NovelToon NovelToon
Heavanna

Heavanna

Status: tamat
Genre:Teen / Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:5M
Nilai: 4.9
Nama Author: Smiling27

Karena penghianatan pacar dan sahabatnya, Zianna memutuskan untuk pindah sekolah. Namun siapa sangka kepindahannya ke SMA Galaxy malah mempertemukan dirinya dengan seorang cowok bernama Heaven. Hingga suatu ketika, keadaan tiba-tiba tidak berpihak padanya. Cowok dingin itu menyatakan perasaan padanya dengan cara yang sangat memaksa.

"Apa nggak ada pilihan lain, selain jadi pacar lo?" tanya Zia mencoba bernegosiasi.

"Ada, gue kasih tiga pilihan. Dan lo harus pilih salah satunya!"

"Apa aja?" tanya Zia.

"Pertama, lo harus jadi pacar gue. Kedua, lo harus jadi istri gue. Dan ketiga, lo harus pilih keduanya!" ucap Heaven dengan penuh penekanan.

Follow IG Author : @smiling_srn27

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Smiling27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

08. HAMPIR TERLAMBAT

"Masih lama ya Pak?" tanya Zia pada supir barunya, sambil berkali kali menengok ke depan.

"Maaf Non, masih macet. Sepertinya agak lama," jawab supir bernama Didin. Masih menunggu ada pergerakan dari mobil di depannya.

Zia menghela nafasnya kasar, sudah beberapa menit ini ia terjebak dalam kemacetan kota. Waktu sudah semakin siang, ia harus segera sampai sekolah sebelum gerbang ditutup. Tapi sepertinya situasi sedang tidak berpihak padanya.

"Ya udah Pak, mending Zia jalan kaki aja. Sekolahnya udah deket ini." Zia membuka pintu mobil, kalau hanya diam menunggu mungkin ia akan benar-benar terlambat nanti.

"Tapi Non, nanti saya dimarahi tuan Max," ucap Pak Didin segera mencegah.

"Tapi kalau nunggu masih lama, bisa telat nanti. Bapak tenang aja, Zia nggak akan bilang ke Paman. Ya udah Zia berangkat dulu." Zia keluar dari mobil, memandang ke depan di mana gerbang sekolah sama sekali belum nampak dari tempatnya berdiri.

Zia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, waktu menunjukkan pukul 06:55, lima menit lagi gerbang akan ditutup. Gadis itu langsung berlari sekuat tenaga. Jaraknya memang sedikit jauh, tapi ia tidak bisa menyerah begitu saja.

Zia terus berlari kencang setelah melewati perempatan jalan, menambah kecepatan larinya saat pintu gerbang sudah terlihat di ujung sana. Gadis itu dapat melihat satpam sekolah yang sedang mengawasi para murid yang masuk.

"Pak jangan ditutup dulu!" Zia berlari sambil berteriak kencang ketika satpam hendak menutup gerbang, padahal jaraknya masih cukup jauh.

Bruk

"Awh sshhh...!" rintih Zia setelah terjatuh akibat kakinya tidak sengaja menabrak batu, padahal pintu gerbang sudah berada di hadapannya.

Semua orang di sana sontak menatap gadis yang sedang terduduk itu, ada beberapa di antara mereka yang menahan tawa melihatnya. Zia menundukkan kepalanya. Sakitnya memang tidak seberapa, tapi malunya itu.

Zia mendongak saat sebuah tangan terulur di depan wajahnya, yang ternyata milik seorang cowok berkacamata yang sedang tersenyum kecil padanya. Gadis itu membalas senyumannya, lalu menerima bantuan darinya.

"Makasih ya!" ucap Zia setelah berdiri.

"Sama-sama Zia," jawab cowok berkacamata bulat itu.

"Kok lo tahu nama gue?" Zia mengernyit bingung.

"Kita 'kan satu kelas, nama aku, Dio." Cowok bernama Dio itu memperkenalkan diri.

