NovelToon NovelToon
Secretly Loving You

Secretly Loving You

Status: tamat
Genre:Romantis / Cintapertama / Nikahmuda / Tamat
Popularitas:9.7M
Nilai: 5
Nama Author: ErKa

"Dear hati ...

Mengapa kau begitu buta? Padahal kau tahu dia sudah berkeluarga. Mengapa masih menaruh harapan besar kepadanya?"

Hati tak bisa memilih, pada siapa ia akan berlabuh.

Harapan untuk mencintai pria yang juga bisa membalas cintanya harus pupus begitu ia mengetahui pria itu telah berkeluarga.

Hatinya tak lagi bisa berpaling, tak bisa dialihkan. Cintanya telah bercokol terlalu dalam.

Haruskah ia merelakan cinta terlarang itu atau justru memperjuangkan, namun sebagai orang ketiga?


~Secretly Loving You~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 7 - Yang Mana Karaktermu?

Setelah kejadian itu, Pak Kaku menjadi lebih intens lagi dalam mengajari. Aku berusaha menyerap semua materi. Setiap pulang kerja, aku selalu mereview ulang materi yang kupelajari hari itu.

Pak Kaku memiliki bawahan yang banyak, bukan hanya aku saja, sehingga aku tidak ingin merepotkan dengan menyita banyak waktunya. Bila ada hal yang kurang kupahami, aku akan lebih dulu mencari tahu. Segan bagiku untuk bertanya. Alasan pertama, karena beliau sangat kaku dan menakutkan. Alasan kedua, kembali ke alasan pertama. Dibanding aku harus mati kutu, lebih baik aku memeras otakku terlebih dulu

Aku tidak ingin mengeluh, namun menurutku pekerjaan ini terlalu banyak untuk dikerjakan oleh satu orang. Setiap hari aku kewalahan. Baik dalam hal menyerap materi atau praktek secara langsung.

Daftar pekerjaanku padat merayap. Seolah tidak ada habisnya. Di pagi hari, aku akan melakukan pekerjaan admin kredit. Meliputi penarikan data debitur jatuh tempo, pengarsipan berkas kredit, desk call nasabah menunggak dan lain-lain.

Pukul 10.00 WIB, aku akan pergi ke Bank Indonesia untuk melakukan transaksi kliring, yaitu proses pertukaran warkat dengan bank lain.

Menjelang siang, aku akan melakukan tugas back office yaitu pengecekan terhadap inventory kantor maupun transaksi biaya yang dikeluarkan oleh kantor. Sore hari, aku akan kembali bergelut dengan tugas admin kredit. Yaitu melakukan penginputan untuk proses pencairan.

Sudah dua hari ini alur kerjaku seperti itu. Jujur saja, tubuhku mulai remuk redam. Beberapa hari ini selalu pulang malam. Aku, Pak Armand dan Pak Security selalu menjadi penghuni terakhir di kantor kami.

"Arsha, makan siang yuk." Mbak Amie, salah satu teller senior datang menghampiri. Selama beberapa hari ini, aku sudah mulai beradaptasi. Aku sudah menghafal semua nama karyawan dan berinteraksi dengan semua, meskipun hanya berbasa-basi saja.

"Masih belum selesai Mbak ...."

"Kerjaanmu masih banyak ya?" Dia menengok monitor dan mejaku yang full dengan berkas. Raut wajahnya terlihat kecewa.

"Yah, kerjaanmu banyak banget. Mau titip makan?" tanyanya. Aku menggelengkan kepala. "Ya sudah, kalau gitu aku duluan ya." Dia pun pergi bersama tim funding yang rata-rata wanita.

Kebiasaan burukku, bila sudah fokus akan sesuatu, akan lupa dengan hal lain, contohnya makan. Aku bisa menahan rasa lapar selama mungkin. Tak terkecuali hari ini.

Sepulangnya dari BI (Bank Indonesia), aku tak beranjak dari mejaku. Hari ini banyak pencairan, sehingga proses penginputan ke sistem harus segera dilakukan. Sudah dua jam aku berkutat dengan berkas di pangkuan, sementara tangan menari-nari di atas keyboard. Berusaha mengetik secepat mungkin.

Beberapa saat kemudian, rasa ingin buang air kecil memaksaku untuk beranjak dari kursi dan buru-buru ke toilet.

Hampir sepuluh menit aku di dalam toilet. Aku membasuh wajah agar terlihat lebih segar dan meretouch make up yang mulai hilang. Setelah membenahi make up dan baju, aku kembali ke ruangan.

