Ganti Cover dari NT yah
Mencintai dengan sepenuh hati ternyata belum tentu membawa kebahagiaan bagi Alia Valerie Putri, gadis yang kurang beruntung dalam hubungan keluarga dan ternyata tak beruntung juga dalam urusan cinta.
Setahun berusaha menjadi kekasih terbaik bagi Devan Bachtiar, berharap mendapatkan kisah romansa bak film Drama Korea, justru berujung duka.
Hubungan penuh tipu daya yang dilakukan Devan, membuat luka di dalam hati Alia. Hingga takdir membawanya bertemu dengan Sam Kawter Bachtiar yang semakin membuat hidupnya porak poranda.
Siapa sebenarnya Sam Kawter Bachtiar? Lalu bagaimana kelanjutan hubungan Alia bersama Devan Bachtiar? Akankah Devan menyesali perbuatannya?
Akankah masih ada kesempatan baginya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melia Andari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 Ada apa dengan Esok?
"Ka-kamu, kamu yang waktu itu..."
"Ya, tak ku sangka kau bisa mengingatku," sahut Sam.
"Kenapa Tuan membawaku ke sini? Apakah karena aku menabrak mu membuatku begitu salah di hadapanmu?" tanya Alia.
Sam pun duduk di sudut kamarnya. Kemudian ia menekan tombol hingga jendela kaca besar di kamarnya terbuka. Lalu ia pun menghidupkan rokok yang ada di tangannya. Sambil menghembuskan asap rokok, Sam menatap Alia dengan tajam.
"Menurutmu?" tanya Sam.
Alia terdiam sejenak, lalu mencoba mengatakan hal yang sehalus mungkin.
"Menurutku dengan anda yang memiliki kekayaan berlimpah, sangat tidak mungkin merasa dirugikan dengan sosok seperti diriku Tuan," sahut Alia.
Sam pun menaikkan sebelah alisnya lalu tersenyum tipis.
"Ternyata kau bukan perempuan yang bodoh ya. Tapi sayangnya jawabanmu tidak memuaskan ku."
"Aku tidak bermaksud ingin memuaskan anda Tuan, aku minta maaf jika berbuat kesalahan tapi, mohon bebaskan aku," pinta Alia.
Sam pun mematikan rokoknya pada sebuah asbak yang berada di dekatnya, kemudian ia menutup kembali jendela kaca kamarnya beserta gordennya.
Pria itu pun berjalan mendekati Alia dan mengusap wajah Alia, namun Alia spontan berjalan mundur karena takut Sam berbuat mesum kepadanya.
"Apa yang kamu inginkan dariku? Mengapa kamu membawaku ke tempat yang aneh ini?" tanya Alia.
Bagi Alia, jendela otomatis membuat ruangan itu menjadi aneh. Lebih terlihat seperti sebuah ruang rahasia, bukan sebuah kamar.
"Tempat aneh?" sahut Sam menaikkan sebelah alisnya.
"Ini rumahku nona, dan tempat ini adalah kamarku. Seharusnya kau berterima kasih karena aku telah menolong mu saat kau pingsan di pinggir jalan!"
Alia terdiam. Ia mulai mengingat saat tadi ia ingin menyebrang jalan kemudian membentur trotoar.
"Aku ingin pulang, terima kasih telah membantuku dan memberikan aku tumpangan," tutur Alia hendak pergi, namun Sam menahan pergelangan tangannya.
"Aku belum mengizinkanmu pulang Nona Alia Valerie Putri, maka kau akan tetap berada di sini," bisik Sam di telinga Alia.
Alia terkejut mendengar nama panjangnya disebut.
"Kau tahu namaku?" tanya Alia.
"Aku tahu semua tentangmu, jadi berhentilah bertingkah seolah aku tidak mengenalmu."
"Tapi kita memang tidak saling mengenal. Aku tidak mengenalmu," sahut Alia.
"Kau akan mengenalku setelah ini. Sekarang istirahat lah," ucap Sam lalu berjalan menuju kamar mandi.
"Maaf tapi ini bukan rumahku, aku ingin pulang," tolak Alia seraya berjalan ke arah pintu, namun lagi-lagi Sam menahan dirinya.
"Jangan keras kepala, aku tidak suka dibantah. Hari sudah malam, kau bisa istirahat di tempat ini hingga esok hari. Kalau kau tetap ingin pulang, kau bisa melawan Ardi dan beberapa bodyguard di depan. Jika mereka kalah dan kau menang, maka kau bisa pergi sendiri dari sini."
"Apa??" Alia shock mendengarnya.
"Dengar Alia, jangan terlalu percaya diri hingga kau berpikir aku akan memperkosamu, karena aku juga tidak bernafsu melihat tubuh kecilmu itu!" geram Sam lalu meninggalkan Alia.
...----------------...
Pagi itu, Alia berjalan ke rumah paman dan bibinya dengan hati yang keheranan. Bagaimana tidak, pagi-pagi sekali Alia terbangun bahkan hari masih gelap, tapi Sam tidak ada lagi di rumah itu.
Namun Alia tak mau ambil pusing. Ia bergegas berkemas merapikan diri, yang herannya lagi, telah tersedia pakaian untuknya di mansion itu. Hingga setelah matahari terbit, Alia diantarkan ke rumah paman dan bibinya oleh salah seorang supir di Mansion milik Sam.
