NovelToon NovelToon
Terobsesi Kamu

Terobsesi Kamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Kehidupan di Kantor / Obsesi / Duda
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Drezzlle

Vira, terkejut ketika kartu undangan pernikahan kekasihnya Alby (rekan kerja) tersebar di kantor. Setelah 4 tahun hubungan, Alby akan menikahi wanita lain—membuatnya tertekan, apalagi dengan tuntutan kerja ketat dari William, Art Director yang dijuluki "Duda Killer".

Vira membawa surat pengunduran diri ke ruangan William, tapi bosnya malah merobeknya dan tiba-tiba melamar, "Kita menikah."

Bos-nya yang mendesaknya untuk menerima lamarannya dan Alby yang meminta hubungan mereka kembali setelah di khianati istrinya. Membuat Vira terjebak dalam dua obsesi pria yang menginginkannya.

Lalu apakah Vira mau menerima lamaran William pada akhirnya? Ataukah ia akan kembali dengan Alby?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Drezzlle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Upaya William untuk mendapatkan Vira

Keesokan harinya…

Miranda memicingkan mata, berusaha mengumpulkan kekuatan untuk fokus pada sekelilingnya. "Apa... apa yang terjadi?" suaranya terdengar lemah dan parau. Peralatan medis yang terpasang di tangannya mengingatkannya bahwa ia sedang berada di rumah sakit.

"Nyonya, Anda sudah sadar?" tanya seorang perawat sambil memeriksa tekanan darah Miranda, lalu mencatat hasilnya.

"Siapa yang membawa saya ke sini, Sus?" tanya Miranda dengan suara lirih. Ia merasakan nyeri di pergelangan tangan kirinya yang terbalut perban, membuatnya sulit bergerak.

"Maaf, Nyonya. Saya kurang tahu, nanti saya coba tanyakan ke resepsionis," jawab perawat itu sebelum beranjak keluar ruangan setelah menyelesaikan tugasnya.

‘Aku yakin itu William,’ batinnya

Pandangan Miranda tertuju pada sebuah amplop putih yang terletak di bedside cabinet . Perlahan, ia menggapai amplop itu. "Uang terakhir..." bisiknya lirih, membaca tulisan yang tertera di permukaannya.

Saat membuka amplop itu, matanya membulat kaget. Di dalamnya terdapat cek senilai seratus juta rupiah dan sebuah surat. Dibukanya surat itu dengan rasa penasaran bercampur khawatir. 'Jangan coba-coba menemuiku atau anak-anak lagi. Kamu sudah meninggalkan kami. Jangan harap bisa kembali. Ini uang terakhir dariku. Pergi dan jangan pernah kembali. Kamu tidak lagi memiliki tempat di hatiku maupun di hati anak-anak.’

Sreek... sreeek...

Dengan geram, Miranda meremas amplop itu, lalu merobek-robek surat berisi peringatan dari William.

Kata-kata terakhir William terus terngiang di benaknya—"Tidak ada lagi kesempatan, tidak ada lagi ruang untukmu di hatiku. Aku sudah mencintai wanita lain."

"Siapa wanita itu?" gerutunya dengan nada penuh amarah. "Siapa wanita yang berani merebut posisiku? Aku tidak akan membiarkannya!.”

.

.

Di ruang perawatan lain, Vira menerima kunjungan dari Lisa, sahabat sekaligus seniornya di kantor.

Senyum Vira merekah saat melihat wanita berambut bob ash brown itu memasuki ruangan.

"Hai, Vir?" sapa Lisa, satu tangannya menenteng plastik putih berlogo "Lovely Bread"—toko roti favorit Vira—sementara tangan lainnya membuka lebar untuk memeluknya.

"Terimakasih sudah datang, tau banget aku kesepian disini," ujar Vira.

"Iya dong," Lisa menaruh plastik itu diatas bedside cabinet.

Warna krem kotak di dalam, membuat senyum Vira merekah, aroma cheese cake tercium di hidungnya.

"Kamu nggak lembur?" tanya Vira, sedikit terkejut.

Lisa menggelengkan kepala. "Nggak, aku absen khusus buat jenguk kamu," kata Lisa sambil membuka kantong plastik dan menyodorkan sepotong cheese cake kepada Vira.

"Absen? Kok tumben?" tanya Vira, masih tak percaya.

Dengan lembut, Lisa menarik kursi dan duduk di samping ranjang Vira. "Iya, Pak William sendiri yang menyuruhku."

Kunyahan cheese cake di mulut Vira terhenti seketika, nyaris membuatnya tersedak. Pasalnya, William dikenal sangat ketat dan jarang sekali mengizinkan timnya absen lembur.

"Aneh banget, kan? Dia malah menyuruhku menjengukmu di rumah sakit," tambah Lisa dengan nada heran.

"Menyuruhmu ke sini?" Vira tak percaya dengan apa yang didengarnya.

