NovelToon NovelToon
Dia Yang Kau Pilih

Dia Yang Kau Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Selingkuh / Berondong
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Rika Nurbaya adalah seorang guru honorer yang mendapat perlakuan tak mengenakan dari rekan sesama guru di sekolahnya. Ditengah huru-hara yang memuncak dengan rekan sesama guru yang tak suka dengan kehadirannya, Rika juga harus menghadapi kenyataan bahwa suaminya, Ramdhan memilih wanita lain yang jauh lebih muda darinya. Hati Rika hancur, pernikahannya yang sudah berjalan selama 4 tahun hancur begitu saja ditambah sikap ibu mertuanya yang selalu menghinanya. Rika pun pergi akan tetapi ia akan membuktikan bahwa Ramdhan telah salah meninggalkannya dan memilih wanita lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memilih Pergi Dan Ketegasan

Kekalahan Ibu Cahya di depan rumah tidak memberikan kepuasan apa pun bagi Rika, hanya menyisakan rasa lelah yang mendalam. Kata-kata perlawanan yang baru saja ia lontarkan terasa seperti bara api yang membakar tenggorokannya. Ia tahu, setelah ini, rumah itu akan menjadi neraka yang sesungguhnya.

Malam itu, Rika bergerak senyap di dalam kamar. Ia tidak menyentuh makanan. Ia juga tidak berbicara sepatah kata pun pada Ramdhan, yang pulang larut malam dengan wajah datar. Mereka tidur dalam keheningan yang dipenuhi jurang.

Dini hari, ketika Ramdhan sudah tertidur pulas dan Ibu Cahya dipastikan sudah terlelap, Rika memulai aksinya. Ia mengeluarkan koper besar dari bawah ranjang. Ia mengemasi semua yang ia anggap miliknya: pakaian, buku-buku pelajaran, berkas-berkas sertifikasi mengajar, dan yang paling penting, semua dokumen pribadinya.

Setiap lipatan baju adalah janji perpisahan. Setiap buku yang ia masukkan adalah simbol kemerdekaan yang akan ia raih. Tangannya gemetar, bukan karena takut, melainkan karena kesadaran bahwa hidupnya akan segera berubah total. Ia tidak lagi peduli dengan cincin pernikahan yang melingkar di jarinya; itu hanya benda mati yang mengikat pada penderitaan.

Pukul 03.30 pagi, Rika menyelesaikan pengepakan. Ia memesan taksi online ke rumah orang tuanya di pinggiran kota. Ia meninggalkan rumah itu tanpa pamit, tanpa surat perpisahan. Ia hanya meninggalkan keheningan dan kekosongan di sisi Ramdhan.

Di teras rumah orang tuanya, Rika turun dari taksi. Udara pagi terasa dingin, namun menyegarkan. Rumah itu, meskipun sederhana, terasa seperti benteng pertahanan terakhir.

“Assalamualaikum,” panggil Rika pelan sambil mengetuk pintu.

Tak lama, lampu menyala. Pintu terbuka, dan Ibu Sukma, ibunya, muncul dengan mata setengah mengantuk.

“Rika? Astaghfirullah, Nak! Kenapa jam segini? Motor kamu mana?” Bu Sukma terkejut, melihat putri satu-satunya berdiri membawa koper besar sendirian.

Pak Nardi, ayah Rika, juga keluar, mengucek matanya. Begitu melihat koper itu, ia langsung sadar ada masalah besar.

“Ada apa, Nak? Kenapa bawa koper? Ada masalah apa dengan Ramdhan?” tanya Pak Nardi, suaranya dipenuhi kekhawatiran.

Rika ambruk ke pelukan ibunya. Ia tidak lagi menahan diri. Tangisnya pecah, tangisan yang membebaskan semua kesakitan yang ia tahan selama setahun terakhir.

