Apa jadinya, ketika hubungan rumah tangga jauh dari rasa saling memperhatikan?
Apakah Laras akan mampu terus menahan jeritan-jeritan batin-nya yang selama ini ia pendam?
Simak keseruan konflik etika yang terjadi dirumah tangga Laras! Jangan lupa dukung karya baru ini, ya. See you~
Update: setiap hari
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imen Firewood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Undangan Kopi
Keesokan harinya. Tepatnya pada pagi hari ketika Laras dan Dina sedang makan sarapan berdua sebelum beraktivitas. Tanpa kehadiran seorang suami yang dari semalam Laras harapkan.
Beberapa saat kemudian, ketika mereka berdua tengah asik menikmati sarapan yang telah Laras masak, tiba-tiba suara mobil dari luar rumah terdengar. Mas Andi baru saja pulang dan masuk kedalam rumahnya.
Dengan raut wajah yang sangat lelah seperti biasa, Mas Andi berjalan masuk dengan membawa koper hitam di tangan kanannya. Laras yang sedang bersama Dina, menyempatkan waktunya untuk menyambut Mas Andi pulang sebagai istri.
"Aku pulang .." -Andi
Laras yang menghampirinya, langsung mengambil koper bawaan sang suami agar ia lebih mudah ketika berjalan. Entah hantu mana yang merasukinya, hari ini Andi menatap Laras. Mengucapkan terimakasih sekaligus maaf karena tidak bisa mengabarinya tadi malam.
"Terimakasih .."
"Dan maaf, yaa. Aku tidak sempat mengabari karena aku lupa membawa charger. Hari ini mungkin aku akan cuti, dan kamu tidak perlu menjemput Dina."
"Biar aku saja yang melakukannya." -Andi
Laras seperti mendengar dongeng yang menjadi kenyataan. Setelah beberapa lamanya ia menunggu ucapan-ucapan seperti ini dari suaminya. Kini Laras malah menjadi gugup ketika berada di hadapannya.
"Ba-baiklah .. Aku mengerti." -Laras
Andi kemudian meninggalkan Laras. Mengucapkan say to hi~ kepada Dina dan menciumnya sebelum ia kembali berjalan untuk membersihkan diri dan beristirahat. Seketika itu juga, Laras yang melihat pemandangan seperti ini tersenyum manis memperhatikan.
Kemudian, Laras menuntun Dina untuk segera berangkat ke sekolahnya. Sebelum Laras berangkat, sesuatu sempat terpikirkan olehnya.
"Apa nanti malam aku mulai ajak Mas Andi berinteraksi, yaa?"
Pikiran-pikiran seperti itu tiba-tiba tertanam di kepala Laras. Setidaknya, ia ingin segera memperbaiki hubungan rumah tangganya yang terasa hampa dan kosong dengan Mas Andi.
Laras meyakinkan dirinya sekali lagi untuk mencoba mengajak Mas Andi berbicara nanti malam. Sebuah senyum tiba-tiba merekah di wajah cantik Laras. Wanita yang masih sangat manis dan cantik.
Beberapa waktu kemudian, kini Laras tengah berada di gerbang sekolah untuk mengantar Dina belajar dengan baik. Terlihat, Laras sedang memeluk Dina dan memberikan sebuah kecupan kasih sayang sebelum benar-benar pergi melepasnya.
"Semangat, yaa .. Belajarnya! Ibu yakin kamu pasti hebat." -Laras
"Iyaa, Bu .. Semangat juga buat Ibu ketika bekerja .." -Dina
Pelukan terakhir Laras, lepas. Ketika dirinya harus segera berangkat ke kantor dan melihat Dina berjalan bersama salah satu seorang Guru yang biasa menjemput Dina. Tidak lupa, sebuah lambaian tangan mengiringi kepergian Dina sebelum benar-benar masuk kedalam kelas sambil mereka tersenyum.
Di dalam perusahaan Aoin. Terlihat beberapa orang-orang sedang berlalu lalang saat ini. Memakai setelan jas rapih dan dasi yang menghiasi setiap langkah-langkah mereka.
Dan dari kejauhan juga, terlihat Laras sedang sibuk dengan beberapa pekerjaannya. Pekerjaan-pekerjaan yang Laras tengah selesaikan berbeda sedikit dari sebelumnya.