Lisa mengeluarkan kartu kredit dari dalam tasnya. "Nih, bawa! Beli apa pun yang Vira suka, terus foto barangnya sama struknya. Kartunya tinggalin aja ke Vira," Lisa menirukan gaya William saat memberikan kartu kredit pribadinya secara terang-terangan di ruangannya.

"Hah? Serius kamu, Lis?" Vira masih tidak percaya.

Dengan cepat, Vira mengambil ponselnya dan mencari nama William di daftar kontak. Ia ingin segera meluruskan masalah ini agar tidak terus membebani pikirannya.

"Selamat sore, Pak. Ini Vira," ucapnya begitu panggilan tersambung.

"Halo, Vira. Saya tahu. Di kontak saya, kamu saya beri nama 'calon istri'," jawab William dengan nada santai.

Lisa yang mendengar jawaban itu langsung menangkupkan kedua tangannya ke mulut. Ekspresi terkejut dan tak percaya terpancar jelas di wajahnya.

"P-Pak..." Mata Vira membulat, lalu ia bertukar pandang dengan Lisa. "Pak, maaf sebelumnya. Saya tidak bisa menerima perhatian seperti ini. Karena kuenya sudah terlanjur saya makan, tolong kirimkan nomor rekening Bapak. Nanti saya transfer uangnya, dan untuk kartu kreditnya, Bapak bisa ambil dari Lisa." Vira menggigit bibir bawahnya, merasa kesal dengan sikap William yang dianggapnya berlebihan.

"Oh, begitu. Baiklah, tidak perlu repot ditransfer. Nanti tagihannya akan minta langsung ke kamu beserta kartu kreditnya. Kita bicarakan lagi nanti, saya sedang ada pertemuan penting," jawab William, mengakhiri percakapan dengan terburu-buru.

Tut…

Panggilan terputus, meninggalkan Vira dalam kebingungan.

"Calon istri?" Lisa menurunkan tangannya perlahan, menggeleng-gelengkan kepala, masih tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Hah... kan, jadi rumit masalahnya," Vira mengusap wajahnya dengan kasar, merasa pusing.

"Kapan? Sejak kapan kalian berpacaran?" Bibir Lisa melengkung membentuk senyum lebar,

Vira menghela napas pelan dan menyandarkan punggungnya dengan lembut di bantal. "Kami tidak ada hubungan apa-apa, tiba-tiba dia melamar. Gila, kan?"

"Melamar?" Suara Lisa meninggi karena terkejut. Baru saja sahabatnya putus dari Alby, sekarang tiba-tiba dilamar oleh William, atasannya sendiri.

"Ssst, jangan kencang-kencang," Vira memperingatkan.

"Vira, hidup kamu penuh kejutan. Sumpah..." Lisa menggelengkan kepala, masih tidak percaya. "...Lalu, kamu terima?”

"Belum, eh... maksudku, tidak," jawab Vira dengan nada ragu.

"Vir, kalau aku jadi kamu, sudah kuterima. 'Iya, Pak! Yes! Nggak apa-apa Bapak duda, yang penting Bapak masih tampan'," Lisa menirukan gaya seolah-olah dirinya adalah Vira.

Vira menghela napas pelan. Menerima pria lain tidak semudah itu, apalagi setelah hatinya hancur berantakan karena Alby.

"Sudah diam, kamu malah bikin aku tambah pusing," Vira semakin kesal dibuatnya.

Setelah dua jam menghabiskan waktu bersama, Lisa akhirnya berpamitan untuk pulang.

"Besok kamu sudah dibolehkan pulang, kan, Vir?" tanya Lisa.

"Iya, dokter bilang sudah boleh pulang. Padahal aku masih nyaman di sini," keluh Vira sambil memutar bola matanya kesal. "Pengajuan resign juga nggak diterima, terpaksa harus balik lagi ke kantor. Padahal sudah nggak semangat..." gumam Vira.

"Ya begitulah, mungkin Pak William memang nggak rela kamu pergi biar bisa selalu ada di dekatmu. Memang begitu tingkah cowok kalau lagi dimabuk cinta," balas Lisa sambil berdiri dari kursi dan memeluk Vira sebelum pergi.

Ruangan kembali hening setelah Lisa pergi, hanya aroma disinfektan yang menusuk hidung dan suara langkah kaki yang menggema terdengar di luar pintu.

.

Malam yang panjang, Vira sendiri di ruang inap. Melia, kakak iparnya, sibuk dengan pekerjaannya. Vira menatap layar ponsel, menonton beberapa cuplikan drama Korea yang ia sukai. Jari telunjuknya beralih ke WhatsApp, lalu kembali ke drama Korea lagi. Jenuh, tetapi tidak bisa berbuat hal lainnya. Karena sejak lima tahun lalu, dia memilih tidak punya media sosial. Saat itu, ada seorang penguntit sekaligus seniornya di kampus yang terus mengganggunya karena terobsesi ingin memilikinya, namun Vira selalu menolaknya dengan tegas.

