Seraphina Luna — supermodel dengan kehidupan yang selalu berada di bawah sorotan kamera. Kalleandra — pria asing yang muncul di malam tak terduga.
Mereka bertemu tanpa sengaja di sebuah klub malam. Sera mabuk, Kalle membantu membawanya pulang ke apartemennya. Tanpa disadari, dua wartawan melihat momen itu. Gosip pun tercipta.
Seketika, hidup mereka berubah. Gosip itu bukan sekadar cerita — ia memaksa mereka untuk mengambil keputusan yang tak pernah terbayangkan: menikah. Bukan karena cinta, tapi karena tekanan dunia.
Di balik cincin dan janji itu tersimpan rahasia dan luka yang belum pernah terungkap. Akankah cinta lahir dari dari gosip… atau ini hanya akhir dari sebuah pertunjukan?
"Di balik panggung, selalu ada cerita yang tak pernah terucap."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon amariel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
GODAAN PERTAMA
" Cantik sih tu cincin. Tapi kurang mahal. Ini kalau ibu negara tahu, bisa kena nyinyir."
Bian, memandang cincin yang sekarang melingkar manis di jari Sera. mereka kini sudah kembali ke apartemen.
"Lo serius, jeng. Mau nikah sama dia ?" Tanya Bian.
Entah sudah berapa kali temannya ini mengulang pertanyaan yang sama sepanjang perjalanan mereka pulang. Sampai Sera musti mengeluarkan mimik wajah mukanya.
"Gue cuma gak mau Lo salah pilih suami. Nikah itu gak sehari dua hari, Sera. Selamanya sampai tua."
"Sampai jadi debu ?"
"Hmm, ku di liang yang satu."
"Ku di sebelahmu." balas Sera.
Bian memberengut, sementara Sera malah tertawa kencang.
"Kok malah jadi saut-sautan nyanyi. Ini gue serius." ujar Bian." Reyhan gimana ?"
"Udah gue buang."
"Sera--- please, istighfar."
"Serius, Bian. Gue sama Reyhan udahan."
"Kapan ? Kok gue gak Lo kasih tahu."
"Dia aja belum gue kasih tahu kalau kita putus."
"Astaghfirullah..! Ini kapan kita ngomongin serius sih Sera."
"Gue memergoki Reyhan lagi tidur sama perempuan lain. Eh, salah. Perempuannya gue kenal. Kayanya Lo juga kalau di kasih tahu bakalan tahu juga. Cuma gue belum mau spill, nanti saja. kalau gue udah ketemuan sama Reyhan. Lo temenin gue ya, Bi."
Nada tenang selama Sera menjelaskan hubungannya dengan Reyhan malah membuat Bian masih agak ragu. Dan itu cukup dapat di tangkap olehnya.
"Dua apa tiga hari yang lalu gue pernah ke apartemen dia. Tadinya mau mencari ketenangan, minimal dapat pelukan hangat dari dia. sayangnya malah gue yang dapat kejutan." tawa miris Sera.
Ada air muka penuh kekecewaan dan kesedihan yang Bian rasakan dari Sera saat bercerita. Lelaki itu sadar kalau temannya tidak sedang membual atau bercerita dongeng seperti biasanya.
"Lo pasti kacau malam itu. Kenapa gak telepon gue ?"
"Entahlah, malam itu yang gue tahu cuma pergi ke Bar. Minum sedikit disana terus tahu-tahu gue ada di depan pintu sebuah bangunan."
Alis Bian berkerut. Menunggu Sera melanjutkan ceritanya.
"Saat itu yang gue temui, Kalle."
"Lo ke apartemen Dokter itu lagi ?"
"No, gue ke klinik dia. Dua kali gue datangi kliniknya. Satu dalam keadaan normal, satu lagi kacau banget. Dan Lo mau tahu apa yang gue lakukan disana ?"
"One night stand ?"
"Otak Lo kotor banget." kesal Sera malah memukul dahi Bian.
"Lah, ini bukan kotor. Realita dalam hidup. Cewek dalam keadaan mabuk, terus menemui seorang cowok. Di tempat kerjanya, malam-malam pula cuma berdua. Kan gak mungkin kalian main monopoli. Pasti gugugaga dong."
Sera berdecak sembari memalingkan wajahnya. Bian gak salah juga dengan pikirannya.
"Reyhan aja selama pacaran sama gue gak ada tuh endingnya tidur bareng. Apalagi gue yang baru ketemu Kalle cuma dalam beberapa hari ini."