'Siapa sebenarnya dia?' batin Alia bertanya akan sosok Sam.
Alia bahkan tidak tahu jika pria yang semalam bersamanya bernama Sam Kawter Bachtiar.
Tanpa terasa ia telah tiba di depan pintu rumahnya. Dengan perlahan, Alia mencoba membuka pintu itu, berharap tak ada yang menyadari kedatangannya.
Namun tiba-tiba saja..
"Darimana saja kau semalaman tidak pulang Al?" tanya Asni, bibi Alia.
Wanita paruh baya itu ternyata telah ada di hadapannya dengan tatapan menyelidik.
"Maaf bibi, aku ada tugas kelompok bersama temanku," sahut Alia.
"Teman? Teman yang mana?"
Alia terdiam. Ia tak memiliki banyak teman dan tak memiliki teman dekat. Nama siapa yang akan dia jadikan tameng?
"Bersihkan rumah ini karena besok kita akan kedatangan tamu yang penting!" perintah Asni.
"Tamu penting siapa bi?" tanya Alia.
"Kau tak perlu bertanya, cukup kerjakan apa yang aku perintahkan," sahut Asni lalu pergi meninggalkan Alia.
Setelah kepergian bibinya, Alia pun masuk ke dalam kamarnya. Ia duduk sejenak di atas ranjang lalu mulai membuka ponselnya.
Pesan masuk dari Riska, wanita itu mengirimkan foto-foto mesranya bersama Devan. Terlihat keduanya begitu menikmati kebersamaan mereka dengan senyum yang mengembang di wajahnya.
Alia merasa kesal dan juga sedih melihatnya. Ia segera menghapus semua pesan itu tanpa sisa, lalu membuka halaman berita yang terlihat pada bagian utama notifikasinya. Berharap ada berita yang bagus dan membuatnya melupakan foto Devan bersama Riska.
Tanpa sengaja ia melihat wajah yang tak asing baginya di halaman utama berita itu. Alia pun mulai membaca judul beritanya yang tertulis "Sam Kawter Bachtiar seorang pengusaha muda yang sangat sukses dan memiliki 25 cabang perusahaan yang tersebar di Eropa dan Asia."
"Sam Kawter Bachtiar?? Jadi semalam aku bersama orang ini?"
Alia begitu terkejut ketika menyadarinya. Tak pernah sekalipun terpikir olehnya, bahwa ia akan berurusan dengan orang berkuasa seperti itu.
Alia segera melempar ponselnya ke atas ranjang. Ingin menenangkan diri dari Devan, ia malah melihat berita yang membuat hatinya semakin kacau.
"Semoga aku tidak berurusan lagi dengan orang itu. Kekuasaannya sangatlah mengerikan," gumam Alia merasa merinding.
Tiba-tiba saja bibinya mengetuk pintu dengan keras.
"Alia, kau tidak dengar apa yang aku perintahkan tadi? Mengapa kau belum membersihkan rumah?" teriak Bibinya.
"Iya Bi, aku segera bersihkan."
Alia pun keluar dari kamar dan mulai membersihkan bagian rumah itu. Saat Alia sedang membersihkan ruang tengah, tanpa sengaja ia mendengar percakapan paman dan bibinya.
"Kau yakin Alia mau menerima alasanmu Ris?" tanya Asni kepada Haris, suaminya.
"Tidak ada alasan untuknya berkata tidak bukan? Kita telah merawatnya dari kecil, mungkin kali ini, saatnya ia membalas Budi kepada kita," sahut Haris.
Terdengar helaan nafas dari bibinya.
"Kalau tidak melakukan ini, kamu pikir bagaimana kita bertahan? Rumah ini akan disita bahkan perusahaan kecil kita sudah gulung tikar. Sudahlah aku yang akan bicara padanya besok," tutur Haris dengan tegas.
"Besok? Apa yang akan dibicarakan?" tanya Alia yang tiba-tiba telah ada di hadapan mereka.
"Tidak ada apa-apa Alia. Cepat bereskan rumah ini. Dan besok kau tidak perlu berangkat kuliah dulu," sahut Asni.
"Kenapa?" tanya Alia.
"Tidak perlu bertanya, kerjakan saja tugasmu dan lihat saja besok!" sahut Asni.
Alia hanya menghela nafasnya kemudian ia pun melanjutkan kembali pekerjaannya.
Membersihkan rumah memanglah tugas Alia. Bahkan urusan dapur juga Alia yang mengerjakannya. Sebenarnya kehidupan Alia tidaklah seperti seorang anak atau keponakan yang disayangi, melainkan seperti Sorang pembantu di rumah itu.
Tapi Alia tak menghiraukannya. Baginya, itu lebih baik daripada ia harus tidur di jalanan sejak orangtuanya meninggal dunia.
Alia segera menyelesaikan pekerjaannya. Setidaknya pikiran Alia saat ini bisa teralihkan dari rasa sakit akibat perlakuan Devan dan Riska. Meskipun Alia sedikit penasaran akan ada hal apa di esok hari?
jangan bertempur dengan masa lalu karena terlalu berat