Selain merangkum beberapa bahan yang diperlukan dalam acara event mendatang, Laras harus bolak-balik ke ruangan kantor Bos perusahaan Aoin ini untuk sekedar meminta tanda tangan beliau.
Walaupun Laras yang sedang sibuk dengan beberapa tumpukan pekerjaannya di kantor, Laras sering beberapa kali melihat cincin pernikahannya yang sedang ia pakai.
Laras merasa, mulai ada progres baik tentang hubungan di antara mereka. Laras benar-benar sangat tidak sabar menantikan malam moment hari ini. Lantaran, ucapan sederhana yang keluar tiba-tiba dari mulut Mas Andi pagi hari.
Laras tersenyum. Melihat bahkan memutar cincin nya seraya memikirkan Mas Andi. Dan dari senyuman Laras itu perlahan sirna. Berkat suara notifikasi pesan yang baru saja masuk ke ponselnya.
Pesan yang membuat Laras sedikit merasa kaget. Ketika dirinya, tengah asik merasakan perasaan nyaman kembali ketika sedang memikirkan Mas Andi. Pesan yang baru saja Laras lihat itu dari Riko.
"Riko?"
Lagi-lagi, Laras harus di hadapkan dengan pilihan yang membuat hatinya sedikit goyah. Pesan yang Riko kirim baru saja adalah pesan ajakan minum kopi sesudah jam kantor selesai. Entah kenapa, tiba-tiba saja Riko mengirimkan pesan ini. Laras juga sebenarnya merasa bingung.
"Bisakah kita minum kopi bersama sesudah pulang kerja nanti?" -Riko
Laras tidak langsung membalas pesan itu. Hatinya merasa dilema dengan apa yang baru saja ia rasakan. Laras ingin menolaknya, namun di hatinya, ada sedikit perasaan ingin menerima ajakan Riko. Laras lama menatap pesan yang belum kunjung juga ia balas.
Hingga, akhirnya. Laras memutuskan untuk menolak ajakan Riko. Memantapkan hatinya untuk tidak tergoda dari laki-laki yang baru saja ia kenal. Walau jauh dihati kecil Laras sebenarnya ingin.
Laras tiba-tiba menjadi bingung sendiri. Berpikir lama untuk bagaimana caranya menolak ajakan Riko tanpa melukai perasaannya. Karena Laras juga tidak ingin merasakan orang yang telah berlaku baik kepadanya menjadi sedih.
Setelah Laras menemukan jawaban yang menurutnya pas, Laras baru memutuskan untuk membalas pesan Riko. Pesan yang datang secara tiba-tiba dan harus membuat Laras berpikir.
"Maaf, yaa .. Bukan aku tidak ingin, tapi aku sudah mempunyai urusan lain hari ini." -Laras
Setelah mendapat balasan seperti ini saja, sudah berhasil membuat Riko tersenyum. Ia menganggap mungkin di lain waktu Laras mau menemaninya untuk sekedar meminum kopi pada jam pulang kantor.
"Oke .. Baiklah. Maaf, yaa jika aku mengganggu .." -Riko
"Ah, tidak. Tidak apa-apa .. Aku yang seharusnya minta maaf." -Laras
Lagi-lagi, balasan Laras kembali berhasil membuat Riko tersenyum ketika menatap layar ponselnya sendiri. Laras benar-benar telah menjadi wanita yang bisa membuat Riko bahagia. Kemudian, pesan chatan mereka berhenti. Dan Laras, pasti selalu ingat. Tidak lupa menghapus chat dari Riko ketika telah selesai. Takut menimbulkan masalah yang tidak di inginkan di dalam rumah tangganya.
Beberapa waktu telah berlalu. Kini sudah waktunya para karyawan yang bekerja di perusahaan besar Aoin untuk pulang. Begitu pun dengan Laras. Ia sangat tidak sabar untuk mengajak Mas Andi kembali berinteraksi dengannya. Ia merasa semangat cinta yang telah lama pudar, hadir kembali di tengah-tengah kesibukannya usai bekerja.
Laras dengan mobil pribadinya yang berwarna hitam baru saja meninggalkan gedung Aoin. Laras ingat perkataan Mas Andi. Bahwa hari ini, ia tidak perlu menjemput Dina. Karena Mas Andi sendiri yang akan melakukan itu. Laras jadi bisa langsung menuju pulang kerumahnya. Laras mulai kembali fokus menyetir dengan perasaannya yang bahagia.