Di atas meja, aku mendapati sebuah kotak berbahan dasar kertas berwarna putih. Dari ukurannya, kutaksir isinya makanan. Dan benar saja, ketika kudekati, kotak itu bertuliskan 'Gudek Lumintu'. Di atas kotak terdapat note bertuliskan, 'Di makan."

Makanan dari siapa ini?

Aku melihat sekitar, untuk mengetahui siapa yang meletakkan makanan ini di sini. Namun karena jam istirahat, penghuni di lantai dua itu rata-rata kosong.

Tiba-tiba ponselku berbunyi. Pertanda ada pesan masuk. Segera kuscroll layar untuk melihat pesan.

"Met makan siang Sha." Bunyi pesan yang ternyata dari Pak Haidar. Kutatap pesan dan kotak makan secara bergantian.

Oh, ternyata makanan ini dari beliau?

Arsha : Terima kasih makan siangnya Pak. Lain kali tidak perlu repot-repot 🙏🙇‍♀️ Saya sungkan 🙏

Haidar : 🤔🤷‍♂️

Haidar : Nanti pulang jam berapa?

Arsha : Kurang tahu Pak.

Haidar : Nanti aku jemput ya.

Arsha : Tidak perlu Pak. Saya dijemput orang tua. Sekali lagi terima kasih untuk makanannya 🙏

Saling berkirim pesan itu pun berlanjut. Aku membalas pesan sembari mengunyah makanan. Pak Haidar memaksa untuk menjemput namun aku tetap menolak. Aku tidak tahu motif beliau melakukan hal itu? Kalau mau ge-er, aku akan menyangka beliau sedang mendekatiku. Tapi bukankah harusnya beliau lebih tahu peraturan perusahaan? Tidak boleh ada hubungan sesama rekan kerja. Jadi aku akan menganggap segala bentuk perhatian yang diberikan ini, hanya sebatas hubungan rekan kerja. Tak lebih dari itu.

***

"Belum selesai?"

"Ah, eh, ya .... Belum Pak." Tiba-tiba Pak Kaku sudah berada di sampingku. Serta merta aku berdiri dan membungkukkan tubuh. Kehadirannya benar-benar mengintimidasi.

"Ada berapa yang belum diinput?"

"Ada tiga berkas yang belum, Pak ...."

Pak Kaku menatap jam yang terlilit di tangan kiri. Keningnya mengernyit. Bibirnya sedikit ditekuk. Mungkin dia tengah memperkirakan pekerjaan itu akan selesai.

Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Kalau mengikuti ritme kerjaku, mungkin baru pukul setengah sepuluh pekerjaan itu akan selesai.

Pak Kaku menggulung lengan baju hingga sebatas siku. Tanpa kuduga, dia duduk di kursiku dan mulai mengetik.

"Aku yang ketik, kamu yang dikte," ucapnya tanpa menoleh padaku.

"Eh, tidak perlu Pak. Saya bisa selesaikan sendiri ...."

"Sampai jam berapa kalau menunggumu selesai. Tolong ambilkan HP-ku."

"Dimana Pak?"

"Di ruanganku. Di atas meja," jawabnya sembari mulai mengetik. Aku berdiri dengan ragu dan canggung. Antara ingin melarangnya, tapi tak kuasa. Pada akhirnya aku memilih ke ruangan beliau.

Di atas meja, kulihat benda berbentuk persegi panjang dan pipih itu. Segera kuraih dan bersiap meninggalkan ruang. Namun sejurus kemudian, langkahku terhenti begitu sudut mataku melihat kotak berwarna putih di tong sampah. Kotak bertuliskan 'Gudek Lumintu'.

Pikiranku mulai berkelana. Apakah Pak Haidar juga membelikan Pak Kaku makan siang? Pasti seperti itu.

Mungkin aku terlalu ge-er. Pak Haidar pasti membelikan semua orang makan siang. Kenapa aku berpikir beliau memiliki perasaan lebih padaku? Sungguh pemikiran yang lucu.

Tak mau terlalu banyak berpikir, aku kembali ke mejaku.

***

Selama setengah jam kemudian, tugasku adalah mendikte, sementara Pak Kaku yang mengetik. Bila dibandingkan teman wanita di kampus, aku cukup cepat dalam hal mengetik. Namun melihat Pak Kaku, kemampuan mengetikku tidak sampai seujung kukunya. Benar-benar super cepat.

