu saja. Tak perlu membangunkan siapa pun ia punya kunci serep, dan ini rumahnya.

Bagas.

Wajahnya terlihat letih. Debu dari perjalanan panjang masih menempel di ujung celana dan kerah jaketnya. Ia melempar ranselnya ke lantai, menggerakkan bahunya perlahan untuk melepaskan pegal. Dari dapur, ia melangkah santai, membuka tudung saji. Matanya menatap isi piring: ayam rica, tinggal beberapa potong.

"Masih lumayan," gumamnya pelan. Tanpa basa-basi, ia mengambil satu potong, menggigitnya langsung tanpa piring, sambil membuka kulkas dengan tangan satu lagi. Botol susu dingin dikeluarkannya, dituangkan sembarangan ke gelas besar.

Setelah itu, langkahnya menuju kamar. Ia membuka pintu pelan. Cahaya remang dari lorong menyorot wajah istrinya yang tertidur lelap di sisi ranjang.

Ia diam sejenak. Pandangannya mengamati sosok itu. Wajah yang dulu ia rindukan, kini terasa... biasa. Datar. Seolah perasaan sudah tertinggal di tahun-tahun lampau, entah di hutan mana terakhir kali.

Bagas menggaruk kepalanya. Ia tak ingin mengusik. Dengan napas berat, ia menutup kembali pintu kamar, lalu menjatuhkan tubuhnya di sofa ruang tengah. Jaket masih menempel, sepatu tak dilepas, bahkan gelas susunya masih tersisa di meja.

Dan seperti malam yang menelannya perlahan, ia pun tertidur sendirian, di rumahnya sendiri yang kini terasa asing.

Sejak kehadiran Raka dalam hidupnya, Aruna mulai terbiasa menyetel alarm pukul 06.30 setiap pagi. Ia tak ingin terlihat kusut, bau, atau berantakan di depan pria muda itu. Ia ingin tetap tampil anggun rapi dan terjaga.

Begitu dering alarm berbunyi, Aruna langsung terbangun. Dengan langkah ringan, ia masuk ke kamar mandi, menyegarkan tubuh, memilih pakaian, lalu berdandan seperti menyambut pagi yang penuh kemungkinan.

Namun, langkahnya terhenti ketika ia membuka pintu kamar.

Di sofa ruang tengah, Bagas masih terbaring dengan posisi tak karuan. Jaketnya belum dilepas, sepatunya masih menempel, dan aroma keringat campur debu perjalanan memenuhi udara.

Aruna menghela napas panjang. Matanya menatap lelaki yang pernah membuatnya jatuh cinta dulu. Tapi kini, yang tertidur di sofa itu seperti pria asing lusuh, acuh, tak peduli penampilan, bahkan seolah lupa caranya hadir sebagai seorang suami.

Ia mendekat perlahan.

"Mas... pindah ke kamar, yuk. Tidur di sofa bikin pegal," ucapnya pelan, setengah hati.

Bagas hanya bergumam, “Hmm... iya...” tanpa membuka mata. Tak ada usaha untuk bangun. Hanya gerakan kecil seperti menggeser bantal sofa. Aroma tubuhnya menusuk hidung Aruna, membuat perutnya seketika mual. Mood-nya langsung runtuh.

“Mas... hari ini ada tamu datang ke rumah,” katanya mencoba memberi alasan agar Bagas bergerak. Tapi tetap, tak ada tanggapan berarti. Hanya dengusan napas dan punggung yang kini membalik ke sisi lain.

Aruna berdiri mematung sejenak, sebelum akhirnya berbalik. Di balik wajahnya yang tetap tenang, ada satu perasaan yang menyeruak pelan-pelan:

Kecewa.

Dan mungkin... kesepian.

Pagi itu, seperti biasa, Raka datang tepat waktu. Mobilnya berhenti di halaman, dan ia duduk santai di teras, memainkan ponsel sambil menunggu Aruna keluar. Hanya berselang beberapa menit, Aruna muncul dengan tampilan rapi dan aroma segar yang menyapa pagi.

"Selamat pagi, Bu Aruna," ucap Raka sembari berdiri.

“Pagi, Mas Raka,” jawab Aruna dengan senyum yang tak bisa disembunyikan.

Tanpa banyak basa-basi, Raka segera menyampaikan kabar dari lapangan. Ia sudah menelepon mandor di perkebunan sejak pagi tadi, dan hasil pengamatan awal menunjukkan perkembangan yang positif di sektor C. Pengendalian hama mulai menunjukkan dampak.

“Mulai besok saya akan langsung ke lokasi, Mbak. Jadi nggak perlu mampir ke sini dulu. Biar waktunya lebih efisien,” kata Raka sambil membuka catatan kecilnya.

Aruna mengangguk pelan. Entah kenapa, ada sedikit ruang kosong di dadanya mendengar kalimat itu.

Namun, di dalam rumah, terdengar suara gesekan dan langkah berat. Bagas terbangun oleh suara di teras. Matanya menyipit karena cahaya pagi, tubuhnya masih lelah akibat perjalanan semalam. Ia mengangkat tubuhnya dari sofa, berjalan dengan langkah gontai menuju jendela, mengintip dari sela tirai.

Pandangan matanya tertumbuk pada sosok pria muda yang duduk bersama istrinya.

Dahi Bagas mengernyit. Ia tidak mengenal pria itu. Pakaian rapi, bahasa tubuh percaya diri, dan cara istrinya menyambut tamu itu membuatnya bertanya-tanya.

Tanpa mengucap sepatah kata, ia berbalik dan melangkah ke kamar.