Di tengah-tengah rasa bahagia yang sedang Laras rasakan kini, tiba-tiba saja ban mobil Laras kempes. Sewaktu ia berada di jalan yang tidak jauh dari pabriknya. Laras harus menepikan mobilnya dan mengecek apa yang sedang terjadi dengan mobil kendaraannya. Terlihat, sebuah hembusan kecil keluar dari mulut Laras ketika melihat ban mobilnya sendiri. Laras tiba-tiba merasa pusing seraya memegangi rambutnya.
"Astaga .. Kenapa hal-hal seperti ini selalu saja terjadi di hidupku, tuhan .." -Laras
Laras langsung mengambil ponsel miliknya. Mencoba menghubungi Maya dan Mas Andi. Namun apa yang Laras lakukan sia-sia. Tidak ada respon dari kedua orang itu ketika Laras benar-benar membutuhkannya. Hanya ada kalimat "Memanggil" yang tertera di layar ponsel Laras. Ia benar-benar sudah merasa bingung. Tidak tahu lagi harus meminta tolong kepada siapa. Sedangkan, orang-orang yang melintasi jalan itu bisa di bilang sangat sedikit. Karena, orang-orang yang bekerja juga sudah seharusnya tiba dirumahnya masing-masing pada jam saat ini.
Gerutu Laras, menemani pandangannya yang menyapu jalanan disekitar yang terlihat sepi. Hanya ada beberapa motor roda dua yang melintas karena waktu sudah semakin sore. Laras terjebak di sebuah desa sebelum dirinya masuk kedalam tol. Dan sangat kebetulan. Ketika Laras berdiri di tepi jalan seraya melihat mobilnya, tiba-tiba Riko yang juga melintasi jalan itu melihat Laras.
Dengan cepat Riko menepi. Menghampiri Laras yang terlihat gelisah karena tidak mempunyai nomer siapa-siapa untuk di hubungi kecuali Maya dan Mas Andi. Riko kelua dari mobilnya. Berlari kecil ke arah Laras. Dan ia bertanya.
"Laras? .. Apa yang terjadi?" -Riko
"Hmm .. Ini, ban mobilku tiba-tiba bocor. Dan sekarang, aku terjebak disini. Aku tidak bisa menghubungi teman ku karena mungkin sedang sibuk." -Laras
"Oke, tunggu sebentar .." -Riko
Kemudian, Riko menelepon salah satu orang bengkel langganannya. Untuk memeriksa, kondisi dan masalah yang ada pada mobil kendaraan Laras. Ketika Riko menelpon, orang-orang bengkel yang menjadi langganan Riko sedang menuju kelokasi mereka saat ini.
"Halo .. Tolong kamu segera datang kelokasi yang akan saya kirimkan yaa .."
"Baik, terimakasih .." -Riko
Ketika Riko sedang menelpon. Raut wajah Laras seperti memikirkan sesuatu. Laras langsung terpikirkan tentang ucapan Maya yang menilai Riko bukan orang baik. Laras tersenyum ketika lama menatap Riko yang masih bermain dengan ponsel miliknya.
"Apa yang Maya maksud, bukan Riko ini yaa?"
Lamunan Laras kembali pecah. Ketika, Riko mengucapkan kalimat yang menenangkan baginya. Dan Laras, sekarang malah menjadi tidak enak karena terus di bantu olehnya. Bahkan Laras, menolak ajakan Riko untuk meminum kopi bersama.
"Apa dia memang hanya ingin mengajak aku minum kopi yaa? Mungkin aku yang terlalu bersikap berlebihan karena mendengarkan omongan Maya."
Lagi-lagi, suara batin Laras terdengar ketika masih memperhatikan Riko yang selalu bersikap baik. Tidak lama setelah itu orang-orang bengkel langganan Riko tiba. Membawa ban cadangan untuk mobil Laras. Setelah beberapa menit berlalu, masalah mobil Laras selesai. Dan hari ini, Laras benar-benar tertolong berkat bantuan yang diberikan Riko. Laras mulai mengucapkan rasa terimakasihnya.
