NovelToon NovelToon
Sang Penyelamat

Sang Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyelamat / Dokter Genius
Popularitas:45.7k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.

Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.

Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.

Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.

Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tak Kenal, Maka Tak Sayang

Shift hari ini sudah selesai, semua petugas medis di IGD sudah melakukan serah terima pekerjaan pada shift berikutnya. Sebelum meninggalkan rumah sakit, Emir menahan semua rekan yang bekerja dengannya hari ini.

“Bagaimana kalau kita makan malam bersama? Anggap saja ini acara perkenalan dari kami. Tak kenal maka tak sayang kan?”

Emir melihat semua rekannya satu per satu. Farah mengangguk setuju yang diikuti oleh semua staf perawat. Kemudian pria itu melihat pada Gusti. Walau enggan, akhirnya kepala pria itu mengangguk juga.

“Oke yang bawa kendaraan ikuti mobil ku. dan yang tidak bawa kendaraan bisa ikut dengan ku atau dokter Irsyad.”

Pria itu mengedipkan sebelah matanya pada Irsyad seraya menepuk pelan lengan Kakak sepupunya itu. Acara makan malam ini bukan hanya untuk menjalin kerjasama dan membangun hubungan positif dengan kru IGD, tapi juga untuk mengembalikan mood Irsyad yang sempat ambyar setelah bertemu dengan Handaru.

Berturut-turut kendaraan milik Irsyad, Emir dan beberapa kru IGD keluar dari pelataran rumah sakit. Mobil Emir melaju paling depan. Karena hanya dia yang tahu kemana mereka akan menuju.

Di mobil Irsyad, pembicaraan seru tengah berlangsung. Dokter bedah trauma itu mendapat tugas mengangkut para suster IGD, termasuk Farah dan Nayraya. Sebenarnya Nayraya membawa motor setiap bekerja. Namun Farah memintanya meninggalkan motor di rumah sakit dan ikut dengannya di mobil Irsyad.

“Dokter Ilham, apa yang terjadi padanya?” tanya Irsyad menginterupsi pembicaraan seru para suster.

“Dia mengalami kecelakaan dua minggu lalu,” jawab Farah dengan wajah sendu.

“Kecelakaan itu tidak seharusnya terjadi, andai rumah sakit tidak mengurangi kru IGD,” sambung Nayraya. Wanita itu yang paling terpukul dengan kecelakaan yang menimpa Ilham. Dokter spesialis emergensi itu adalah panutan baginya. Dokter Ilham sudah mengajarkan banyak hal padanya.

“Kenapa bisa begitu?”

“Tentu saja untuk mengurangi biaya. Pertama mereka memotong anggaran di IGD, lalu mereka mengurangi kru. Dokter Ilham harus bekerja selama 18 jam setiap harinya. Itulah yang membuatnya kelelahan. Dia mengalami kecelakaan saat pulang kerja. Saksi mengatakan kalau mobil yang dikendarainya oleng sebelum menabrak pembatas jalan dan pohon besar.”

“Lalu apa yang dilakukan dokter Handaru?”

“Dia mengatakan tidak bisa berbuat apa-apa. Semuanya sudah diputuskan oleh dewan direksi. Rumah sakit sedang mengejar keuntungan. Mereka saat ini tengah mendorong bagian saraf dan ortopedi, karena dua bagian itu yang memberikan keuntungan besar bagi rumah sakit. Dan IGD dianggap bagian yang paling mengeluarkan biaya besar dengan sedikit keuntungan. Mereka bahkan memilih pasien. Jika pasien berduit, akan langsung diberi kamar. Sementara pasien yang tidak memiliki kemampuan membayar harus dipulangkan.”

Kepala Irsyad hanya menggeleng saja mendengar cerita panjang Nayraya. Selama berkarir di Ibnu Sina, dia tidak menemui kasus seperti ini. Kondisi finansial Ibnu Sina yang kuat, membuat rumah sakit itu tetap menjadi rumah sakit terbesar dan terbaik di Bandung. Bahkan trauma centernya menjadi rujukan utama di kota Bandung, mengalahkan rumah sakit pemerintah.

Dan kali ini Irsyad juga Emir membawa misi penting, mengembalikan kejayaan Bandung Medical Center. Mengembalikan fungsinya sebagai trauma center di wilayah Bandung Timur. Sampai tujuh tahun lalu, BMC masih menjadi rumah sakit terbaik sebelum terjadi pergantian direktur.

