Transmigrasi: Menjadi Istri Tentara Di Tahun 80-an

Di rumah Militer Putri Ayu saat ini sedang menyiapkan makanan untuk makan siang suaminya. Rencananya nanti siang dia akan pergi ke barak Militer untuk mengantarkan bekal. Dan saat ini di sedang bergelut di dapur untuk menyiapkan masakan yang sangat enak untuk Jendral Rakha.

"Aku akan mengantarkan bekal makan siang untuk Rakha, semoga saja ini menjadi awal baik untukku supaya bisa lebih dekat dan memulai kembali hubungan kita dari awal," kata Putri Ayu pada dirinya sendiri.

Bukan tanpa alasan dia berbicara seperti itu, sudah tiga tahun pernikahan mereka berdua banyak waktu yang mereka lewatkan hanya dengan permasalahan yang di buat oleh Putri Ayu yang asli, dan saat ini Olivia ingin memperbaiki hubungannya dengan Jendral Rakha.

Setelah selesai membuat menu makan siang untuk Jendral Rakha, Putri Ayu langsung saja mandi dan bersiap-siap untuk pergi menuju barak Militer.

"Semoga saja Rakha menyukainya," ucap Putri Ayu saat keluar dari rumahnya.

Baru saja Putri Ayu keluar dari kediamannya beberapa langkah, sudah banyak para istri Tentara yang menatapnya dengan tatapan heran, bingung dan juga aneh menatap Putri Ayu.

"Eh kamu siapa? kenapa keluar dari rumah Jendral Rakha? " tanya salah satu istri Tentara itu yang tak lain adalah tetangganya sendiri.

Putri Ayu menghentikan langkahnya menatap ke arah wanita paruh baya itu sembari tersenyum tipis." Saya Putri Ayu," jawabnya dengan tenang.

Putri Ayu tahu kalau mereka semua pasti tidak akan percaya kalau dia adalah Putri Ayu, tapi dia tidak peduli, dengan perlahan-lahan nanti mereka akan percaya kalau dia adalah Putri Ayu. Sekarang misi pertamanya yaitu meminta maaf kepada seluruh warga, karena perbuatannya di masa lalu.

"Jangan bohong kamu, saya tahu Putri Ayu itu wanita gendut yang buruk rupa tidak seperti kamu yang cantik jelita," jawab wanita paruh baya itu yang bernama Anggun.

"Saya memang benar Putri Ayu, Bu Anggun kalau tidak percaya ibu bisa bertanya kepada Jendral Rakha. Lagian wajar kalau ibu tidak percaya bahwa saya Putri Ayu, karena sebelumnya tubuh saya memang sangat gendut dan gempal seperti Babi," jawab Putri Ayu dengan tenang tanpa terpancing emosi.

Bu Anggun terdiam menatap Putri Ayu dengan tatapan tak percaya dan penuh selidik." Jadi kamu memang benar Putri Ayu?" tanyanya dengan ragu.

"Iya saya memang Putri Ayu bu, " jawab Ayu sembari menganggukan kepala.

Bu Anggun tidak bertanya kembali dia hanya menganggukan kepala untuk membalas ucapan Putri Ayu. Matanya menatap Putri Ayu dari atas sampai bawah hingga matanya tidak sengaja melihat Putri Ayu membawa kantong yang berukuran sedang.

"Kamu mau kemana Ayu?" tanya Bu Anggun kepada Putri Ayu.

"Oh saya mau pergi ke barak Militer bu, untuk memberikan bekal makan siang Jendral Rakha," jawab Putri Ayu.

"Kalau begitu saya duluan ya bu, permisi," lanjutnya kepada bu Anggun. Melangkahkan kaki berjalan pergi menuju barak Militer.

Hampir 30 menit Putri Ayu berjalan sampai menuju barak Militer itu. Sesampainya di luar gerbang Militer Putri Ayu di hadang oleh seorang Perwira yang menjaga gerbang masuk kedalam.

"Maaf Nona ada yang bisa saya bantu?" tanya Pria itu kepada Putri Ayu.

"Saya ingin bertemu dengan Jendral Rakha," jawab Putri Ayu to the point.

