NovelToon NovelToon
Sulastri, Aku Bukan Gundik

Sulastri, Aku Bukan Gundik

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Cerai / Penyesalan Suami / Era Kolonial / Balas Dendam / Nyai
Popularitas:16.5k
Nilai: 5
Nama Author: Anna

“Sekarang, angkat kakimu dari rumah ini! Bawa juga bayi perempuanmu yang tidak berguna itu!”

Diusir dari rumah suaminya, terlunta-lunta di tengah malam yang dingin, membuat Sulastri berakhir di rumah Petter Van Beek, Tuan Londo yang terkenal kejam.

Namun, keberadaanya di rumah Petter menimbulkan fitnah di kalangan penduduk desa. Ia di cap sebagai gundik.

Mampukah Sulastri menepis segala tuduhan penduduk desa, dan mengungkap siapa gundik sebenarnya? Berhasilkah dia menjadi tengkulak dan membalas dendam pada mantan suaminya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sulastri 7

“Koe sudah dengar gosip terbarunya belum, Sur?” Ijah yang baru saja datang dengan sebakul kopi mentah, langsung mendekati Surti yang tengah menyantap singkong rebus.

“Opo?” sahut Surti dengan wajah penasaran.

Ijah melirik ke kanan-kiri, suaranya setengah berbisik, “Jare demenane (katanya pacarannya) bukan cuma sama mantan pacarnya, tapi kusir dokarnya juga.”

Surti terbelalak seketika, bibirnya sedikit terbuka, “Bocah lanang seng ireng manis itu?!” (pemuda yang hitam manis itu)

Ijah mengangguk mantap, “Di parkiran dokar lagi rame, katanya, ada yang pernah lihat mereka berdua masuk Melati(sebutan untuk losmen kelas bawah) daerah pesisir. Malah ada yang bilang, si Sulastri ini memang jualan.”

Surti sedikit memiringkan kepala, matanya menyipit seperti sedang mengingat sesuatu. “Sek … tapi aku curiga, bocah itu sepertinya ada di rumah Meneer Londo.”

“Meneer Londo yang rumahnya di lereng bukit?” sahut Ijah dengan mulut terbuka.

“Iyo, aku lihat sendiri,” ucap Surti pelan. Matanya bergerak gelisah seolah menimbang ucapannya sendiri.

“Seng tenan kamu, Sur!” Suara Ijah sedikit meninggi.

“Tapi aku tidak yakin kalo itu Sulastri, soalnya dari kejauhan melihatnya,” Surti menarik napas pendek. “Tapi … sepertinya sih benar, itu dia.”

Nur—si bakul jamu, yang baru saja datang turut bergabung setelah menurunkan dagangannya. “Siapa yang di rumahnya Meneer Londo?” tanyanya.

“Sulastri,” sahut Ijah singkat.

Nur langsung terbahak mendengar ucapan Ijah. “Ngawur koe iki. Mana mungkin Meneer mau sama barang bekasan begitu?”

“Aku liat sendiri, Nur. Ada wanita muda lagi mangku bayi di rumah Meneer,” sahut Surti.

“Kamu lihat mukanya tidak?” sela Nur.

Surti menyipitkan matanya, satu tangannya menopang dagu. “Lihat, tapi ndak jelas, soalnya dia menunduk, tapi aku yakin itu Sulastri.”

Nur masih terbahak, bahunya terguncang menahan tawa. “Ora mungkin. Suamiku kerja di tempat Meneer udah tahunan, itu yang kamu lihat istrinya Pak dokter, 'kan istrinya habis melahirkan,” sahutnya sambil menepuk pundak Surti.

“Wedokan itu minggat di daerah pesisir kono, lo. Ada yang ketemu langsung, bukan ketemu tapi dia yang mengantar,” Paerah yang baru saja datang turut menimpali.

“Koe ngerti dari mana, Rah?” tanya Ijah penasaran.

“Kusir yang mengantar cerita di warungnya Ngatemi pas aku nganter cabe kemarin sore. Bocah itu memang jualan, tapi yo kui, kelase murahan,” sahut Paerah.

Nur menghela napas pelan, tangannya menyusun botol-botol jamu di bakulnya. “Sayang sekali, bocahe ayu padahal.”

Ijah berjalan pelan, tangan sebelahnya di pinggang sedang satunya merapihkan kopi ke baskom-baskom.

“Ayu tapi doyan wong lanang, yo seperti itu. Selalu kekurangan meski sudah punya satu. Alhasil mencari batang yang lain asal bisa puas, dapet duit nomor pitilikur yang penting puas,” sahut Ijah.

Di tengah kehebohan gosip pagi dan riuh kokok ayam dari pedagang ayam, seorang wanita muda dengan tubuh semok memasuki pasar.