“Bu, Pak… Ramdhan mau ceraikan Rika,” bisik Rika, suaranya tercekat. “Dan Rika… Rika sudah tidak tahan lagi dengan Ibu Cahya. Mereka sudah menghina Rika terlalu jauh.”

Pak Nardi segera menarik koper itu ke dalam. Bu Sukma memeluk erat putrinya. Malam itu, di meja makan dapur, Rika menceritakan semuanya: dari Bu Rosba, Ibu Cahya, tuduhan cerai, hingga kebaikan Arya. Kedua orang tuanya mendengarkan dengan hati remuk redam. Mereka tidak menghakimi, hanya memberikan kehangatan yang sudah lama Rika rindukan.

****

Keesokan paginya, Rika kembali ke sekolah. Ia tidak membiarkan kehancuran pribadinya menghentikan komitmennya. Tekadnya kini bulat: bekerja sekeras mungkin, mengumpulkan uang, dan memulai hidup barunya. Ia tidak punya Ramdhan lagi, tapi ia punya profesi.

Ia tiba di sekolah dengan wajah sedikit bengkak, namun mengenakan seragam guru dengan bangga.

Rika baru saja menaruh tasnya di meja ruang guru ketika Bu Rosba masuk. Wanita senior itu tampak lebih kusut dari biasanya. Pembelaan Pak Rahmat kemarin jelas telah meninggalkan luka besar pada egonya.

Rosba berjalan lurus ke arah meja Rika, matanya memancarkan api. Guru-guru lain, yang sudah tahu betul drama dua wanita ini, segera berpura-pura sibuk.

“Selamat pagi, Bu Rika. Wah, pagi-pagi sudah segar, ya? Padahal katanya masalah rumah tangga sedang berantakan,” Rosba memulai, nadanya penuh sindiran sarkastik.

Rika mendongak, menatap Rosba tanpa gentar. “Selamat pagi, Bu Rosba. Sebaiknya Ibu fokus pada kelas Ibu hari ini. Saya sudah menyelesaikan masalah pribadi saya dan siap mengajar.”

****

"Siap mengajar? Atau siap mencari perhatian lagi?” Rosba tertawa mengejek, suaranya tajam. “Bapak Kepala Sekolah kemarin memang membela kamu. Dia bilang, ‘Rika bekerja keras, Rika jujur.’ Tapi kita tahu, itu hanya simpati karena tangisan kamu yang terlalu dramatis.”

Rosba mencondongkan tubuhnya ke meja Rika. “Kamu pikir saya tidak tahu, Rika? Kamu itu tukang cari muka dan drama penuh sandiwara. Seolah kamu adalah guru paling suci dan paling peduli di sekolah ini!”

“Saya memang peduli, Bu. Dan saya tidak mengadu, saya membela. Saya membela keadilan untuk murid-murid saya,” jawab Rika, nadanya tenang, mengontrol emosi.

Rosba menggebrak meja Rika. “Keadilan? Kamu itu terlalu percaya diri, Rika! Kamu guru honorer, tahu diri sedikit! Kamu pikir dengan dibela oleh Kepala Sekolah, status kamu langsung berubah?”

Rosba menunjuk Rika dengan jari. “Justru itu yang membuat saya muak! Kamu selalu cari muka, cari panggung. Kamu memanfaatkan kelemahan dan kebaikan orang lain. Kamu kemarin menangis, seolah kamu yang paling menderita. Semua itu bullshit, Rika! Kamu ini memang pandai main peran, harusnya kamu jadi aktris bukan guru!”

Rosba mendekat, suaranya berbisik namun menusuk. “Kamu tahu kenapa suami kamu menceraikan kamu? Bukan karena kamu tidak punya anak, Rika. Tapi karena dia muak dengan sandiwara kamu ini! Suamimu lelah melihat kamu yang selalu berusaha tampil sempurna di depan orang lain! Kamu hanya boneka yang sibuk cari tepuk tangan!”

Rika merasakan serangan ini lebih menyakitkan daripada penghinaan nilai. Ini serangan yang menelanjangi semua rasa sakitnya.