"Hmm .. Terimakasih yaa, sudah selalu menolongku. Aku benar-benar tidak tahu jika tidak ada kamu hari ini akan bagaimana .." -Laras
"Ah, tidak usah di pikirkan .." -Riko
"Aku senang ketika bisa membantumu. Baiklah .. kalau begitu, aku pamit pergi dulu yaa .." -Riko
Ketika Riko hendak pergi. Suara Laras menghentikan langkah Riko yang sudah berbalik badan. Laras ingin menerima ajakan minum kopi Riko sebagai ungkapan terimakasih karena sudah selalu di tolong.
"Hmm .. Tunggu !!" -Laras
"Hm?"
"Soal kopi itu .. Apakah masih berlaku?" -Laras
Walau terlihat malu-malu akhirnya Laras memutuskan untuk menerima ajakan minum kopi bersama Riko. Laras merasa benar-benar harus membalas perbuatan baik Riko hari ini juga. Karena ia selalu saja di tolong olehnya. Laras tidak mau mempunyai hutang budi. Apapun itu ia ingin segera membalasnya.
Riko menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Laras. Ketika melihat Laras yang tersipu malu. Membuat Riko semakin ingin lebih lama memandang wajah cantiknya. Riko pun tersenyum. Merespon ucapan yang baru saja keluar dari mulut wanita cantik ini.
Akhirnya, kini mereka berdua pergi ke sebuah restoran mewah yang tidak jauh dari wilayah pusat kota. Disana, mereka menaiki kendaraan masing-masing. Selama di dalam perjalannya, Laras selalu saja memikirkan tentang apakah perbuatan yang kini ia lakukan benar. Sebagai seorang istri Andi, atau sebagai rekan kerja Riko. Pertanyaan-pertanyaan aneh mulai masuk kedalam pikiran Laras ketika menyetir mobilnya.
Plak!
Plak!
Plak!
Suara Laras yang menampar kedua pipinya untuk membuatnya tetap sadar. Tidak ingin terlalu menunjukan bahwa sebenarnya ia juga ingin minum kopi bersama Riko di saat jam santai pulang kerja seperti ini.
"Tenang Laras .. Tenang! Ini hanya minum kopi. Jangan berpikir yang tidak-tidak." -Laras
Beberapa waktu telah berlalu. Dan kini, mereka berdua 'pun tiba di sebuah salah satu restoran yang bisa dikatan mewah. Dengan lampu gantung besar yang berada di ruang tengah loby. Bangku-bangku panjang yang menghiasi beberapa meja bundar. Serta aroma parfum yang biasa di pakai oleh orang-orang kaya yang mempunyai privilage. Laras sempat sedikit kagum karena baru pertama kali masuk ketempat seperti ini.
"Wah .. Ini benar-benar keren. Apa aku akan makan di tempat mewah seperti ini?"
Laras begitu merasa kagum. Terlihat dari beberapa kali pandangan Laras menyapu sekelilingnya yang dimana tersusun meja-meja bundar elegan dan beberapa orang yang sedang ramai menikmati hidangannya berupa daging panggang. Riko terus tersenyum. Mata ia tiada hentinya memperhatikan Laras yang sedang mendongak ke atas. Selagi mereka menunggu pelayanan datang, Riko bertanya kepada Laras.
"Apa kamu baru datang ke tempat seperti ini?" -Riko
Laras yang tidak mau terlalu kaku. Bersikap layaknya orang yang sudah terbiasa dengan tempat ini. Di lain hal, Laras merasa sangat canggung karena baru masuk dan merasakan duduk di tempat-tempat mewah seperti ini.
"Ah, tidak .."
"Aku hanya penasaran saja. Kenapa disini begitu ramai pengunjung. Apa kamu sudah sering datang ketempat seperti ini?" -Laras
"Tidak sering .. Hanya bersama dengan orang yang kuanggap sepesial." -Riko
Laras tiba-tiba terhenyak. Mendengar ucapan Riko yang mendadak seperti itu. Laras benar-benar tidak tahu mengapa Riko mengatakan itu. Mengapa ia terlihat begitu senang ketika sedang bersama Laras. Apakah sebenarnya Riko tidak tahu, bahwa Laras telah mempunyai suami. Tapi hal itu tidak mungkin, jelas-jelas cincin pernikahan Laras masih terus di pakainnya hingga saat ini. Ketika Laras tersipu malu dan mencoba mengalihkan pandangannya dari Riko, seorang pelayan datang dengan pakaian formal yang terlihat elegan.