Di belakangnya seorang centeng dengan kumis tipis dan bibir hitam berjalan dengan petentang-petenteng.

Si centeng dengan santai mencomot satu buah mentimun yang ada di depan lapak Paerah. Matanya menatap sekitar dengan liar, membuat sekumpulan biang gosip itu sedikit bergidik.

“Isuk–isuk wes rasan-rasan,” celetuk si centeng— Kasman. (pagi-pagi sudah bergosip)

Paerah yang memang mengenal Kasman, menyahut dengan santai. “Gosip heboh iki, Man.”

Kasman melirik sekilas, tatapanya tajam pada para pedagang, bibirnya melengkung miring sebelum menggigit mentimun di tangannya.

“Nggak usah pada bergosip, nambahi dosa,” ujar Kasman.

Paerah mencondongkan kepalanya, suaranya sedikit berbisik, “Koe kerja di punjer to, Man?“ Mosok ndak tau gosipe bojone—”

Kasman menyela dengan cepat ucapan Paerah, matanya membulat sambil menempelkan jari telunjuk di depan bibir hitamnya. “Jangan keras-keras,” bisiknya sembari melirik wanita semok yang sedang minum jamu.

Si wanita semok—Amina, menyeringai tipis saat mendengar kasak-kusuk para pedagang. Dia sengaja meninggalkan Kasman bersama mereka, membiarkannya menyebar gosip lebih luas dan meyakinkan.

“Koe tunggu di sini saja, Man. Aku ingin melihat kebaya di toko itu,” ujar Amina sembari menunjuk toko baju yang ada di sudut pasar.

“Nggeh, Ndoro,” sahut Kasman sopan.

Ijah yang sedari tadi menyimak dengan wajah penasaran, mendekat pada Kasman. “Siapa itu tadi, Pakde?” tanyanya sembari menoel pundak laki-laki itu.

“Bojone Den Kartijo.”

Seketika suasana terasa lengang, aroma rempah jamu menguar, teriakan bakul baju rombengan teredam, berganti bau tengik Kasman yang jadi pusat sorotan.

Para biang gosip itu merapatkan barisan, ingin mendengar lebih dekat. Mata mereka melotot, tangan menutup mulut, beberapa saling menatap, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengar.

“Maksudmu opo to, Man?” desak Paerah.

“Berarti yang berkhianat Den Kartijo?” timpal Ijah.

Kasman menoleh pada sang Ndoro, memastikan sudah berjalan cukup jauh. “Heh, biang gosip ini merepotkan,” keluh Kasman.

Surti yang sedari tadi berada di belakang, turut mendekat, penasaran. “Sampean kalo ngasih info yang jelas, Pakde.”

Kasman menghela napas pelan, matanya bergerak cepat. “Ndoro putri itu sebenarnya pacarnya Den bagus, sayange ndak disetujui. Saking cintane Den bagus sama Ndoro putri, akhire di rabi siri, paham ndak,” jelas Kasman.

Para biang gosip pun semakin melebarkan telinga sembari manggut-manggut mengerti.

“La terus, kok bisa nikahnya sama Sulastri?” Nur yang semakin penasaran bertanya sembari memajukan kepalanya.

“Dijebak.”

Kasman kembali menyomot satu mentimun, mengelapnya dengan kaos buluknya lalu menggigitnya.

“Di jebak gimana, Man?” desak Nur.

“Rahasia.”

Kasman sengaja menggantung ucapannya, membuat para biang gosip semakin penasaran. Laki-laki itu dengan santai menghabiskan mentimunnya, kemudian mengambil sebatang rokok lalu menyulutnya.

“Sulastri itu begenggek, sama siapa saja mau. Makanya hati-hati, bisa jadi nanti sasarannya suami kalian, karena yang dicari bukan hanya uang, tapi kenikmatan,” pungkas Kasman.

Amina yang memperhatikan dari kejauhan, tertawa girang, dalam hati wanita itu bersorak-sorai menyaksikan kebodohan penduduk desa. Matanya berkilat penuh kepuasan.

“Dasar orang desa, mudah saja percaya omongan orang,” gumamnya sinis.

Wanita itupun berjalan menuju kerumunan biang gosip, alisnya terangkat tipis, matanya menatap tajam ke arah Kasman.

“Kalau ngomong dijaga, Man. Jangan asal mangap. bagaimanapun juga Mbak Lastri itu punya anak sama juragan, kasian nanti kalau cerita ini berlarut-larut sampai anaknya dewasa,” sela Amina dengan suara lembut namun menusuk.

“Belum tentu juga itu anak Den Kartijo, Ndoro,” sahut Kasman.

“Hust! Mau benar ataupun tidak, Mbak Lastri itu istrinya juragan. Apalagi anaknya perempuan, takutnya … sudahlah ayo pulang, sudah siang,” pungkas Amina.

