NovelToon NovelToon
Hamil Anak Sang Pewaris

Hamil Anak Sang Pewaris

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: bgreen

Laura Clarke tidak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis. Pertemuannya dengan Kody Cappo, pewaris tunggal kerajaan bisnis CAPPO CORP, membawanya ke dalam dunia yang penuh kemewahan dan intrik. Namun, konsekuensi dari malam yang tak terlupakan itu lebih besar dari yang ia bayangkan: ia mengandung anak sang pewaris. Terjebak di antara cinta dan kewajiban.

"kau pikir, aku akan membiarkanmu begitu saja di saat kau sedang mengandung anakku?"

"[Aku] bisa menjaga diriku dan bayi ini."

"Mari kita menikah?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bgreen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

kehidupan yang tenang

Jauh dari hiruk pikuk kota besar, di sebuah kota kecil yang tenang di pinggiran London, Laura telah menetap selama lebih dari sebulan.

Setelah bertahun-tahun berpindah-pindah dari kota A ke kota B, akhirnya ia menemukan pekerjaan tetap dan tempat tinggal yang nyaman dan aman—sebuah oase yang sangat ia dambakan.

Pagi ini, mentari menyelinap masuk melalui celah gorden, membangunkan Laura lebih awal di rumah sederhananya yang ia sewa.

Udara segar yang masuk dari jendela membawa aroma embun dan tanah basah, membuatnya merasa segar.

Dengan semangat, ia bergegas membersihkan diri, merasakan air hangat menyiram kulitnya, seolah menghapus sisa-sisa mimpi. Ia bersiap untuk pergi ke tempat kerjanya.

Laura melangkah keluar rumah, disambut oleh kicauan burung. Ia menaiki sepeda bekas yang diberikan oleh bosnya—sebuah hadiah tak terduga yang kini menjadi sahabat setianya di kota kecil ini.

Walaupun jarak dari rumahnya ke tempat kerjanya tidak terlalu jauh, Laura selalu merasa bersemangat saat mengendarai sepedanya.

Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, membawa aroma bunga liar dan roti yang baru dipanggang dari toko roti di ujung jalan.

*

Laura tiba di restoran tempatnya bekerja saat embun masih menempel di dedaunan dan kabut tipis menyelimuti jalanan.

Lampu-lampu jalan masih menyala, memancarkan cahaya kuning yang hangat di tengah udara dingin.

Restoran "my eat"—satu-satunya tempat makan di kota itu—tampak tenang, namun Laura tahu sebentar lagi tempat ini akan ramai oleh pengunjung.

Kebanyakan dari mereka adalah pekerja pertanian dari keluarga kaya yang memiliki lahan luas di sekitar kota, serta para pendaki dan wisatawan yang datang untuk menikmati keindahan alam di musim dingin.

"Kau sudah datang, Laura?" sapa seorang wanita berusia sekitar 40 tahun dengan senyum ramah. Dialah Grace, pemilik restoran yang baik hati dan penuh semangat.

"Morning, Aunty Grace," jawab Laura ceria, merasakan kehangatan menyebar di dadanya.

Ia segera meraih celemeknya dan bersiap membantu Grace menyiapkan segala sesuatu.

Aroma kopi yang baru diseduh dan rempah-rempah yang harum sudah memenuhi udara, membangkitkan selera.

"Kita akan memasak menu baru hari ini," ucap Grace sambil menunjuk ke papan tulis yang penuh dengan coretan resep. "Ada beberapa wisatawan yang akan datang saat musim dingin tiba, jadi kita harus menyiapkan sesuatu yang istimewa."

"Baik!" jawab Laura semangat, matanya berbinar. Ia tidak sabar untuk mencoba resep-resep baru yang menggugah selera itu.

"Oh iya..." Grace melanjutkan sambil mengaduk adonan di dalam mangkuk besar. "Hari Minggu ini kita akan memasak menu untuk pesta keluarga kaya di villa besar di sana.

Setiap tahun mereka selalu merayakan pesta di villa mereka, dan mereka selalu memesan makanan dari kita. Kita juga akan mendekor tempat pesta itu."

Laura mengangguk dengan semangat. Ia membayangkan kemewahan villa itu, dengan taman-taman yang indah dan dekorasi yang elegan. Ia merasa bangga bisa menjadi bagian dari acara istimewa itu.