1
ovi eliani
ayo aruna waktunya bertindak , tlp bagus agarbmemberikan bukti ke polisi, biar bagas tau senjata makan tuan, biar dia yg masuk polisi biar tau rasa kamu bagas , biar bagas tau dingin nya jeruji besi, aku mwndukung mu aruna jgn kasih ampun bagas dan biar mata mak lampir juga terbuka bahwa kamu wanita yg baik aruna. semangat thor up nya tambah hreget ini.
R 💤
betul sih ini Thor...
R 💤
kok aku ikut seneng ya Raka gitu, dosa gak sih 🙈
R 💤: siap thorr 🙏🏻 kayaknya iya nih hehe
Dee: Tenang, itu tandanya kamu punya hati yang peka. Raka emang bikin suasana jadi adem ya~ Yuk terus ikuti kisahnya, siapa tahu kamu makin sayang sama dia 🤭💕"
total 2 replies
R 💤
bisa dikatakan ia lagi puber kedua gak sih
Dee: Siap Kakak, nanti aku coba mampir ya,🥰
R 💤: ditunggu Thor,, jika berkenan mampir di lapakku juga Thor hehe 👋🏻 CINTA TUAN MAFIA , terimakasih
total 3 replies
R 💤
acieee...Aruna berbunga bunga tuhh
R 💤
selamatkan juga hati ibu hehe
ovi eliani
up lagi dong thor ketemuain aruna dan raka ,pingin melihat bicara , mak lampir suruh pulang dulu sama pak lampir biar ngak nganggu...semangat thor up lg malam ini, ceritanya bikin penasaran
ovi eliani
ayo aruna kamu harus membela yg benar, suami mu sdh mulai gila, kasian raka dia tak bersalah. terus buat mak lampir minta maaf sama kamu sampai mengemis maaf mu karena sdh kurang ajar mulutnya
Daniah A Rahardian
puitis banget☺️
ovi eliani
sedih amat sih thor , seng sabar ya aruna, alon alon waton kelakon , awas aja kamu nyamuk nenek lampir tak sedot ubun2 mu, wes tue belagu , semangat thor kasihbpelajaran itu nyamuk mak lampir karo bagas laki2 tak berguna.
Daniah A Rahardian: Beneran deh tuh nyamuk mak lampir sama si Bagas emang udah kelewatan. Aruna tuh udah sabar banget, tapi ya gimana... kadang orang baik tuh malah disakitin mulu 😤.
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Wow.. keren and puitis banget. Author emang pinter ya memilih kata2.
O ya aku udah jg ngeliat visual mereka di ig mu Thor, Aruna cantik banget dan Raka guanteng abis 🫶
Dee: Makasi Kakak, aku nyari yg pos buat karakter mereka.
total 1 replies
xia~xiaoling
ngena banget kata2 e aruna...kyk e aruna ini puitis banget deh...suka ma karakter aruna
Dee: Makasii! Senang banget Aruna bisa nyampe di hati Kakak😍
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Suami 🤬🤬
Dee: Sabar... sabar...☺️
total 1 replies
ovi eliani
aku suka kesal sama nyamuk nyamuk ini selalu heboh embok ya di dengarkan dulu, no sono laporin aja bagas nya biar tau rasa, nyamuk sama bagas memang cocok kumpulan manusia pencinta hutan jadi hifup seenaknya aja. lho kate kebun binatang, semangat thor aku jd gregetan bacanya, sholat dulu ya.
Dee: Memang ya nyamuk dan Bagas tuh kombinasi bikin emosi, tapi tenang... nanti ada kejutan buat mereka, ditunggu terus yaa~ Makasih banyak udah baca dan komen seru begini, semangat terus dan selamat beribadah juga ya kak ,💚🙏
total 1 replies
ovi eliani
aruna aruna saksi ya kan ada para pekerja kan melihat, twrutama kamu melihat sendiri, ngaoain hidup dgn bagas yg egois, lupa kan hempaskan masih banyak laki laki yg lain, semangat aruna ..
ovi eliani
thor up dobble biar tambah semangat bacanya, maunya aruna urusi raka aja, bagas buang aja ke laut
Daniah A Rahardian
Thor pliss...jgn kamu buat kayak di "Ternyata Hanya Kamu Cintaku", nanti aku nangis lagi nih! Aku jadi inget Alex😭
ovi eliani
wah wah mulai agak panas in ceritanyai seperti panas nya matahari di siang hari , bagas2 sekarang aja cemburu orak dewasa dewasa diri mu son son, udah raka laporkan bagas dengan tindak pidana main hakim sendiri biar mampus terkubur di penjara sepertih aruna yg hatinya tetpenjara di hati raka, Hidup adalah perjalanan, jangan lelah untuk terus berjuang. semangat thor buat ceruta yg lebih panas wkwkwwk
ovi eliani
belum greget ini thor, mau yang jeng jeng disaat aruna raka berdua, suami yg tak berguna datang. maaf ya thor bukan berarti aku setuju dhn perselingkuhan tp manusia punya batas kesabaran karena kelah nya wanita akan berujung dengan ke tidak pedulian. wahar klo bagas diberi pelajaran buat sadar diri , dobble up atuh thor semabgat benar bacanya.
xia~xiaoling
baca kayak nak muda lg kasmaran thor..pd hal ini yg bc emak2 berdaster..wkwkwk
Dee: Hahahaha... emak berdaster juga boleh dong kasmaran lagi!, semoga tetap bikin hati deg-degan yaa 😄💖
Tapi justru pembaca setia kayak emak-emak berdaster lho yang paling tulus menikmati cerita😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!