Sosoknya dilihat dari sudut manapun terlihat sangat menarik. Selama beberapa hari ini, belum pernah aku melihatnya tersenyum. Sosoknya sangat kaku dan serius. Dingin dan menakutkan.

Tapi melihatnya seperti ini membuatku kebingungan. Bos mana yang membantu staffnya menyelesaikan pekerjaan? Membantu mengetik, pekerjaan remeh temeh yang tak harusnya dikerjakan.

Sebenarnya, sifat aslinya yang mana? Kenapa terkadang dia sangat dingin, namun di sisi berikutnya juga terlihat hangat? Yang mana karakter dia yang sesungguhnya?

Pikiran-pikiran seperti itu berkelebat selama setengah jam berikutnya.

Pekerjaan yang harusnya kuselesaikan dalam kurun waktu satu setengah jam, bisa diselesaikan dalam waktu empat puluh menit saja.

Waktu belum menunjukkan pukul sembilan ketika kami bersiap-siap untuk pulang.

"Bereskan barang-barangmu. Aku tunggu di bawah." Tanpa menunggu jawaban, beliau segera turun ke lantai bawah. Aku yang ketakutan, langsung bergegas membereskan semua dan menyusul beliau.

"Jangan lari-lari Mbak. Nggak akan saya kunci kok," ucap Pak Abdul melihatku berlarian. Aku hanya bisa tersenyum malu.

Aku bergegas menuju tempat parkir. Harapanku, melihat mobil pick up ayah di sana. Namun di lahan parkir yang luas itu hanya ada satu kendaraan. Yaitu Xpander berwarna Silver. Semua orang di kantor pasti tahu siapa pemiliknya.

Aku berusaha mengabaikan dan tetap mencari mobil ayah, namun yang kucari-cari tak kunjung datang.

Apa ayah masih pergi ke tempat lain? Apa ayah terlambat datang?

Pikiran-pikiran seperti itu membuatku meraih ponsel, bersiap untuk menelepon.

TIN!! TIN!! TIN!!

Bunyi klakson serta lampu mobil yang menyorot tepat di wajah mengejutkanku. Tak lama kemudian, mobil itu mulai melaju secara perlahan dan berhenti tepat di sampingku. Sang pengemudi menurunkan kaca dan berkata, "Masuk. Aku akan mengantarmu." Tanpa menoleh sedikitpun padaku.

***

Happy Reading 🤗

NB : Masih meliputi pekerjaan ya. Alurnya masih ngesloooooowww. Maaf kalo bosen 😅🙏 Ada yang bisa menebak cerita ini akan kubawa kemana? 🤭

Oh ya, untuk visual Pak Kaku & Arsha bisa cek di ig-ku @erka_1502 atau fb-ku ErKa ya. Maacih 😚

1
Endang Sulistia
bagus banget Thor...
Endang Sulistia
huuff...akhirnya sadar juga si nadya
Endang Sulistia
ada ya cewek kayak Nadya.,pengen aja nampol pala nya biar normal
Endang Sulistia
BESTie Abang si nay rupanya
Endang Sulistia
gak mungkin ...mencurigakan
Endang Sulistia
gini kan enak...rame jadinya
Endang Sulistia
kenapa nih si Nadya?
Endang Sulistia
jaga martabat ortumu nay..
Endang Sulistia
duuaarr...jedder..
Endang Sulistia
ngilu aku..
Endang Sulistia
Arsa,arka arman
Endang Sulistia
padahal bahu yg sebelah blom kena iler tuh 🤭🤭
Endang Sulistia
gak papa Thor..dijelasin aku pun bingung, yg penting ngertilah...🤭🤭🤭
Endang Sulistia
cie..cie...masnya tau aja
Endang Sulistia
arab maklum 🤪🤪🤪
Endang Sulistia
biar besok besok si Arsa dah gak banyak kerjaannya trus bisa deh di ajak jalan2 Ama si bos. 😘😘😘
Endang Sulistia
kejam banget si mas Arman...Arsa kan pengen kencan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
heran sama yg marah2 sama anak baru, namanya dia masih baru ya pasti masih grogi lagi pula yg lama aja masih aja ada yg khilap..
Endang Sulistia
si Arsa ...gayanya mau bebas, eh baru sehari dah ketakutan 🤭🤭🤭
Endang Sulistia
aturan dari si bos kaku itu..bukan dari perusahaan 🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!