Setelah itu, mereka melanjutkan pekerjaan mereka dengan cekatan. Waktu berjalan dengan cepat, dan sebentar lagi restoran akan ddibuka

Laura merasa bersemangat dan siap menghadapi hari yang penuh dengan tantangan dan kejutan.

*

Setelah pintu restoran dibuka, pengunjung mulai berdatangan, membawa serta kehangatan dan aroma pagi yang segar.

Kota kecil ini, meskipun terpencil, memiliki daya tarik wisata yang kuat. Tersembunyi di antara perbukitan hijau dan sungai yang jernih, kota ini menawarkan ketenangan yang sulit ditemukan di tempat lain.

Setiap pergantian tahun, wisatawan berbondong-bondong mengunjungi kota ini, mencari pelarian dari hiruk pikuk kota besar.

Mereka datang untuk menikmati udara segar, pemandangan yang indah, dan keramahan penduduk setempat.

Kota ini menjadi tempat perlindungan yang nyaman bagi mereka yang ingin melepaskan penat setelah bekerja keras di kota-kota besar yang bising.

*

Pagi ini, seperti biasa, Laura sibuk dengan pekerjaannya di restoran. Ia dengan cekatan menyiapkan kopi, memanggang roti, dan melayani pelanggan dengan senyum ramah.

Aunty Grace mengelola restoran itu seorang diri sejak suaminya meninggal dunia tahun lalu. Kesedihan masih tergurat di wajahnya, namun ia tetap berusaha tegar dan memberikan yang terbaik untuk restorannya.

Selain Laura, ada seorang karyawan lain bernama Fia. Ia adalah seorang gadis remaja yang datang bekerja setelah pulang dari sekolah.

Fia hanya bekerja paruh waktu untuk membantu Aunty Grace dan mencari tambahan uang untuk biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari.

Ia tinggal bersama neneknya yang sudah tua di sebuah rumah sederhana tak jauh dari restoran.

*

"Aku datang!" ucap Fia semangat, dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya. Ia langsung menuju ke dapur restoran setelah menyelesaikan pelajaran di sekolah.

"Kau sudah datang? Bagaimana sekolahmu hari ini?" tanya Aunty Grace sambil tersenyum. Ia sudah menganggap Fia seperti keluarganya sendiri.

"Hari ini seperti biasa, tidak ada yang spesial," ucap Fia sambil meletakkan tas sekolahnya di loker yang biasa ia gunakan. Dengan gerakan cepat, ia mengganti pakaian seragamnya dengan seragam restoran dan bersiap untuk membantu Aunty Grace dan Laura.

Tahun ini adalah tahun terakhir Fia di sekolah menengah atas. Awalnya, ia hampir menyerah untuk melanjutkan pendidikannya karena neneknya tiba-tiba sakit dan tidak bisa bekerja lagi.

Namun, Aunty Grace, yang tidak memiliki anak sendiri, merasa iba pada Fia. Dengan hati tulus, Aunty Grace menawarkan untuk membiayai sekolah Fia. Sebagai balasannya, Fia bekerja di restoran Aunty Grace setiap hari setelah pulang sekolah.

Meskipun Fia bekerja di restoran sepulang sekolah, ia tetap giat belajar dan mengerjakan tugas sekolahnya.

Semua kerja kerasnya terbayar lunas, karena nilai-nilai Fia di sekolah selalu mendapatkan predikat terbaik.

Laura, yang sejak tadi sibuk melayani dan mengantarkan makanan pesanan pengunjung, merasa lega melihat kedatangan Fia. Ia sudah merasa lelah dan perutnya mulai keroncongan.

"Laura, kau bisa makan siang dulu. Biar aku yang mengambil alih pekerjaanmu," ucap Fia dengan semangat. Senyumnya yang cerah menular, membuat Laura merasa lebih bersemangat.

"Kau sudah makan siang?" tanya Laura sambil menatap Fia dengan rasa terima kasih.

"Sudah tadi," jawab Fia sambil mengambil nampan di tangan Laura dan mulai bekerja dengan cekatan.

Laura masuk ke dalam dapur untuk makan siang dengan segera. Perutnya sudah sangat lapar, dan ia dengan cepat melahap makan siangnya.

