Skandal Dengan Adik Ipar

" Kamu harus berubah Vin. Kamu harus menepati janji kamu. Terbukti kan kalau Andra itu darah daging kamu. Mau kamu cek di rumah sakit manapun, hasilnya tetap sama. Dia anak kandung kamu,"

" Ya aku akan menepati janjiku. Aku akan berubah. Aku akan mencoba fokus menjadi suami dan ayah yang baik,"

Esther tersenyum menang, Arvin berubah seratus delapan puluh derajat. Semenjak ia membawa Kalandra kembali ke rumah Dhananjaya, semua orang jadi berbuat baik kepada Esther. Mereka tidak memandang sebelah mata lagi perempuan itu. Terutama Arvin, laki-laki itu tidak berkutik saat Esther membawa bukti jika Kalandra adalah anak kandung Arvin.

Selain Arvin ada juga Bu Joyce, wanita paruh baya itu langsung meminta maaf kepada Esther atas perbuatan putranya. Ia juga mengancam Arvin jika Arvin kembali menyakiti perasaan Esther maka putranya itu akan dipecat dari ahli waris. Tentu hal tersebut mampu mengubah isi pikiran Arvin. Ia tidak akan berani melawan ancaman mamanya.

Berbicara anak yang dibawa Esther, seperti ada yang berbeda sewaktu pertama kali Arvin melihat wajah mungilnya. Tidak melakukan tes DNA pun Arvin seperti memiliki ikatan dengan anak itu. Rasanya begitu damai menatap lama wajah putranya. Kata Bu Joyce, wajah Kalandra mirip sekali dengan wajah Arvin sewaktu kecil.

Yang awalnya Arvin tidak suka dengan anak kecil kini menjadi suka karena kehadiran putranya. Ia sangat menyayangi putranya meskipun baru pertama kali bertemu. Rasanya ia menyesal, karena tidak mengetahui perkembangan putranya sewaktu di kandungan Esther. Arvin berjanji akan mengubah sikapnya untuk menjadi lebih baik. Ia akan menebus kesalahannya karena tidak ada saat Kalandra sedang di dalam kandungan, ia akan memanjakan putranya dengan sekuat tenaga yang ia punya.

Kini Esther dan Arvin memilih tinggal di luar negeri. Arvin akan bekerja dan menyempatkan waktu luang untuk menjaga anaknya. Arvin dan Esther bergantian menjaga Kalandra. Sungguh hal inilah yang diidam-idamkan oleh Esther, akhirnya sang playboy takluk kepadanya.

Esther merasa dunia dan seisinya sedang memihaknya. Di beri mertua yang baik dan royal ditambah kini suaminya sudah mulai mencintainya kembali. Esther akan berusaha mempertahankan keutuhan rumah tangga nya.

" Akhirnya kamu takluk juga sama aku Mas Arvin," batin Esther merasa senang. Mertuanya sudah memberi janji jika Arvin berbuat yang tidak baik maka seluruh hartanya akan menjadi milik Esther. Bukankah ini adalah rejeki nomplok? Esther merasa puas.

########

Menjadi ibu tunggal adalah pengalaman baru untuk Yasmin. Pilihannya kini yang memilih tinggal di desa, membuat Yasmin merasa jauh lebih tenang. Suasana desa berbeda dengan di kota, ia tidak harus menjadi orang lain untuk menjalani kehidupannya sendiri.

Mengenai status pernikahan, Yasmin tetap memilih sendiri. Ia tidak akan menikah dengan lelaki manapun sampai ia menemukan lelaki yang tepat. Ia akan berjuang sendiri demi menghidupi anaknya. Perihal pandangan warga desa tentang status Yasmin, mereka sudah tahu. Mereka memahami Yasmin yang merupakan seorang korban pemerkosaan. Bahkan tak sedikit dari mereka yang memberikan banyak dukungan untuk Yasmin.

Mereka tidak menghakimi Yasmin layaknya orang jaman dulu. Meskipun orang desa tetapi pemikiran mereka sudah modern. Toh Yasmin adalah korban, jadi mereka tidak mungkin menjahati seseorang yang menjadi korban. Yasmin sangat bersyukur akan hal ini.

Di desa Yasmin bekerja sebagai buruh tani, bersama ibu-ibu kampung kegiatan Yasmin sehari-hari adalah menanam dan memanen hasil sayuran. Mungkin pekerjaan sebagai buruh tani sangat kurang melihat Yasmin adalah seorang lulusan magister dari kampus terkenal. Seharusnya ia bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih layak. Namun kembali lagi, Yasmin merasa senang dengan pilihannya. Ia nyaman dengan pekerjaannya yang sekarang. Meskipun hasilnya tidak seberapa tapi itu sudah cukup memenuhi kebutuhan Yasmin dan Safea.

Jika ada yang bertanya bagaimana dengan Safea yang ditinggal Yasmin selama bekerja? Maka jawabannya adalah Safea diasuh bibi yang masih kerabat dengan kakek Yasmin. Yasmin merasa tenang menitipkan putrinya karena sang bibi adalah satu-satunya keluarga terdekat yang Yasmin miliki di desa. Tanpa pamrih beliau menawarkan diri untuk membantu Yasmin. Karena tidak memiliki anak mungkin menjadi salah satu alasan mengapa bibi sangat ingin mengasuh Safea.

Setelah pulang bekerja, Yasmin menyempatkan diri membeli keperluan pribadi seperti sabun dan bumbu dapur. Yasmin tidak pernah membeli sayuran, karena dari hasil berkebun nya ia sudah mendapatkan cukup banyak. Alhasil Yasmin hanya membeli kebutuhan seperlunya.