Para biang gosip pun semakin terperangah dengan yang barusan mereka dengar, mereka memandang iba sekaligus kagum ke arah Amina yang sudah berjalan semakin menjauh.

Paerah menghela napas panjang, tangannya terus-terusan mengusap dada. “Wong ayu dan alus begitu, pantes Den bagus tergila-gila.”

Nur berdecak pelan, kakinya melangkah patah-patah menuju mejanya.“Heh, lha iyo to, memang benar-benar tidak tau malu Sulastri itu! Wes bener-bener dia yang dinikahi, malah main gila sana-sini.”

Surti cepat-cepat membereskan belanjaannya, dengan langkah tergesa wanita pendek itu berpamitan. “Aku mau pulang dulu, Mbak yu. Takut bojoku digondol Sulastri.”

Suasana pasar pun semakin riuh dengan cerita yang baru saja disebarkan. Ijah—si biang gosip menjadi pusat perhatian para ibu-ibu pedagang dan pengunjung pasar yang ingin tau kebenaran cerita.

Sementara itu, Broto jongos kepercayaan Petter berjalan dengan tergesa sekembalinya dari pasar. Laki-laki yang diperintahkan oleh Petter untuk mencari informasi tentang Sulastri itu berulang kali mengusap wajah kasar, menuju ruang kerja sang Meneer.

Sesampainya di ruang kerja, Broto langsung menceritakan apa yang didengarnya saat di pasar tadi. Petter mendengarkan dengan saksama dari balik meja kerjanya, sembari memainkan cerutu di jarinya.

“Jadi perempuan itu dari punjer?”

“Betul, Meneer,” sahut Broto. “Tapi saya sedikit ragu dengan cerita yang beredar di pasar. Sepertinya tidak mungkin dia melakukan hal serendah itu,” lanjutnya.

Petter menatap datar, ujung bibirnya terangkat tipis. “Apa yang tidak mungkin, bukankah pribumi biasa melakukan hal seperti itu.”

Broto menghela napas kasar, “Tapi saya tetap tidak percaya.”

Petter masih menimbang pikirannya. Di tengah batinnya yang diliputi rasa penasaran, tiba-tiba terdengar keributan di halaman belakang.

“Dasar gundik sialan!”

Bersambung.

Kalian tim biang gosip kebun atau pasar?

Please komen, penulis amatir ini butuh vote. 😆

1
Nanda
udahlah kasmaaaan.🙃🙃
Nanda
👍👍👍
SooYuu
alah keri keri keri
Nanda
apesnya malah dapet kartijo halaahh
SooYuu
nggak ada abisnya cibiran² ini😭
Nanda
lehernya diemut sama Anne kan? iya dong? positif aja aku mah
Nanda: Oalah tanda lahir ya?? emang ada sih, kayak luka bakar gitu.
total 2 replies
Nia Rahmi
apa peter anak biyung rasmi ya
Anna: Yang penting nggak sodaraan ama Kartijo. Author nggak rela🤧
total 2 replies
Sayuri
panasin trus sim mpe gosong
Sayuri
minta trjmhn dong
Sayuri
dia kn sasimo
Nia Rahmi
nah sekarng gantian si mimin yg ďikatain gundik dan mmg itu knyataannya
durrotul aimmsh
boso jowone medhok lan klasik banget mba'e🤭
durrotul aimmsh: asline tiang pundhi?
total 2 replies
Nanda
Nur gak ekspek sebrutal ini wkwkwkw
Anna: terbiasa numbuk jamu 🤣
total 1 replies
Nanda
aku orang Sunda, bahasa Jawa aku pas-pasan. aku gak ngerti. help kasih terjemahannya dong kak 😥😥
Anna: Intinya begini" Lastri buang yang item dapetnya putih mulus, Amina sudah ngrebut yang hitam main gila sama yang hitam pula" heheee, next akan saya kasih terjemahan, Kak. maaf untuk ketidak nyamanannya 🙏🙏🙏
total 1 replies
cinta semu
ya harus update tiap hari ...kalo bisa lebih banyak ...biar makin puas q baca ny ...😂jangan lupa makan teratur sm istirahat yg cukup ...biar tubuh dlm keadaan sehat selalu ..
Anna: Amin, matursuwun semangatnya 🫶🫶
total 1 replies
Sayuri
apakah hari ini kk tor kelupaan lg?
Anna: tidak kakak yang baik, up agak sore karena baru sempet nulis, dari semalam ketularan Petter demam asmara #eh🤧🤭
total 1 replies
Sayuri
nah loh awas
Sayuri
kalo ma kartijo, boro2 di kasih minum
Nanda
wkwkwkwk. gapapa kak, makasih udah update 😍
Sayuri
mana ea kok blum up lagi?
Anna: salah setting tanggal, saya kira hari tanggal 10 🤣
total 5 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!