Belakangan ini, Laura memang makan dengan porsi yang lebih banyak dari biasanya, hingga tubuhnya sedikit lebih berisi dari sebelumnya. Ia merasa lebih sehat dan berenergi, meskipun pekerjaannya cukup melelahkan.

Hari ini sungguh ramai, membuat Laura dan Aunty Grace tidak berhenti bergerak melayani pengunjung yang datang silih berganti. Aroma masakan yang lezat dan suara riuh percakapan memenuhi ruangan restoran.

Biasanya, restoran akan ramai pada jam-jam tertentu, dan mereka bisa bersantai dan beristirahat sejenak di antara waktu sibuk. Namun, hari ini sangat ramai, dan membuat mereka berdua kewalahan.

Beruntungnya, Fia pulang sekolah lebih awal hari ini, sehingga Laura dan Grace sangat terbantu dengan kehadirannya.

*

Hari itu pun berlalu dengan cepat, seperti angin yang berhembus di musim dingin.

Restoran akhirnya tutup, dan Laura, Grace, serta Fia dengan cepat membereskan semua pekerjaan dan bersiap untuk pulang.

Aroma masakan yang sedap masih tercium di udara, bercampur dengan aroma sabun dan cairan pembersih.

"Kalian bawalah makanan ini untuk makan malam kalian. Aku khusus memasaknya tadi untuk kalian karena sudah bekerja keras hari ini," ucap Aunty Grace dengan senyum tulus. Ia menyerahkan dua kotak makanan yang berisi hidangan lezat yang baru saja ia masak.

"Terima kasih, Aunty Grace. Aku menyayangimu," ucap Fia dengan semangat sambil mengambil kotak berisi makanan itu. Matanya berbinar-binar, menunjukkan rasa terima kasihnya yang mendalam.

"Thanks, Aunty," ucap Laura sambil tersenyum hangat. Ia juga mengambil kotak makanan yang diberikan oleh Aunty Grace.

Keduanya pun pulang menuju ke rumah mereka masing-masing. Fia, yang tinggal tidak jauh dari restoran, hanya berjalan kaki untuk sampai di rumah.

Sementara itu, Laura mengendarai sepedanya menyusuri jalanan yang sepi dan gelap.

Udara malam terasa dingin dan menusuk kulit, namun Laura merasa hangat di dalam hatinya.

Sesampainya di rumah, Laura dengan segera membersihkan diri. Ia mandi dengan air hangat yang mengalir deras, menghilangkan semua lelah dan penat setelah bekerja seharian.

Setelah selesai mandi, ia menyantap makanan yang diberikan oleh Aunty Grace tadi. Dengan lahap, Laura menghabiskan semua hidangan lezat itu.

Setelah selesai makan, ia kembali menyantap buah-buahan segar yang ia beli untuk dirinya sendiri.

Laura merasa hidupnya lebih tenang dan nyaman saat ini. Ia merasa telah menemukan tempat yang lebih baik daripada saat ia tinggal di kota besar.

Kota kecil ini telah menyambutnya dengan tangan terbuka, memberikan ia pekerjaan, teman, dan rasa aman yang selama ini ia dambakan.

Namun, Laura tidak bisa memungkiri jika dirinya masih saja memikirkan pria yang telah merenggut kesuciannya.

Kenangan pahit itu masih menghantuinya, terutama saat ia sedang santai dan tidak bekerja.

Pria itu selalu saja masuk dalam pikirannya, mengganggu kedamaian hatinya.

Kadang, hal itu membuat Laura sedikit frustrasi. Ia seakan merindukan pria jahat itu, meskipun ia tahu bahwa itu adalah perasaan yang salah.

Hal itu membuat Laura menepis pikiran itu jauh-jauh dengan menyibukkan diri saat di rumah.

Ia membaca buku, menulis jurnal, atau melakukan hal-hal lain yang bisa mengalihkan perhatiannya dari kenangan buruk itu.

Laura berusaha untuk fokus pada masa depan, dan membangun hidup yang lebih baik di kota kecil yang telah menjadi rumahnya.

1
Lucyana H
visulnya lebih suka yg asia,
aurel
hai Thor aku sudah mampir jangan lupa mampir juga di karya aku " istri ku adalah kakak ipar ku "
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!