Dulu, media sosialnya dipenuhi dengan kata-kata kotor dari akun anonim yang membuatnya trauma. Pria itu—kakaknya Abella. Menurut kabar yang beredar, pria itu sudah meninggal dunia akibat kecelakaan, tetapi Vira belum bisa memastikan kebenarannya.

Kehadiran Alby dalam hidupnya membawa ketenangan dan rasa aman karena pria itu selalu menjaganya dan melindunginya. Namun, tempat aman itu kini telah menjadi milik orang lain.

.

Keesokan harinya, saat Vira sedang bersiap untuk pulang dan mengemasi barang-barangnya,

Krieettt...

Suara pintu yang bergeser membuatnya menoleh. William berdiri di ambang pintu dengan senyum lebar.

"Bapak, kenapa ada di sini?" tanya Vira sinis.

"Menjemputmu," jawab William.

Vira menghela napas panjang, menyadari bahwa menolak permintaan William sama saja dengan membuang energi.

Setelah menyelesaikan urusan administrasi, mereka berjalan berdampingan menuju tempat parkir. William membukakan pintu mobil, senyumnya merekah sempurna. "Saya antar kamu pulang," ujarnya dengan ekspresi bahagia.

Huh, batin Vira kesal.

Mobil melaju keluar dari area rumah sakit, suasana hening menyelimuti mereka. William fokus pada kemudi, sementara Vira membaca dokumen dari rumah sakit.

"Lho, lho..." Vira menoleh ke arah William, menyadari bahwa jalan yang mereka lalui bukan arah menuju apartemennya.

"Bapak, kita salah jalan," protes Vira.

"Tidak, ini benar kok. Ini jalan menuju rumah saya," jawab William.

"Apa?" Mata Vira membulat sempurna karena terkejut.

"Saya ingin memperkenalkan kamu kepada anak-anak di rumah," ucap William dengan nada santai.

Bersambung…

1
Bahri Ali
William ku kira lemah ternyata suhu
Ariany Sudjana
kalau sama William ngeri juga, apalagi Miranda dibunuh William kan? cuma polisi belum menemukan pelakunya. kalau saya sih, coba Vira jalani dulu dengan laki-laki yang dijodohkan dengan kamu Vira, kenali dulu, supaya tidak salah pilih
Drezzlle: harusnya ya kak, kita serahkan keputusannya sama Vira. Apa dia mau menerima William apa adanya
total 1 replies
suryani duriah
enggak tau mo coment apa🤭perasaan jd enggak enak napa ceritanya mirip josef rumie dkk🤣🤣lanjuuut👍👍👍
Drezzlle: Yang nggak laku di rombak jadi barang laku🤭🤭🤭
total 1 replies
suryani duriah
para pria strong semua🤭tapi kalo udah cinta jd hello kitty😁😁lanjuuut👍👍
Drezzlle: tepatnya prianya gila semua 🤣🤣🤣
total 1 replies
jeung eli
si albi belum move on rupanya
jeung eli
buset di selingkuhin di tinggalin sama pacar.
tapi di cintai sama bos gaskeun lah 😍
Jun
Pilihannya gak waras semua 🤣👍👍
NyonyaGala
lancar banget tu mulutnya ya pak Will bilang calon suami, tapi itu vira aslam gara gara kami suka nyuruh lembur tau 😭 mending tobat kata gua mah jadi bos ngeselin
NyonyaGala
auw aku mulai kepincut duda 35 tahun ini. pick up linenya rawr bgt😍
suryani duriah
hadeeh pak suryo benar2 sayang putrinya tapi dlm bentuk strong🤭dudkil ditabok pdhl udah pd bgt😁😁gimana kalo adyl ketahuan pasang kamera bisa tambah runyam🤣🤣lanjuut yg lbh g1l4 biar tambah seru👍👍👍
Drezzlle: 😒😒 lebih gila nanti warga Konoha masih mau nggak bacanya 🤣🤣
total 1 replies
Bahri Ali
Lah William aja di tolak 🙏
Drezzlle: mau nyoba nglamar nggak 🤭
total 1 replies
kalea rizuky
q ksih bunga deh soalnya bagus moga ampe akhir bagus dan g bertele tele ya thor
jeung eli
itu bapa tau
jeung eli
ujug ujug diam tanda setuju 🤣🤣
jeung eli
🤭🤭rasanya ingin risign kalo ketemu mantak satu kerjaan
suryani duriah
titisan robert pak suryo😁alby kalo keluar dr ruang pak jend udah jd dendeng🤭🤣🤣lanjuuut👍👍
Drezzlle: Enak tinggal tambah nasi. 🤣 Tinggal William ikutan jadi dendeng atau nggak
total 1 replies
mawar Cian
tambah seru 👍👍👍
Bahri Ali
serem juga pak suryo👍
Drezzlle: mau daftar jadi calon mantu nggak? 😒
total 1 replies
NyonyaGala
ahahaha kedengeran si bos dudkill deh. lemburnya dibayar pake uang apa pake cinta nih 🤣
NyonyaGala
si dudkill asal lamar aja emang udh naksir apa cuma trik biar vira ga resign? 🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!