Perwira yang menjaga gerbang itu menatap lekat ke arah Putri Ayu. Dia mencurigai Putri Ayu seperti para musuh di perbatasan yang menyamar untuk menyusup. Lagian banyak kemungkinan wanita yang di hadapannya saat ini adalah penyusup, mereka tidak akan pernah mengira kalau dia adalah Putri Ayu. mereka hanya tahu kalau Putri Ayu adalah wanita jelek yang berkulit Hitam dengan berat badan 150 kg.

"Sebentar," ucapnya dengan ragu.

Perwira itu berbicara dengan temannya, menceritakan tentang Ayu yang ingin bertemu dengan Jendral Rakha. Mereka menatap Putri Ayu dari kejauhan dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Merek berdua kenapa? apakah mereka tidak percaya kalau aku adalah istrinya Jendral rakha," pikir Putri Ayu. Dia masih tetap sabar menunggu keputusan dari Perwira tersebut.Namun, sampai setengah jam kemudian dia menunggu Perwira itu kembali tapi perwira itu tidak kunjung jua.

"Eh kamu jangan tertipu oleh wajah cantiknya, lagian ngapain coba dia datang untuk bertemu dengan Jendral Rakha? padahal semua orang tahu kalau jendral Rakha itu sudah menikah dengan si gendut itu," ucap Perwira lainnya yang berjaga di sana.

"Tapi Jendral Rakha menikahinya karena terpaksa, " timpal yang lainnya.

"Eh, tapi tadi aku sempat mendengar kalau Kak Novi akan segera pulang dari dinasnya, sekarang dia di tugaskan dari kota untuk menjadi dokter sementara di wilayah perbatasan ini."

"Yang benar kamu, Andai saja Jendral Rakha belum menikah dulu, mungkin dia saat ini sudah bersatu dengan kakak Novi,"

Putri Ayu yang tidak sengaja mendengar pembicaraan mereka berdua pun mematung di tempat. Raut wajah yang tadinya ceria berubah menjadi masam dan tidak enak di pandang.

"Rakha, apakah sudah tidak ada lagi kesempatan untukku memperbaiki semuanya?" tanya Putri Ayu dalam hati.

Putri Ayu dengan sigap langsung saja berjalan ke arah Pos gerbang disana. dia memberikan tas besar yang dia bawa, lalu menyuruh Perwira itu untuk memberikannya kepada Rakha.

"Eh Pak Maaf, dari tadi saya sudah menunggu di sini, tapi kalian tidak juga membuka kan pintu untukku," kata Putri Ayu sembari mengerucutkan bibirnya.

"Kalau kalian tidak mengizinkanku masuk, tidak apa-apa, saya titip tas ini, dan tolong berikan kepada Jendral Rakha," lanjut Putri Ayu kepada mereka sembari memberikan kantong yang berukuran sedang itu.

"Maaf Nona kami tidak bermaksud–"

"Saya mengerti kalian mencurigai saya, tapi itu memang bagus tingkatkan insting dan kewaspadaan kalian berdua,"

Putri Ayu memotong ucapan perwira itu yang belum selesai. Dia sudah terlanjur kesal apalagi saat mendengar nama wanita lain yang sepertinya punya hubungan dengan Jendral Rakha.Entah kenapa dadanya terasa sesak, nafasnya mulai memburu naik turun tidak beraturan,mungkin ini perasaan Putri Ayu yang asli.

"Ayu jangan seperti ini, ini rasanya sangat menyakitkan," ucap Putri Ayu pada dirinya sendiri di dalam hati.

Setelah mengatakan itu Putri Ayu langsung saja pergi meninggalkan barak Militer tanpa menoleh lagi ke belakang. Suasana hati Putri Ayu sedang tidak baik-baik saja saat ini. Dia sangat sedih saat mendengar percakapan para perwira tadi, yang menghinanya dan membanding-bandingkan dengan orang lain.

"Ayu maafkan aku, Aku tidak bisa mempertahankan suamimu," ucapnya dengan lirih.

Di jalan yang sepi Putri Ayu menangis dalam diam, hanya air mata yang terus saja terjatuh tanpa henti membasahi pipinya.Ingin rasanya dia berteriak dengan kencang mencurahkan rasa gundah gulana dalam hatinya.Tapi, apakah dia pantas melakukan seperti itu? terlebih selama ini dia tahu bagaimana sikap Asli Putri Ayu.