"Oh maaf ya gue nggak tahu." Zia tersenyum bodoh, ia memang belum menyadari kalau ada cowok berpenampilan seperti nerd yang berada satu kelas dengannya.

"Kalian berdua cepat masuk, atau Bapak tutup gerbangnya sekarang!" ucap satpam sekolah yang hendak menutup gerbang.

Kalau saja Zia tidak terjatuh sampai lututnya berdarah, mungkin satpam itu tidak akan menoleransinya. Dan sudah pasti Zia akan mendapat hukuman karena keterlambatannya tadi.

"Iya Pak!"

Zia dan Dio langsung masuk, sebelum Pak satpam benar-benar menutup gerbang itu. Mereka langsung berlari menuju kelas, karena mungkin saja guru yang akan mengajar sudah berada di kelas.

*********

Zia, Handa dan Icha baru saja keluar dari kamar mandi, mereka sudah mengganti seragamnya dengan seragam berbahan kaos, karena di jam ini mereka akan mengikuti pelajaran olahraga. Semua murid langsung berkumpul di lapangan, mengikuti instruksi dari guru yang mengajar.

"Ayo kalian pemanasan dulu, setelah itu anak laki-laki main basket dan anak perempuan main voli." Pak Agus selaku guru olahraga, mulai memberikan pengarahan kepada muridnya.

Semua murid mulai melakukan pemanasan, satu siswa berdiri di depan memberikan contoh pada murid lainnya. Sepuluh menit waktu pemanasan sudah mereka lalui, kini semua siswa sudah terbagi menjadi dua. Laki laki bermain basket, sementara perempuan bermain voli.

"Nda, gue nggak ikutan ya, kaki gue sakit." Zia menunjukkan kakinya yang sudah tertutup plester, akibat terjatuh pagi tadi.

"Ya udah lo duduk aja," ucap Handa membolehkan. Zia hanya mengangguk dan langsung menuju pinggir lapangan, duduk di kursi yang tersedia di sana.

"Loh, Zia kenapa nggak ikut yang lain?" tanya Pak Agus dari seberang. Pria itu sedang mengawasi murid laki-laki, menyeleksi beberapa murid yang pandai bermain basket.

"Zia nggak ikut Pak, kakinya lagi sakit!" Bukan Zia yang menjawab, melainkan Handa.

"Oh gitu, ya sudah kamu duduk saja," ucap Pak Agus mengizinkan.

Handa mulai menyervis bola pertanda permainan dimulai, Icha dan kelima teman mainnya mulai menyatukan kedua tangan siaga. Kali ini Handa dan Icha tidak berada dalam satu tim, untuk pertama kalinya mereka menjadi lawan dalam sebuah permainan.

Berulang kali bola terlihat memantul ke atas, para pemain terlihat pandai mengoper dan memberikan smash. Beberapa kali juga bola mendarat di lantai berwarna abu-abu itu, ada yang terjatuh di luar dan ada juga yang terjatuh di dalam garis putih.

Zia tidak tinggal diam, terlihat gadis itu beberapa kali memberikan semangat pada teman-temannya. Setidaknya ia cukup senang meski tidak ikut dalam permainan itu. Jika ikut pun belum tentu Zia bisa menikmati permainan itu, karena dirinya memang tidak terlalu pandai memainkannya.

Tiga puluh menit berlalu permainan akhirnya selesai, dan permainan kali ini di menangkan oleh tim Icha. Handa mendekati Zia dengan wajah cemberut, sedangkan Icha memasang wajah penuh kemenangan. Sebenarnya Icha juga tidak terlalu pandai dalam berolahraga, namun beruntungnya ia mendapatkan tim yang sedikit lebih kuat di banding tim Handa.

"Udah capek, kalah lagi!" Handa duduk di samping Zia sambil menggerutu, keringat sudah membasahi sebagian bajunya. Bulir-bulir keringat juga kerap kali muncul di daerah wajahnya yang menunduk lesu, walau sudah beberapa kali diusap dengan asal menggunakan punggung tangannya.

