SIMPANAN KAPTEN

Setelah membolak-balik makanannya dan hanya menyuapkan beberapa sendok ke mulutnya, Ia jadi teringat akan sesuatu.

"Umm...," azura kembali terdiam sebab Ia belum mengetahui nama wanita ini.

"Dina... Namaku fira Dok!" ujar Wanita itu, yang mengetahui apa yang hendak ditanyakan oleh azura.

Azura tertawa kecil, wanita disebelahnya ini sangat menggemaskan. Tubuhnya yang gempal, dan porsi makan yang besar. Benar-benar penikmat makanan.

"Oww, fira saya mau tanya!"

"Tanya ajah Dok! Mang dijidat saya ini, ada tertulis, dilarang bertanya?" gurau fira sembari menunjuk Jidatnya.

Azura kembali tertawa kecil, Ia benar-benar terhibur dengan kehadiran fira disana.

"Umm, Dokter aulia sudah berapa lama disini?"

Wajahnya sekejap berubah, dari senyuman manis, berubah mencebik dan terkesan tidak terlalu menyukai topik yang sedang azura tanyakan itu.

Dia membuang nafas kasar, dan menjawab pertanyaan dokter cantik itu.

"Dokter aulia, sudah beberapa kali mengikuti satgas disini. Hampir dua tahun belakangan ini, Ia aktif disini. Dan sepertinya betah, karena itu... Ada yang membuatnya betah berada disini!"

Mode Nge gibah fira pun On. Membuat azura semakin fokus dan melupakan makanannya yang sejak tadi, meronta-ronta, ingin segera dihabiskan.

"Oh yah?"

"Hmm. Aku ngomong ini, tapi Dokter bisa gak, jaga rahasia?" azura segera mengangguk.

"Jadi, Dokter aulia itu, lagi naksir seseorang disini, dan udah jadi rahasia dikalangan kami, para penggosip." Ujar fira setengah berbisik.

"Memangnya Dia naksir sama siapa?"

"Itu loh, Kapten tampan kita, duhh... Rasanya, eke pengen ngegigit kalau lihat senyumannya itu lohh... Manis banget! Gula 20 kilo mah lewat."

Azura semakin penasaran dibuatnya.

"Kapten siapa?"

"Ya siapa lagi, Kapten yang tampan disini, kalau bukan si Tuan muda, dari Keluarga adiaksa putro itu."

Deghh...

Azura sangat terkejut. "Ma-maksudmu, Kapten regan?"

"Iya dong, siapa lagi! Doi dah kek pangeran tau gak, disini. Definisi Mafia tampan, dingin dan kejam, namun digilai banyak wanita. Nah, seperti itulah dirinya!"

Azura menelan salivanya kasar.

"Busett... Setenar itu kamu Mas gan," batin azura.

"Dan dokter Aulia itu, udah lama banget ngejar Kapten regan, tapi gak pernah dilirik sama doi. Yah mau gimana lagi, istrinya ajah Tuan putri dari keluarga Tanoesoedibjo, yang kecantikannya setara Miss universe, gimana mau berpaling coba." Azura membelalakkan matanya, tak percaya dengan apa yang Ia dengar ini.

"Gila, saingan gue pada killer-killer semua. Apa kabar gue, yang cuma gadis kampung, yang baru lulus kuliah dan sedang menjalankan koas, dan baru sebulan disini. Astaga Tuhan... Betapa kecilnya diriku ini!" batin azura.

semakin tidak nyaman dengan posisinya yang adalah seorang istri siri dari pria yang sedang di agung-agungkan oleh wanita di sebelahnya ini.

"Ohh, gitu yah!"

"Tadi ajah nih, dokter aulia ngotot banget, pengen anterin Kapten. Padahal, Kapten sendiri memerintahkan dia untuk tinggal, karena dia kepala tim medis disini, segalanya yang dilakukan, harus melalui persetujuannya. Tapi... Dia malah langsung menghubungi ke pusat, agar Ia diberi ijin untuk menemani sang Kapten. Dan karena Dokter riko, katanya lagi otw kesini, dari pusat ngijinin, malah diperintahkan lagi, harus menemani seluruh rangkaian pengobatan dan pastikan Kapten regan baik-baik saja."

"Mungkin, kalau ke Jayapura, masih ada halangan, rencananya Kapten akan dikirim balik ke Jakarta, dan selanjutnya mendapatkan perawatan yang lebih maksimal."

Rentetan informasi yang disampaikan oleh fira ini, nyatanya sama sekali tidak diketahui oleh azura.

Dan untuk pertama kalinya, azura merasa nyaman, memiliki teman disana, setelah hampir sebulan, Ia benar-benar hanya sendiri. Tak ada orang Yang benar-benar, berteman akrab dengan dirinya, untuk berbagi cerita seperti ini.

"Ehh, dari tadi aku terus yang ngomong. Sekarang aku yang mau nanya, Dokter azura, sebenarnya asal mana sih? Kok wajahnya itu loh, kebule- bulean. Cantik," ujar fira sembari tersenyum lebar.

"Mamaku, asli Manado campuran Jawa Timur Sedangkan Papaku, orang jerman. Dan inilah aku, dengan tampilan seperti ini." ujar azura sembari tertawa kecil, melihat wajah fira yang terkesan sangat terkejut, mengetahui kebenaran itu.

"Jawa timur yahh, memang asal mana? Aku juga Jawa Timur ini."

"Suroboyo, Rek!" ujar azura sembari terkekeh.

"Lah, aku malang e," ujar fira. Ia pun ikut terkekeh geli, mengetahui kesamaan daerah asal mereka. Meskipun tidak benar-benar sama. Namun, jika kau sudah berada jauh dari tempat asalmu, akan seperti ini jadinya.

Waktu sudah semakin larut, saat azura berjalan ke tendanya untuk beristirahat. Pikiran cemas, terus menghantuinya. Memikirkan kondisi regan yang sedang sekarat, dan terlebih lagi, sedang marah karena miss komunikasi tadi, membuat hatinya sangatlah sedih.

"Memang siapa sih, yang disuruh untuk manggilin aku? Trus kenapa juga, gak disampein coba. Jahat banget sih, ahhh!" Rasanya azura ingin berteriak sekencang mungkin, untuk melepaskan rasa frustasinya ini.

Namun, malam yang begitu sunyi, membuat Suara detik jam di jam tangannya pun, terdengar sangat jelas.

Sekarang Ia hanya bisa menunggu kabar, entah kabar dari siapa, ia tak tahu. Yang pasti Ia hanya akan menunggu.

Sehari, dua hari, hingga seminggu, Ia belum juga mendapatkan kabar dari regan. Berita terakhir yang Ia dapat dari fira. Ya, azura sekarang bersahabat

dengan fira.

fira mengatakan padanya, kalau regan kini sudah berada di Jakarta dan sedang menjalani pengobatan yang dibiayai langsung oleh keluarganya.

Setelah dua Minggu tanpa kabar, Azura mulai menyibukkan dirinya dan tidak ingin terus memikirkan regan, Ia tahu, kini regan sedang bersama istrinya dan Ia tidak berhak sama sekali untuk memikirkan, apalagi mengharapkan pria itu mengingatnya.

Sertu Bima yang telah kembali, sejak seminggu yang lalu pun, terkesan mengabaikan azura, sehingga azura merasa, tidak perlu lagi menunggu kabar regan, yang mungkin saat ini, sedang bersenang-senang dengan istri cantiknya.

Ibunya azura juga sudah semakin membaik. Jadi, azura kini hanya fokus melakukan pekerjaannya.