"Iya terus Lo ngapain sama pak Dokter itu ? Mau roblox ? Mendaki gunung tetiba tangganya patah ?"
"Gue ngajak dia nikah."
Mendengarnya spontan Bian terbatuk. Terkejut, sudah pasti.
"Jadi dia tadi cari cincin karena alasan ini ? yaelah itu Dokter pasrah amat. Gak ada penolakan atau mengulur waktu dulu.".
"Siapa yang gak terpesona sama gue."
Dengan gaya centil, Sera mengibas rambut panjangnya.
" Alasan terkuat Lo pada akhirnya ngajak dia nikah apa ? Gak mungkin karena mulut lancip Luxe press kan ? atau tekanan paduka tuan mulia ? kayanya ini juga gak mungkin secara Lo sangat pemberontak banget."
"Tumben Lo pinter menilai gue." jawab Sera sambil mengelus sisi pinggiran rambut Bian." Yang pastinya gue ngajak menikah bukan karena berita Luxe press. Bukan juga karena tekanan ayah. ini lebih ke gue merasa penasaran sama pria tersebut."
"Apa yang harus di bikin penasaran. Memang kalau secara penilaiannya Dokter Kalle itu ganteng, dia terlihat berwibawa. Kaya ada aura Dokter senior."
" Memang dia senior." potong Sera.
"Tapi dia gak ada aura old money ala-ala Dokter yang biasa kita temui. Sederhana banget, gue takut Lo gak cocok sama kemiskinan dia, Sera." lagi, Bian mencecarnya." Seraphina luna perempuan paling anti sama sesuatu yang berbau kemiskinan. Gue hapal banget."
"Kata gue sih Kalle bukan tipe cowok pengangguran. Dia ada klinik kecil macam puskemas gitu. Biayanya ke klinik itu juga di buat gratis berarti secara gak langsung dia gak miskin bangetkan? Belum lagi dia kerja di salah satu rumah sakit." jelas Sera." Kalle anak yang sangat Gentleman.
"Orang tua dia gimana ?"
Sebelum menjawab, Sera terdiam." Bagian ini gue belum tahu banget."
"Baiklah, semoga pilihan lo gak salah kali ini." ucap Bian.
########################
"Bawa orangnya dulu kesini, habis itu baru deh mas Al ngomong serius dan kasih cincinnya. ini malah terbalik." ujar Nadira saat mereka sampai dirumah.
Maya, perempuan paruh baya yang sibuk di dapurnya lamat mendengar percakapan mereka. Dia pun segera menghampiri.
"Adek ketemu sama siapa ?"
"Sama kak Sera, Buna. Mas Kalle ajak aku mampir ke toko perhiasan buat cari cincin. Cantik deh cincin pilihan aku, Buna mau lihat ?"
Semangatnya gadis itu memperlihatkan gambar di dalam ponselnya. Tinggal Kalle dan Maya saling melempar tatapan tanpa suara.
"Adek bisa ke kamar dulu. Buna sama mas Kalle mau ngobrol sebentar," titah Maya.
Meski ingin protes, namun Nadira mengangkat tubuhnya dari kursi makan. Dia tahu akan ada pembicaraan serius diantara ibu dan kakaknya.
"Kamu ingat pesanku di toko tadi ?"
Kalle secara tak langsung memberi kode pada adiknya sebelum pergi. Kode sekaligus pengingat yang wajib untuk tidak di bantah.
Maya kini duduk ganti duduk di kursi yang baru saja di tinggalkan Nadira. Kedua tangan di taruh di atas meja. Tatapan lurus pada anak lelakinya.
" Jadi kamu akhirnya memutuskan untuk menikahi perempuan itu."
"Seraphina Luna namanya, Bun. Dia punya nama." Ralat Kalle.
Suara hembusan Maya terdengar. Dia tahu itu nada kekecewaan ibunya.
"Kamu sudah dewasa. Buna sudah gak bisa lagi mengatur hidupmu. Apalagi soal pasangan hidup. walau kali ini sejujurnya Buna agak kurang setuju dengan pilihanmu. Tapi kamu pasti sudah tahu dan sudah mempertimbangkan dengan matang."