Setelahnya kasus korupsi besar-besaran terjadi, menghilangkan kepercayaan dewan direksi. Hingga mereka mengambil langkah ekstrim, membatasi pergerakan rumah sakit. Kadang ikut campur dalam pengambilan keputusan yang seharusnya menjadi tugas direktur.

“Aku dengar dokter Irsyad bertugas di Ibnu Sina sebelumnya. Apa yang membuat dokter pindah ke BMC?”

“Anggap saja aku sedang mencari pengalaman baru.”

“Apa dokter mengenal dokter Handaru?”

Akhirnya keluar juga pertanyaan yang sedari tadi menggelitik benak Nayraya. Melihat interaksi antara Irsyad dan Handaru tadi, wanita itu yakin kalau mereka saling mengenal bahkan memiliki sejarah panjang.

“Dulu dia bekerja di Ibnu Sina.”

“Apa kalian pernah bermasalah?”

Farah menyenggol lengan Nayraya. Wanita itu menilai juniornya ini terlalu berani melayangkan pertanyaan seperti itu.

“Kenapa kamu menanyakan itu?”

“Hanya ingin bertanya. Aku sebenarnya tidak peduli dengan masalah di antara kalian. Tapi aku harap perseteruan kalian jangan sampai melibatkan kami. Kami sudah cukup lelah menghadapi sistem rumah sakit yang bobrok. Jangan tambah beban kami dengan terlibat dalam perseteruan kalian.”

Tidak ada jawaban dari Irsyad. Pria itu sibuk dengan pikirannya sendiri. Bagaimana menjalankan tugas yang diberikan Aqeel padanya. Saat ini Dadvar belum menunjukkan tajinya sebagai dewan direksi. Saham yang dimiliki Qurota’ayyun pun masih belum terlalu besar. Mereka memang ingin melakukan investasi secara bertahap. Hal ini justru semakin memberatkan tugas Irsyad.

***

Keesokan harinya semua kru IGD kembali bertugas. Kali ini IGD kedatangan dokter magang dan koas. Total ada lima personil baru yang akan membantu bertugas di IGD. Tiga dokter magang dan dua koas.

Seperti biasa sebelum bertugas, semua berkumpul di IGD. Dikarenakan Ilham masih menjalani perawatan di ICU, tanggung jawab IGD sementara dipegang oleh Gusti. Dia adalah dokter residen emergensi tahun ke empat.

Irsyad sendiri membiarkan Gusti tetap memegang kendali di IGD. Rencananya hari ini dia ingin mempelajari situasi di rumah sakit. Begitu pula dengan Emir, walau statusnya saat ini adalah dokter spesialis emergensi, namun pria itu masih memakai status dokter residen bedah sampai sekarang.

“Selamat pagi semuanya,” Gusti memulai acara briefing kali ini.

“Kali ini kita kedatangan beberapa personil baru. Tiga dokter magang dan dua koas. Silakan perkenalkan diri kalian.”

“Saya Novi, ini pengalaman pertama saya magang. Mohon bimbingannya.”

“Saya Dendi, ini juga pengalaman pertama saya magang. Sebelumnya saya mengajukan magang di Ibnu Sina, tapi dipindahkan ke sini oleh pihak rumah sakit.”

“Kamu beruntung dipindahkan ke sini. Kalau kamu magang di Ibnu Sina, kamu tidak akan bertemu dengan ku,” jawab Emir seraya mengedipkan sebelah matanya.

Irsyad hanya berdecih saja mendengar ucapan narsis adik sepupunya seraya menepak belakang kepala pria itu.

“Saya Ekon. Awalnya saya magang di Ibnu Sina. Setelah tiga bulan, saya dipindahkan ke sini.”

Ekon, dokter magang yang dibawa Irsyad ke Bandung Medical Center. Pria berkulit hitam itu memperkenalkan diri menggunakan bahasa Indonesia yang sangat fasih. Selama menempuh pendidikan kedokteran di Universitas Kedokteran Ibnu Sina, Ekon belajar bahasa Indonesia dan Sunda.

“Dari mana asal mu?” tanya Gusti yang penaran.

“Nigeria.”