Dengan menenteng belanjaan, Yasmin mengetuk pintu rumahnya. Tampaklah wajah segar Safea sehabis mandi dalam gendongan bibinya. Yasmin yang melihat itu sudah tidak sabar ingin mengecupi wajah Safea dengan serbuan ciuman. Tapi ia harus menunda hal tersebut karena posisinya masih kotor sepulang bekerja.

" Safea rewel nggak bi?"

" Mana pernah sih anak kamu rewel. Bocahnya anteng banget. Bibi sampe bisa menyelesaikan pekerjaan rumah karena Safea bisa ditinggal,"

" Syukurlah kalau begitu,"

" Mama mandi dulu ya sayang. Habis itu minum susu terus bobok," ucap Yasmin bergegas menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

Usai membersihkan diri, Yasmin menemui anaknya. Ocehan Safea yang lucu membuat Yasmin semakin gemas. Ia membawa Safea ke ruang tengah sembari dirinya duduk di kursi. Yasmin membuka sebagian kancing atas bajunya, ia mengeluarkan asi yang langsung dilahap oleh Safea.

Yasmin tahu anaknya tampak kehausan. Selama ditinggal bekerja Safea memang meminum asi pompa dari Yasmin yang disimpan di dalam kulkas. Sebelum berangkat ke kebun, Yasmin akan memompa asinya memberikan stok nutrisi untuk Safea selama seharian. Namun yang namanya asi langsung dari sang ibu dan asi yang dari botol susu tetaplah berbeda. Safea lebih lahap meminum asi langsung dari Yasmin. Memang sangat menggemaskan putrinya yang satu ini

" Sudah bibi istirahat saja. Jangan memegang pekerjaan rumah terus," ucap Yasmin yang melihat bibinya membawa cucian.

" Nggak nak Yasmin. Ini cucian punya bibi sendiri,"

" Ohhh. Emmmm bi,, uang yang Yasmin janjiin ke bibi sudah ada. Bibi mau ambil sekarang atau nanti?"

" Hehehhe kalau boleh sekarang aja Yasmin. Sekalian mau bibi simpan di bank,"

Yasmin mengeluarkan beberapa lembar uang ratusan ribu. Memang sudah kewajibannya memberikan bibi uang sebagai ganti jasa karena telah membantu Yasmin menjaga putrinya meskipun di awal bibi selalu menolak. Dengan kehadiran bibi, sedikit banyak mampu mengurangi pekerjaan rumah Yasmin.

" Banyak banget uang nya Yasmin?"

" Tidak apa-apa bi, simpan saja. Sebenarnya Yasmin masih memiliki tabungan sewaktu bekerja di Jakarta dulu,"

" Tapi itu bisa berguna untuk Safea besar nanti,"

" Gampang lah bi. Aku akan bekerja keras untuk anakku. Kalau itu mah memang sudah menjadi hak nya bibi,"

" Kamu memang anak yang baik Yasmin. Bibi sangat berterima kasih sama kamu. Ohh ya bagaimana kabar papa dan mama mu. Sepertinya mereka sudah lama tidak kesini,"

" Mama dan papa sedang mengunjungi Esther yang berada di Australia bi. Udah satu minggu mereka ada di sana,"

" Oh ya benarkah? Lalu bagaimana kabar Esther? Bibi sudah lama tidak bertemu dengannya,"

" Baik bi. Kata mama sama papa, anaknya Esther juga tumbuh dengan baik. Andai aku bisa melihat wajah keponakan ku,"

" Loh memangnya kamu belum pernah melihat wajah anaknya Esther?"

" Belum bi. Esther sangat sibuk, ia selalu menolak panggilan video dari ku. Setiap kali aku ingin meminta foto anaknya dia selalu beralasan. Entahlah ada apa dengan adikku itu? Padahal kan aku cuma mau lihat wajah anaknya,"

" Sabar ya Yasmin. Kalau sudah berjauhan begini memang susah komunikasi. Suatu saat kamu pasti akan bertemu dengan keponakan mu itu,"

" Benar bi. Safea pasti senang memiliki sepupu yang seumuran," ucap Yasmin kemudian iseng mengganggu Safea yang asyik menyusu. Anaknya itu tidak teralihkan dengan gangguannya, fokusnya hanya ingin menghabiskan stok asi Yasmin hingga kenyang.

" Ngomong-ngomong kalau suami Esther, apa kamu pernah berkomunikasi juga?"

Boro-boro berkomunikasi, memiliki kontaknya saja Yasmin tidak punya. Tidak pernah ada kabar tentang Arvin yang sampai di telinganya. Kedua orang tuanya pun juga jarang bercerita, yang mereka ceritakan adalah kebahagiaan Esther karena sudah kembali rujuk dengan Arvin.

" Aku tidak dekat dengan adik ipar ku itu bi," bagaimana bisa dikatakan tidak dekat kalau saja mereka pernah menghabiskan malam panas bersama. Yasmin harap hal tersebut tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari apalagi sampai menyenggol pernikahan adiknya.

" Kamu memang tidak mudah dekat dengan lelaki manapun Yas. Pemuda desa yang menyukai mu saja banyak yang kamu tolak. Padahal mereka tidak masalah menjadi ayah sambung untuk Safea. Seperti anaknya Bu Jarwo, dia itu tulus sama kamu Yasmin"

" Bibi tahu sendiri kan aku cuma mau fokus ngurus Safea. Masalah laki-laki untuk pedekate apalagi menikah, aku masih belum kepikiran"

" Iya deh,, bibi harap akan ada laki-laki baik yang bisa menyayangi kamu dan Safea secara tulus,"

" Amiin,"