NovelToon NovelToon
Sabira

Sabira

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Putri asli/palsu / Tamat
Popularitas:3M
Nilai: 4.8
Nama Author: devi oktavia_10

Terlahir dari keluarga berada dan putri bungsu satu satunya, tidak menjamin hidup Sabira Rajendra bahagia.

Justru gadis cantik yang berusia 18 th itu sangat di benci oleh keluarganya.

Karena sebelum kelahiran Sabira, keluarga Rajendra mempunyai anak angkat perempuan, yang sangat pintar mengambil hati keluarga Rajendra.

Sabira di usir oleh keluarganya karena kesalahan yang tidak pernah dia perbuat.


Penasaran dengan kisah Sabira, yukkkk..... ikuti cerita nya..... 😁😁😁

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 9

"Aggkkhhh... Ini sakit sekali." keluh Sabira menahan sakit di punggungnya.

"Non, kenapa? " tanya supir taksi yang di tumpangi oleh Sabira.

"Ahh... Tidak apa apa pak, punggung saya sedikit nyeri." sahut Sabira tersenyum.

Sopir taksi itu hanya mengangguk tanda mengerti, dia tidak ingin bertanya lagi, dia cukup sadar dia hanya seorang sopir.

"Pak, tau ada kontrakan atau kos kosan, di sekitar jalan Sanusi ? " tanya Sabira memecah keheningan di antara mereka.

"Non, buat non ya? " tanya supir itu.

"Iya." sahut Sabira menganggukan kepalanya.

"Ada non, rumah tetangga saya, anaknya baru saja pindah keluar kota, jadi rumah itu kosong, dan saya lihat tadi pagi ada bener mau di sewakan, perabotannya juga masih lengkap, tapi rumahnya tidak besar, hanya ada dua kamar tidur." sahut Pak Supir panjang lebar.

"Boleh antar saya kesana, pak." pinta Sabira merasa ada angin segar.

"Boleh, sangat boleh, non." ucap pak supir tersenyum senang.

Tanpa banyak bicara lagi, supir itu membawa Sabira ke rumah kontrakan itu.

Setelah melakukan perjalanan selama tiga puluh menit, sampai lah mereka di rumah kontrakan itu.

"Ini, non. Rumahnya." ucap pak supir, memberhentikan laju kendaraannya di sebuah rumah, yang terlihat sangat Asri.

"Bapak, kenal sama yang punya rumah? " tanya Sabira tanpa basa basi.

"kenal non, itu rumahnya." tunjuk pak supir ke sebuah rumah yang terbilang cukup besar di kawasan itu.

Belum sempat, Sabira membuka mulut, ternyata ada seseorang yang menegur pak supir itu.

"Pak mamad, bawa siapa nih? " tanya seseorang itu.

"Ehhh... Bapak, kebetulan sekali, ini ada non ini mau menyewa rumah anak bapak." ujar pak supir yang bernama mamad itu.

Bapak itu melihat ke arah Sabira.

"Kamu nak, yanga mau ngontrak rumah? " tanya si bapak.

"Benar pak." sahut Sabira sopan.

"Sendiri? " tanya si bapak lagi.

"Tidak pak, mungkin satu atau dua hari lagi, bibi saya baru sampai dari kampung, makanya saya mencari kontrakan." ucap Sabira memberi alasan.

"Ohh... Begitu." angguk si bapak.

"Baiklah, tunggu sebentar ya, saya mau ambil kunci dan memanggil istri saya." ujar si bapak.

Setelah sepeninggal si bapak, Sabira menatap rumah yang mau dia kontrak untuk beberapa bulan ke depan, dia menyukai rumah minimalis itu.

"Anak ini yang mau ngontrak, pak." ujar si ibu membuyarkan lamunan Sabira.

"Iya bu." ucap si bapak.

Sabira tersenyum ramah, dan memperkenalkan diri kepada ibu kontrakan itu.

"Kenalkan, saya Sabira bu." sopan Sabira.