“Kamu sudah fasih berbahasa Indonesia ternyata.”

“Tentu saja. Aku suka bahasa Indonesia, aku juga suka bahasa Sunda.”

“Kamu bisa bahasa Sunda?” tanya Farah penasaran.

“Sumuhun. Ngan ulah ngajak ngomong Sunda buhun, teu tiasa abdi mah.”

Terdengar gelak tawa semuanya mendengar Ekon berbicara dengan menggunakan bahasa Sunda. Irsyad dan Emir hanya tersenyum saja. Ekon adalah dokter magang favorit keduanya selama di Ibnu Sina. Selain supel, Ekon juga pintar dan cepat menyerap pelajaran yang diberikan di lapangan. Pria itu diminta tutup mulut tentang Irsyad dan Emir selama melanjutkan magang di BMC.

“Oke lanjut,” Gusti melihat pada dua koas yang belum memperkenalkan diri.

“Saya Ella. Sebelumnya saya koas di bagian kandungan dan dipindah ke sini.”

“Saya Jagat. Ini hari pertama saya koas.”

“Oke cukup perkenalannya. Saya Gusti, R4 emergensi. Untuk sementara saya menggantikan dokter Ilham di IGD. Lalu ini dokter Panca, beliau adalah dokter Umum yang juga diperbantukan di IGD. Lalu ada dokter Reynand. Dia adalah R3 internis dan menjadi salah satu andalan kami di IGD. Kemudian ada dokter Emir, dia baru bergabung di sini, dia R2 bedah. Lalu ada dokter Irsyad, beliau dokter bedah trauma. Untuk tim perawat, ada Farah. Dia Ibu kita semua di sini, termasuk ujung tombak IGD. Lalu ada Nayraya, hati-hati jangan tertipu olehnya. Wajahnya memang cantik, tapi galak seperti herder.”

Dengan kesal Nayraya memukul lengan Gusti. Dokter residen itu hanya tertawa saja melihat kekesalan di wajah perawat cantik itu.

“Lalu ada Akbar, si playboy cap badak.”

“Hei,” protes Akbar yang hanya dibalas tawa saja oleh Gusti.

“Lalu si kalem Harun, Monika ngga pake Agnes, dan Aida alias bubuk cabe.”

Perawat bernama Aida itu hanya memajukan bibirnya saja. Gusti memanggilnya dengan sebutan bubuk cabai, karena namanya. Setelah perkenalan singkat, Gusti mengakhiri briefing. Semua siap untuk bertugas pagi hari ini.

“Aku mau melihat ruang ICU dulu,” bisik Irsyad pada Emir. Tanpa menunggu jawaban Emir, pria itu segera menuju lantai empat.

***

Seorang pria memasuki IGD sambil memapah pria lainnya yang lebih muda darinya. Akbar langsung mendekat sambil membawa brankar. Pelan-pelan perawat pria itu membaringkan pasien di atas brankar. Gusti bergegas mendekat.

“Apa yang terjadi?” tanya Gusti pada pria yang mengantar.

“Aku tidak tahu. Saat aku menemukannya, dia sedang terbaring di kasur. Dia mengeluh pusing dan sesak nafas. Tadi dia sempat pingsan sebentar. Aku langsung membawanya ke sini.”

Gusti segera membawa pasien menuju ruangan nomor satu. Sang pengantar mengikuti sampai ke dalam ruangan. Menggunakan stetoskop, dokter residen itu memeriksa keadaan sang pasien.

“Siapa nama mu?”

“Remi.”

“Apa yang kamu rasakan sekarang Remi?”

“Dada ku sakit, nafas ku sesak dan pusing.”

“Panggil dokter Reynand.”

Ella yang sedari tadi mengikuti Gusti segera berlari menuju nurse station. Dengan cepat Nayraya mengirimkan pesan pada Reynand.

Dibantu seorang perawat, Gusti memberikan bantuan oksigen pada Remi, agar pria itu bisa bernafas dengan lancar.

“Bagaimana?”

“Saturasi oksigen di bawah 95% dan terus menurun.”

“Naikan.”

“Ini sudah paling tinggi, dok.”

“Ada apa?”

Begitu mendapat pesan dari Nayraya, Reynand yang sedang melihat pasien rawat inap bergegas menuju IGD.