Rika mendongak. Ia tidak menangis. Ia tersenyum tipis, senyum yang sinis dan mematikan.

"Ibu Rosba,” kata Rika, suaranya sangat pelan, namun ia bisa merasakan semua guru lain di ruangan itu menahan napas. “Ibu benar. Saya sudah diceraikan. Dan ya, mungkin saya memang pandai main peran. Tapi setidaknya, peran yang saya mainkan adalah peran guru yang tulus mengajarkan ilmu.”

Rika berdiri, menatap Rosba lurus-lurus. “Peran yang Ibu mainkan, itu lebih mengerikan. Ibu memainkan peran sebagai guru senior yang membenci kebahagiaan orang lain, yang menggunakan kekuasaan untuk merusak mental anak didik, dan yang selalu menyebarkan fitnah hanya karena merasa tersaingi oleh seorang guru honorer.”

****

"Saya mungkin aktris, Bu. Tapi saya aktris yang jujur. Saya menangis karena saya terluka. Saya berjuang karena saya ingin hidup. Dan saya datang ke sekolah ini untuk mengajar, bukan untuk mendengar hinaan dari guru yang gagal menemukan kebahagiaan dalam dirinya sendiri!”

Rosba terkejut. Rika telah membalikkan serangan itu ke inti kepribadian Rosba. Wajah Rosba yang tadi memerah kini berubah menjadi pucat pasi.

“Kamu… Berani sekali kamu!” Rosba menunjuk-nunjuk Rika, tangannya gemetar.

"Saya berani, Bu,” potong Rika, nadanya tajam. “Karena saya sudah tidak punya apa-apa lagi yang harus saya takuti. Rumah saya hancur, suami saya pergi. Satu-satunya yang tersisa adalah integritas saya di sekolah ini.”

“Dan sekarang, Bu Rosba, tolong minggir dari meja saya. Saya punya kewajiban untuk mendidik anak bangsa, bukan untuk melayani dendam pribadi Ibu.” Rika menatap Rosba, sorot matanya yang dingin memaksa wanita senior itu mundur selangkah.

1
Purnama Pasedu
nggak lelah Bu cahaya
Aretha Shanum
ada orang gila lewat thor
La Rue
Ceritanya bagus tentang perjuangan seorang perempuan yang bermartabat dalam meperjuangkan mimpi dan dedikasi sebagai seorang perempuan dan guru. Semangat buat penulis 👍❤️
neur
👍🌹☕
Purnama Pasedu
Shok ya
Purnama Pasedu
Bu rosba panik
Purnama Pasedu
bo rosba nggak kapok ya
Purnama Pasedu
Bu rosba,,,itu Bu riika bukan selingkuh,kan dah cerai
Purnama Pasedu
benar itu Bu Guru
Purnama Pasedu
wanita yg kuat
Purnama Pasedu
lah Bu rosba sendiri,bagaimana
Purnama Pasedu
bener ya bu
Jemiiima__: Halo sahabat pembaca ✨
‎Aku baru merilis cerita terbaru berjudul BUKAN BERONDONG BIASA
‎Semua ini tentang Lucyana yang pernah disakiti, dihancurkan, dan ditinggalkan.
‎Tapi muncul seseorang dengan segala spontanitas dan ketulusannya.
‎Apakah Lucy berani jatuh cinta lagi? Kali ini pada seorang Sadewa yang jauh lebih muda darinya.
‎Mampir, ya… siapa tahu kamu ikut jatuh hati pada perjalanan mereka.
‎Dukung dengan like ❤️ & komentar 🤗, karena setiap dukunganmu berarti sekali buatku. Terimakasih💕
total 1 replies
Purnama Pasedu
lawan yg manis ya
Purnama Pasedu
bawaannya marah terus ya
Purnama Pasedu
Bu rosba iri
Purnama Pasedu
jahat ya
Purnama Pasedu
kalo telat,di marahin ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!