"Saya Nani, dan ini suami saya Farid." sahut bu Nani menjabat tangan lembut Sabira.

Setelah bertambah ramah untuk beberapa saat, barulah bu Nani dan sang suami membawa Sabira kerumah kontrakan itu.

"Silahkan di lihat lihat dulu, nak. Rumah ini masih lengkap kok perabotannya, nak Bira bisa memakainya." tutur bu Nani membawa Sabira masuk ke dalam rumah kontrakan itu.

"Saya suka bu, saya ambil untuk enam bulan ke depan." ucap Sabira.

"Alhamdulillah klau nak Bira suka, mau lansung di huni atau bagaimana? " tanya si ibu, walau rumah itu masih lengkap perabotannya, tapi ada beberapa yang harus di beli oleh Sabira.

"Saya lansung tempati malam ini bu." sahut Sabira mantab.

"Tapi maaf, belum ada alas kasurnya." ujar si ibu tidak enak hati.

"Tidak apa bu, besok bisa saya beli, untuk sementara nggak apa apa begini aja." sahut Sabira.

"Klau gitu, untuk malam ini, nak Bira pakai alas kasur dan selimut ibu saja, mana enak nggak pakai alas kasur, dan nggak pakai selimut, cuaca lagi dingin kaya gini." kekeh bu Nani.

"Terimakasih bu, apa nggak merepotkan? " tanya Sabira tidak enak hati.

"Nggak kok nak, santai aja, kalau butuh apa apa bilang sama kami ya." ucap bu Nani.

"Baik bu terima kasih." ucap Sabira Ramah.

"Kalau begitu, ibu sama bapak pulang dulu ya." izin bu Nani.

"Iya bu,silahkan." ucap Sabira ramah.

" Pak Mamad, tolong bantu saya ambil alas kasur dan selimut nak Bira." ajak pak Farid.

"Baik pak." sopan pak Mamad mengikuti pak Farid dan bu Nani dari belakang.

Sementara Sabira melihat lihat isi rumah itu, dan mengambil sapu dan menyapu sedikit debu di lantai rumah, walau terlihat bersih, tetap saja ada debunya.

Walau Sabira merasa nyeri di punggungnya dia berusaha untuk menahannya.

Krucuk...

Tiba tiba perut Sabira berbunyi dengan merdunya, itu pertanda perutnya minta di isi.

"Astaga, aku belum makan dari pagi, pantas lapar." kekeh Sabira.

"Assalam mu'alaikum, non." salam pak Mamad dari luar, dia tidak enak untuk masuk ke dalam rumah itu, karena hanya ada dia dan Sabira, dia tidak mau terjadi salah paham sama warga.

"Wa'alaikum salam, pak." sahut Sabira.

"Ini, saya mau anter alas kasur dan selimut untuk, non." ucap pak Mamad memberikannya kepada Sabira.

"Ahh... Iya, terimakasih pak, maaf sudah merepotkan." ucap Sabira tidak enak hati.

"Tidak apa apa non, santai aja." kekeh pak Mamad.

Sabira menerima alas kasur dan juga selimut dari tangan pak Mamad.

"Klau tidak ada keperluan lain, saya pamit pulang ya non." ujar pak Mamad.

"Baik pak, ini ongkos taksi bapak tadi." Sabira memberikan beberapa kertas berwarna merah ke tangan pak Mamad.

"Ini kebanyakan non." kaget pak Mamad.

"Tidak apa, anggap saja bonus." kekeh Sabira.

"Terimakasih non, semoga rezeki non makin lancar dan selalu di beri kesehatan." ucap pak Mamad berkaca kaca.

"Aaminn..." sahut Sabira mengaminkan do'a pak Mamad itu.

Setelah kepergian pak Mamad, Sabira masuk ke dalam rumah, dan memang alas kasur di kamarnya, setelahnya dia memesan makanan lewat aplikasi.

"Uhhh... Lelahnya." gumam Sabira merebah tubuh nya hati hati di atas kasur.