"Selamat malam nyonya dan tuan .. Apa ada yang ingin anda pesan?"
Riko mengambil menu yang di bawakan pelayan yang sopan dan penuh rasa hormat itu di sampingnya. Riko memesan steak daging yang masak dengan setengah matang. Juga jus apel yang ia pesan. Begitu 'pun Laras. Ia memesan pesanan yang sama dengan Riko. Kemudian, pelayan itu meninggalkan meja mereka seraya menunduk memberi hormat.
"Terimakasih .. Silahkan menunggu~"
"Waah .. Bahkan, pelayanan disini sangat disiplin dan baik secara profesional." -Laras
Riko langsung bertanya. Mengenai ajakan kopi ini berubah jadi makan malam. Riko juga merasa tidak enak sebenarnya denga Laras karena mungkin Laras belum makan apapun sewaktu pulang kerja dari kantornya.
"Maaf, yaa. Tiba-tiba saja aku mengajakmu kesini untuk makan malam. Bukan minum kopi yang sebelumnya aku bilang .." -Riko
Seakan setuju dengan apapun yang Riko katakan, Laras menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manis dihadapan Riko.
"Tidak apa-apa .. Aku menyukai ini." -Laras
Lagi-lagi, Laras kembali membuat Riko tersenyum. Merasa nyaman dan tenang saat ketika bersama dengan Laras seperti ini. Beberapa menit kemudian, hidangan dan minuman yang mereka berdua pesan tiba. Mereka berdua 'pun makan malam bersama akhirnya. Di saat, Laras yang seharusnya sudah membulatkan tekadnya untuk mencoba berinteraksi dengan Mas Andi tiba-tiba lupa.
Tertahan oleh ajakan Riko yang tidak bisa Laras abaikan begitu saja. Di balik rasa tidak enaknya Laras, ada sedikit keinginan yang sebenarnya Laras ingin ucap namun tidak enak. Di saat, Laras saat ini masih dalam status seorang istri yang sah dari Andi. Sekaligus, Ibu dari seorang anak bernama Dina yang sangat ia sayangi. Lebih dari apapun di dunia ini.
Perhatian-perhatian kecil yang selama ini Riko berikan, berhasil mencuri perhatian dari seorang istri dan ibu dari anak satu ini. Laras benar-benar menikmati waktunya ketika sedang bersama Riko makan malam seperti ini. Seakan, semua yang ada di rumahnya, lenyap dari pikiran Laras untuk sesaat. Ketika mereka mengobrol, atau bahkan ketika Riko melontarkan cerita konyol yang mampu membuat Laras tertawa lepas.
Ketika mereka berdua sedang asik mengobrol. Tiba-tiba tangan Riko mendekat ke arah wajah Laras. Membuat Laras harus terdiam untuk beberapa saat memikirkan apa yang akan seorang pria lakukan ketika berada di hadapannya saat ini. Perlahan tangan itu bergerak semakin mendekat. Membuat Laras merasakan detak jantungnya yang tidak beraturan. Ternyata Riko ingin membersihkan sisa-sisa makanan yang masih menempel di mulut Laras. Hal ini membuat Laras merasa gugup sekaligus malu.
Ketika Riko sudah membersihkannya, wajah Laras langsung mundur seketika untuk dia membersihkan sisanya. Laras benar-benar seperti merasa terhipnotis. Seakan ia memang menunggu untuk Riko melakukan hal itu. Karena merasa tidak enak karena telah menyentuh bibir Laras, Riko meminta maaf.
"Ah, maaf .. Aku tidak bermaksud. Maafkan aku." -Riko
Laras masih sibuk mengambil tisu untuk membersihkan sisa-sisa yang lainnya. Pandangannya terus menunduk malu ketika Riko tanpa putus terus memperhatikan sikap malu Laras yang menurutnya lucu.
"Tidak apa-apa .. Aku mengerti kamu hanya ingin membantu. Jangan terlalu merasa bersalah." -Laras
Disaat dirinya tengah merasakan gugup dan kikuk. Laras masih berusaha untuk tidak menunjukan ketegangan itu. Dan hal ini yang selalu membuat Riko terus memperhatikan wajah Laras tanpa henti seraya tersenyum. Mereka berdua pun kembali tertawa pelan. Dengan Laras yang masih merasakan perasaan gugupnya ketika tangan Riko menyentuh bibirnya.
Bersambung ..