"Cuman permainan doang kali Nda, gak usah cemberut gitu." Zia menepuk pundak gadis cantik yang kini menyandarkan kepala pada bahunya, sementara yang gadis itu hanya menganggukkan kepala malas.

"Huh... udah capek, haus lagi!" ucap Icha sedikit kesal, "Ini nih yang paling gue nggak suka kalo abis olahraga, keringet di mana-mana. Untung aja gue wangi!" ujarnya.

"Cha Cha, heran gue sama lo. Sebenernya pelajaran apa sih yang lo suka? Semuaa... pelajaran lo protesin." Handa menggeleng heran sekaligus tidak habis pikir, kenapa bisa memiliki teman aneh seperti Icha.

"Yang katanya bikin pusing lah gara-gara kebanyakan rumus, terus bikin capek gara-gara banyak gerak. Bikin mikir seribu ratusan kali, bikin otak lo yang kecil makin sempit gara-gara kebanyakan materi." Handa menghirup nafasnya yang hampir habis, "Bilang aja otak lo nggak mampu, susah amat sih!"

"Ih Handa, jangan keras-keras tau. Lo kan tau sendiri gue nggak suka pelajaran, kalo bisa gue pengen nikah aja deh. Biar nggak kebanyakan mikir, bikin kepala gue berasap! Capek sekolah mulu!" ucap Icha lirih sambil terkikik geli mendengar ucapannya sendiri.

"Gila, siapa juga yang mau nikah sama cewek bego kaya elu! Lagian belum tentu juga lo dapet cowok berduit, lo kira nikah gampang! Bukannya bantuin suami, yang ada lo nyusahin!" ucap Handa setengah menahan kesal. Bisa-bisanya sahabatnya yang masih polos itu terpikirkan untuk menikah, di saat otak minimnya hanya sebesar biji kelengkeng pun tidak ada.

"Ya cari yang kaya lah, sama om om berduit juga nggak papa. Asal ganteng kaya Kak Gal-" Icha menghentikan ucapannya, tangannya bergerak menutup mulutnya yang hampir keceplosan. Tapi sayangnya Handa sudah tahu apa yang akan di katakan Icha tadi, hingga tangannya bergerak menjitak kepala sahabatnya yang kurang edukasi itu.

"Auw sakit ih, Handa!" Icha mencebikan bibir bawahnya, sembari memegangi kepalanya yang masih terasa berdenyut.

"Makanya kalo ngomong tuh di jaga, mau sama om om kayak nggak ada yang masih muda aja!"

"Ya nggak papa kali, asal Om nya berduit! Terus masih single lagi!" ucap Icha sembari menunjukkan cengirannya. Membuat Handa geram sampai ingin menyerang Icha lagi dengan ilmu jitakan mautnya.

"Udah-udah, lo pada haus kan? Gue beliin minum ya?" ucap Zia menawarkan diri.

"Nggak usah, kaki lo masih sakit. Nanti aja kalo udah bel." Handa langsung melarang, tentu saja karena tidak ingin sepupunya kenapa-kenapa.

Zia, Handa dan Icha memilih duduk beristirahat, sambil melihat teman-temannya yang masih bermain. Ada juga siswi yang memilih duduk di lantai lain karena sudah kelelahan bermain, berbeda dengan anak laki-laki yang masih bermain di lapangan seberang.

Terlihat dari kejauhan, seorang gadis datang dengan membawa dua botol air mineral. Gadis itu menuju tempat di mana Zia dan kedua temannya berada. Ketiga gadis itu mengernyit saat gadis yang tidak di kenali itu menyodorkan dua botol air mineral pada Handa dan Icha.

"Katanya buat kalian berdua," ucap gadis itu.

"Lo siapa? Dan, dari siapa?" Handa bertanya tanpa mau menerima lebih dulu.

"Nggak tahu, ini aman kok." Gadis itu langsung menyerahkan botol itu, kemudian berlari tanpa mempedulikan panggilan kedua gadis itu.

"Aneh banget!" ucap Icha. Tapi ia tetap saja meminumnya, karena memang sedang sangat haus saat ini.