"Aku tahu kekhawatiran Buna sama pilihanku ini. Rasa tidak enakku sama Prof Gunardi dan rasa tanggung jawabku sama ayah bunda jadi alasanku. Tapi aku dan Sera beberapa kali sudah membahas ini. Sera mungkin terkesan glamor karena pekerjaan dan orang tuanya, namun ada sisi dewasa di tunjukkannya."
Berbohong..! Tentu ada hal yang dia harus tutupi dari ibu dan keluarganya. Tapi satu yang dia pastikan bahwa tidak ada pernikahan kontrak seperti keinginan Sera.
"Bawa dia kemari. Buna ingin bertemu." ujar Maya pelan.
############################
"Bagus, ayah lega dengan keputusanmu."
Sera baru saja menunjukkan cincin yang di belikan Kalle pada ayah dan ibunya. Dan hanya tatapan Ayu, ibunya terkesan meremehkan seperti dugaan dia dan Bian.
"Habis ini ayah akan hubungi Prof Gunardi buat atur jadwal pertemuan keluarga secara resmi. Jangan lupa kamu kasih tahu Kalle juga."
" Tapi aku mau untuk urusan weddingnya itu aku yang urus gak ada campur tangan ibu atau ayah."
"Gak bisa gitu, kamu gak bisa seenaknya. Kita ini keluarga besar. Kamu jangan bikin malu untuk kesekian kalinya. Udah urusan acaranya ibu atur. kamu tinggal duduk manis." potong Ayu cepat.
"Aku mau gaun pengantin tetep aku yang milih, Bu."
"Ibu yang tentukan designer, kamu tinggal bilang mau model apa."
Percakapan sengit ibu dan anak di mulai. ini baru permulaan, bayangan jika harinya akan di mulai. Akan tetapi kali ini Sera tidak mau sepenuhnya menuruti keinginan ibunya, Ayu. Bagaimana pun ini momen sakral, momen perubahan dalam hidup dia meski pun bukan keinginannya.
"Ganti cincinnya, ibu gak suka. Terlalu sederhana dan murahan." kembali Ayu memberikan titahnya.
Sera sudah akan membantah namun dering telepon menghentikan. Ada satu nama di layar terpampang. Buru-buru dia matikan dan tanpa basa-basi meninggalkan begitu saja ibu dan ayahnya.
########################
"Beneran gak mau ikut gabung ? Sebentar doang, Al. Gak sampai malam."
"Iya, gak sampai malam tapi sampai shubuh." tolak Kalle." Lain kali, besok gue ada vaksin di rumah sakit."
"Vaksin apa mau prepare wedding nih." ledek Raffi.
Hari ini Raffi bersama Bimo mengajak Kalle bertemu di cafe baru milik Raffi. Dan setelahnya mereka akan lanjutkan ke salah satu Bar.
"Gak ada prepare. Masih lama juga."
"Masih lama tapi udah beli cincin, malah di pamerin lagi sama Sera. Besok bisa tembus lambe gosip tuh beritanya. Walau di share di close friend."
Kembali Raffi meledeknya. membuat Kalle sedikit jengah.
"Ya udah kalau Lo mau balik. Kita duluan." Bimo menyela.
Dan akhirnya mereka berpisah. Dua temannya menuju basement tempat dimana mobil Raffi berada. sementara Kalle menuju mobil yang dia parkir tak jauh dari cafe milik Raffi. Hanya saja tatapan terhenti pada satu pemandangan di seberang. tepat di salah satu restoran, dimana dua orang terlihat berdebat cukup serius.
Awalnya dia tak memperhatikan jelas. akan tetapi rasa penasaran membuatnya malah berbalik arah menyebrang menuju depan restoran tempat dimana dua orang masih berdiri dengan suasana tegang.
"Sayang aku minta maaf. Aku tahu ini kesalahan fatal, tapi saat itu aku gak sepenuhnya sadar."
Sera sudah ingin tertawa mendengar penjelasan Reyhan. Rasa marahnya sudah menguap lama yang ada kini malah berganti menjadi rasa muak. Dirinya ingin sekali meninggalkan tempat ini. Menyesal mengapa masih mau menemuinya.
"Gak sepenuhnya sadar tapi bisa Making love. Desahan kalian malam itu sudah mewakili apa yang kalian rasakan. kamu menikmati, Rey." ujar Sera dingin.
"Tapi aku sadar, Sera. Aku gak tahu kalau Monik malah bawa aku pulang ke apartemen."