“Dia mengeluh nyeri di bagian dada, kesulitan bernafas dan pusing.”

“Siapa namanya?”

“Remi.”

“Remi, bagian mana yang sakit?”

Remi menunjuk bagian dadanya yang terasa nyeri. Pria itu mengerang ketika Reynand menekan pelan bagian yang ditunjuknya.

“Apa kamu pernah mengalami benturan sebelumnya?”

“Ya, dua hari yang lalu. Saat sedang naik motor, aku mengalami kecelakaan. Ada yang menabrak motor dari belakang dan dada ku membentur stang motor.”

“Apa kamu pernah memeriksakan diri?”

“Tidak, karena aku merasa baik-baik saja.”

“Apa yang terjadi?”

Emir yang baru selesai memeriksa pasien segera masuk ke ruang nomor satu. Reynand dan Gusti nampak sedang berunding tentang keadaan pasien.

“Pasien mengeluh sakit di bagian dada, kesulitan bernafas dan pusing. Dua hari lalu dia mengalami kecelakaan, dadanya membentur stang motor.”

Emir mendekati Remi kemudian memeriksa keadaan pria berusia sekitar 23 tahun itu. Dia juga memeriksa oksigen yang diberikan.

“Oksigen yang masuk tidak bisa terserap ke dalam paru. Cedera yang dideritanya membuat gas masuk ke dalam sirkulasi udara.”

“Apa kita perlu melakukan krikotiroidektomi?”

“Tidak,” jawab Emil dan Reynand bersamaan.

“Dia harus segera dibawa ke ruang hiperbarik,” ujar Emil.

“Tapi di sini tidak ada ruang hiperbarik.”

***

Nah loh, gimana tuh?

Ini aku kasih penampakan Irsyad versi ku. Sekali lagi, karena aku lebih suka visual bule, jadi mohon maaf buat MC aku pakai yang sesuai selera ku🙏🏻

1
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Emang bisa 🤪
Paula Abdul
weww..... semoga op nya lancar ga ada kesalahan, kekeliruan, kecerobohan dari dokter Handaru, dah cukup pasien yg meninggal karenanya biar julukan hodadnya ga melekat abadi
Paula Abdul
wkwkwkwkwk....
yg ada pasien bedah kecantikan malah jadi pasien bedah jantung n jadi pasien kejiwaan gegara liat pasien lain yg masuk IGD dengan kondisinya beneran gawat n darurat juga bikin yg liat stress 😂😂
tehNci
Hampir nahan nafas saat menghadapi ketegangan di ruang IGD. Untung akutuh bukan tenang medis,.jadi kekacauan dan ketegangan seperti tadi tidak akan kualami.. Alhamdulillah 😅
Miroh Jasseem
😍😍😍😍😍😍
Nabila hasir
tegang padahal cuman baca. tapi situasi di igd ikut terbayangkan betapa riweh dan rame ruangan igd.
Nabila hasir
wes lihat dengan matamu sentanu🤣🤣
Nabila hasir
waduh handaru kok lagi masuk ruang operasi. ntar ada yg di salahkan lagi lho ya
dewi rofiqoh
Handaru mau ikut mengoperasi pasien lagi? Semoga tidak ter apa-apa 🤲🤲
choowie
hahahah...makanya mikir sebelum mengambil keputusan
choowie
nah gini baru benar
Nabila hasir
handaru ma sentanu kamu berhadapan ma turunan keluarga hikmat dan Ramadan
Safitri Agus
hodad turun tangan juga akhirnya semoga saja lancar operasinya,
Safitri Agus
haduh lemes aku gak kuat lihat darah 😵‍💫
Safitri Agus
Innalillahi
Safitri Agus
tau gini gak usah kerja sama dgn Sentanu🤦
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
si sentanu baru sadar setelah melihat keadaan IGD sebenarnya klo kedatangan pasien banyak ya,nah Handaru kembali ke meja operasi lgi apa akan ada yg menghentikan nya atau ada insiden lain ya
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
awas gagal lagi/Frown//Frown/
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
haben nagen ge yakin lah bakal kalah kamu mah ...gk kuat lawan Irsyad 😏
Teti Usmayanti
waduh Handaru masuk ruangan operasi lg, jgn2 nanti pasien mati lg secara Khan km suka malpraktek.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!