Berbeda dengan Icha, justru Handa malah curiga dengan minuman itu. Ia mengedarkan pandangannya mencari seseorang, dan tanpa sengaja melihat cowok yang sedang berdiri menyandar di tembok. Tatapan mereka sempat bertemu, namun segera terputus karena cowok itu langsung beranjak pergi.

"Gue ke kamar mandi dulu." Handa langsung pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Bukan untuk ke kamar mandi, melainkan mengejar cowok yang sangat dikenalnya itu.

Handa berlari mengejar cowok yang terus berjalan melewati koridor hendak menuju ke kelas, kini ia semakin dekat dengannya. Tapi cowok itu terus berjalan tanpa peduli padanya, rasanya ingin sekali Handa memukul kepalanya itu.

"Tunggu!" Ucapan Handa langsung menghentikan langkah cowok itu, ia berbalik menatap Handa tanpa berucap sepatah katapun.

Handa mendekat, "Lo yang ngasih minuman ini?" Bertanya sambil menunjukkan sebotol air di tangannya.

Cowok itu hanya diam saja, walau menjawab jujur kalau minuman itu bukan dari dirinya pun Handa tidak akan percaya. Cowok itu hanya memandang wajah Handa yang kian memerah, memahami gadis itu sudah mulai marah padanya.

"Mau lo apa sih Kak?" Mata Handa mulai memerah, jujur saja ia sangat ingin membenci mantan pacarnya itu.

Sedangkan Agam, cowok yang ditatap itu malah semakin membisu. Rasanya sulit sekali mengucapkan kalimat yang terus terbesit di pikirannya. Ego telah mengalahkan segalanya.

Handa mengambil tangan cowok itu, memberikan botol itu padanya dengan kasar. "Gue nggak butuh minuman dari lo!" ucap Handa kemudian pergi dari hadapan Agam.

Agam mengepalkan tangannya melihat kepergian mantan pacarnya, kenapa ia tidak bisa membela diri di hadapan cewek itu. Ia menatap botol minuman di tangannya, minuman itu memang bukan darinya. Tapi siapa yang berani memberi minuman pada gadisnya, dengan kesal ia meremas hingga semua isinya keluar dan berceceran di lantai.

1
레이디핏
Si Icha ini pen gue tempelenggggg, ziana juga kenapa ikut2an segalaaa
strawberry milk
bagus
Qaisaa Nazarudin
Lumayan
Qaisaa Nazarudin
Dari tadi Drama nabrak mulu..
Qaisaa Nazarudin
Katanya Dia paling berkuasa di sekolah itu,Masa untuk mencari data dan kelas seorang Zea aja gak bisa..ckk patut di curigain...
Qaisaa Nazarudin
Dio emang sengaja berdandan kek cupu gitu..
Qaisaa Nazarudin
Feeling ku mrngatakan kalo mereke ini putus Karna salah paham,Agam menyangka kalo Handa ada yg lain,Dan Handa juga lebih kurang mikir yg sama..
Qaisaa Nazarudin
Mungkin Agam TERPAKSA mutusin Handa takut Handa jadi sasaran musuhnya...
Qaisaa Nazarudin
Imut banget mukanya gak cocok jadi ketua gengster...😂😂😜😜
Qaisaa Nazarudin
Jangan nilang Itu Heaven ya..Heaven hanya untuk Zea...
klmnanara_
Luar biasa
Iyank Nha Rully
/Facepalm//Curse//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Joyful//Curse//Curse//Curse//Curse//Curse/
Iyank Nha Rully
Luar biasa
Mamay
gala pdhl suka handa,
@ellenlenn`
bikinn Zia sukaa dongg Ama heaven
Angrani
kapan lanjut lagi nih thor😪😭, udh lama tau nunggu nyah huft
Fenti
aku mampir kak😁
Yuli Yanti
gala cita2nya jadi PMR 😁😁
Alif
bagus banget semangat kak untuk novel2 selanjutnyaaa ...
Alif
astagaa nandaaaa .. ngakak abis kalau SMA nandaa .
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!