"oke, oke Rey. Anggap kamu gak sadar malam itu. Aku maafin kamu, Rey." sahut Sera." aku maafin, tapi kita gak bisa bareng lagi. Monica itu temenku. Perempuan yang kamu tiduri itu temenku, kamu tahu itu."
Tatapan menyesal Reyhan bisa di rasakan Sera. Hanya saja dia pun punya rasa kecewa pada pria yang selama ini selalu dirinya perjuangankan. Reyhan, tak tahu bagaimana dia berusaha membuat hubungan mereka bisa di restui oleh orang tuanya. dan ketika perselingkuhan menjadi balasannya, bolehkan dia untuk kecewa dan sakit hati.
Kepala Sera di miringkan. Matanya kini tertuju pada sosok yang berdiri tak jauh darinya. Sosok tubuh tinggi berbalut kemeja biru dan jeans hitam ada dibelakang Reyhan. Entah sudah berapa lama sosok itu berdiri dan mengamati mereka.
"Kalle..!" ucapnya pelan
Reyhan, pria itu pun sontak menengok kearah belakang searah tatapan Sera. Ada sosok lelaki dengan dua tangan di masukkan ke saku celana.
Sera menyunggingkan senyum tipis. kakinya berlari kecil menuju kearah pria itu.
"Kamu ngapain disini ? Jemput aku ?"
Muka Kalle menegang, namun telunjuknya malah di arahkan kebelakang.
"Dari cafe Raffi." jawabnya pelan." Aku pikir tadi bukan kamu."
Kini tatapan Kalle berpindah pada Reyhan. Dua lelaki itu malah saling bertukar tatapan. yang satu sinis dan penuh curiga satu lagi tenang.
" Oke kalau gitu di lanjut ngobrolnya. Aku balik duluan."
"No..! Aku ikut, aku gak bawa mobil."
Sera menahan. Tangannya kini malah terselip di lengan Kalle. Matanya tampak memohon. Lagi, Kalle melirik pada Reyhan.
"oo, ini Reyhan. Mantan pacar aku. Kebetulan lagi ada kerjaan yang mau kita urus bareng."
wanita muda itu buru-buru mengenalkan sosok Reyhan pada Kalle. Entah mengapa hati kecilnya tergerak untuk melakukannya. tak ingin ada salah paham. Di tambah momen malam ini seakan dirinya sedang di pergoki berselingkuh oleh Kalle.
"Rey, ini Kalle."
Tangan Sera mengapit kencang lengan Kalle. hanya saja Kalle segera melepaskan dan mengulurkan tangannya pada Reyhan. momen dimana dua pria itu pada akhirnya saling berjabat tangan.
Tak ingin ada di situasi canggung. Sera pun menarik lengan Kalle. Membawa pria itu menjauh, meninggalkan Reyhan yang masih mencerna pertemuan mereka bertiga.
"Mobil Lo dimana ?"
Tanpa melepaskan genggaman tangannya Sera berjalan cepat. Kalle serasa tengah di seret.
"Itu---"
" Nanti gue jelasin di dalam mobil."
"Ini--."
"Nanti, nanti gue jelasin. Sekarang tunjukkin mobil Lo dimana parkirnya. jangan bawel deh." Suara Sera meninggi.
Matanya mendelik tajam pada Kalle. Namun pria itu malah menaikkan alis kanannya.
"Ini kita mau gandengan tangan sampai mana.Mantan kamu sudah gak keliatan." ujar Kalle." lagi, kamu gak pake masker malam ini misal ada yang lihat gimana ? gosip lagi."
Sera terdiam beberapa saat. Sebelum kemudian dia condongkan wajahnya mendekat kearah Kalle. Tinggi badan mereka tak begitu jauh. Hingga wajah mereka saat ini seakan tak ada jarak. Kalle bisa merasakan harum rambut panjang Sera yang berkibar tertiup angin dan aroma parfum di tubuhnya.
"Kalau gue gak mau lepasin gandengan tangan kita gimana ? kalau gue jawab gue gak peduli sama gosip malam ini, gimana ?" ucapnya sembari menggerakkan kepalanya. Pemandangan yang nampak menggemaskan.
Kalle tak menjawab. Dia lebih memilih memalingkan wajahnya.
"Dokter kenapa buang muka ? mana merah lagi mukanya," Sera tengah menggoda." gue takut tiba-tiba Lo cium gue disini."
Segera Kalle memutar lehernya menatap tajam wanita yang kini tersenyum menggoda.
"istighfar Seraphina luna..!!