Sementara di tempat yang berbeda, setelah kepergian Sabira, mereka saling diam, tidak ada canda tawa seperti biasanya, mereka mikirkan kejadian demi kejadian selama ini.

"Devan, kamu sudah menemukan adik mu? " tanya bu Karin saat Devan masuk ke dalam rumah.

Devan hanya menggeleng lemah, hatinya sakit, adiknya pergi dari rumah, walau selama ini dia terlihat acuh kepada sang adik, bukan bearti dia tidak menyanyangi adik bungsunya itu, dia selalu menemani sang adik saat tidur, tapi di saat bangun dia akan selalu bersikap acuh.

"Sudah lah, paling besok juga kembali, dia kan tidak membawa uang sepersen pun, walau dia nginap di rumah temannya, tidak mungkin temannya akan menampungnya terus terusan." sela Kaifan.

"Tutup mulut loe, bang. Nggak ada rasa bersalah loe sama Bira." geram Devan menatap tajam abang tertuanya itu.

"Dia memang bersalah." kesal Kaifan, walau dalam hatinya juga sedang merisaukan adik bungsunya itu tapi di kalahkan dengan egonya yang tinggi.

"Udah bang, jangan berantam." sela Aura memegang tangan Kaifan dengan lembut, dasar wanita ular itu masih bisa berpura pura lembut.

Devan yang melihat itu, hanya mendengus kesal, dia marah kepada Aura yang sudah membuat adik bungsunya pergi dari rumah, namun dia tidak mempunyai bukti untuk memarahi Aura sekarang ini.

Dengan kekesalan di dalam hati, Devan naik ke lantai atas, tanpa memperdulikan drama Aura itu.

Bersambung....

Haiii.... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘

1
Yuliati Soemarlina
sedih sih sedih..kenapa bira menceritakam aib kel di depan umum..itu tdk baik thor..ceritanya panjang hanya menceritakan penyesalan yg ber ulang"...jd bosan juga bacanya...
Yuliati Soemarlina
cerita ini mutet" disini aja..thor bira utk menghilangkan traumanya bawa aja konsultasi ke psikolog..mereka pd banyak uang..
Moreno
lah gak ada yg berubah. Devan tetep egois banget. Bira tetep selemah itu.

berhenti baca sampe sini
Yuliati Soemarlina
si aura blm kena batunya...sirik aja kerjaannya
Yuliati Soemarlina
gedeg banget liat aura pengen buang ke kutub utara😄
Yuliati Soemarlina
diotak kamu aura hanya ada rencana busukmu
Yuliati Soemarlina
nyesel terus kel yg sdh berbuaz jahat pd bira..anak kandung serasa anak tiri..kecuali si aura anak pungut yg ga tau diri
Yuliati Soemarlina
si aura anak pungut yg tdk tau diri..
Yuliati Soemarlina
masih untung sabira..ada kknya devan yg sayang pdnya
Yuliati Soemarlina
bagus sabira lebih baik kamu tinggalkan kel ..kamu punya kemampuan..uang utk hidup diluar sana
Yuliati Soemarlina
smg kebenaran ttg sabira cepat terungkap...nyesel tuh kel..
Yuliati Soemarlina
nyesek liat kisah sabira..anak baik dibenci kel karena fitnah
Titien Prawiro
Tahu rasa kamu Aura
Titien Prawiro
Aura mau mempermalukan Sabira, dia mempermalukan diri sendiri.
Titien Prawiro
Kok hilang komennta, tunggu pembalasannya untuk Aura.
Titien Prawiro
Kejar cita2muSabira, dan pergilah jauh tunjukan pada orang membencimu tanpa mereka kamu bisa sukses. semangat Sabira.
Hikari_민윤기
tuti tuti thorrrrr
Hikari_민윤기
thor mbok ya di kurangi salah sebutnya...
marai sek moco linglung...
Inarairlan 0811
salah lagi nama nya gimana sii
Dwi Cahya R
💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!