Kisah seorang istri yang mencintai suaminya, namun di balas dengan penghianataan dan balas dendam kelurga nya.
Ella menyambut cinta Andrean yang selalu perlakuan dirinya bak seorang Ratu. Hingga akhirnya mereka menikah. Namun sayang, sikap peduli, perhatian dan kasih sayang Andrea menghilang begitu saja. Andrean perlakukan Ella bak orang asing di rumah nya sendiri.
Hingga perselingkuhan Andrean di ketahui Ella. wanita berparas cantik yang memiliki segudang prestasi itu mencoba bertahan. Ia Terus berbuat baik dan patuh pada sang suami. Tetapi kesabaran Ella ada batasnya, sampai akhirnya pertahanan Ella runtuh.
Ella membuat permohonan surat cerai dan mentalak Andrean.
Pria tampan penuh kharisma itu berkata "kau ingin bercerai? Tidak akan pernah bisa, selama pembalasan ku belum berakhir!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Wanita di sisi Andrean
Esok harinya Ella bangun, tetapi tidak melihat Andrean pulang ke rumah. Hari ini ia memutuskan tidak datang ke kantor, sebab masa cutinya masih tinggal sehari. Saat ia sedang menikmati teh hijau di depan teras, ponselnya berdering. Ia menerima panggilan itu dengan senyuman di bibirnya.
"Pagi nenek." sapa nya hangat
"Kamu sudah kembali dari Marola?"
"Sudah nek, semalam."
"Dimana Andrean? Sejak tadi nenek telepon tidak di angkat."
"Dia ..." Ella berhenti sejenak mulai mencari alasan, sebab bila nenek tahu Andrean tidak pulang, wanita sepuh itu akan memarahi cucu kesayangannya.
"Pagi-pagi sekali Andrean sudah jalan ke kantor Nek." ucap Ella berbohong.
"Anak itu, terlalu sibuk bekerja. Sampai lupa memberi aku seorang cicit." keluh nenek Smit.
Ella terdiam untuk beberapa saat, lalu bertanya "Apa ada yang ingin aku sampaikan ke Andre?"
"Nanti malam datang lah ke rumah nenek bersama Andrean."
"Baik Nek."
Ella tidak akan bisa membantah perintah sang nenek, setelah berbincang Ella mengakhiri panggilan telepon. Ia mulai menimang apakah menghubungi Andrean atau tidak.
"Apa aku telepon saja Andrean, nenek pasti kecewa kalau ia tidak datang."
Ella melakukan panggilan telepon, Namun tidak ada jawaban. Akhirnya ia hanya memberikan pesan pada suaminya.
Malam pun tiba, Ella sudah bersiap-siap untuk pergi ke rumah nenek Smit. Sejak tadi pagi Andrean tidak membalas pesannya. Ella memutuskan untuk pergi sendiri, karena ia tidak ingin nenek Smit kecewa.
Setengah jam kemudian Ella sudah sampai di rumah megah kelurga Smit. Ada beberapa mobil sport terparkir di carport. Ia tahu itu adalah mobil ibu mertua dan saudaranya. Dengan tenang Ella masuk kedalam rumah.
"Malam..."
Sapa Ella saat memasuki ruangan kelurga. semua orang yang ada disana menoleh, Namun tatapan mereka acuh tak acuh.
"Ella... Kemarilah nak."
Nenek Smit menyambut Ella dan menyuruh duduk di sampingnya.
"Dimana Andrean?"
"Andre masih sibuk kerja."
Wanita yang usianya sudah menginjak 70 tahun itu menghela nafas panjang "Anak itu tidak ingat waktu bila bekerja."
"Ya sudah ayo kita makan."
Tiffany yang duduk di sofa dengan kaki menyilang mulai menurunkan majalah. "Kalau kalian ingin duluan silakan saja, aku menunggu Andre."
Nenek Smit menoleh "Terserah kamu saja!"
Saat Ella ingin menyusul keruangan makan, Tiffany menarik tangan Ella.
"Untuk apa kamu datang kesini, Andre sudah tidak menginkan mu lagi!"
Ella menarik tangannya "Aku datang atas undangan nenek."
"Dasar wanita tidak tahu diri! Seharusnya kau tidak perlu menampakkan wajah mu di depan kelurga Smith!"
Tatapan Tiffany begitu dalam hingga menusuk ke jantung Ella. "Sudah kukatakan, bercerai lah dengan anakku, sebelum kesabaran ku benar-benar habis!' ucapnya ketus
Ella menatap wajah cantik wanita paruh baya yang terlihat berbahaya.
"Ibu tidak usah khawatir, tanpa di minta pun aku akan melakukannya."
Ella berbicara dengan tenang, iapun mulai memikirkan untuk berpisah dengan Andrean karena sudah tidak ada yang bisa di harapkan dengan sikap dingin dan cueknya selama dua tahun terakhir ini.
"Bagus kalau kamu tahu diri!"
"Ella... kemarilah."
Nenek Smit memanggil Ella, wanita itu bernafas lega seakan lepas dari mangsanya. ia berhasil menghindar dari tatapan tajam ibu mertuanya.
"Nenek memanggil, saya permisi." kata Ella yang melangkah pergi menuju ruangan makan.
Setelah makan malam bersama, semua kelurga berbincang-bincang di taman. Ella lebih banyak diam dan mendengarkan mereka bicara daripada ikut mengobrol, walaupun sesekali nenek Smit membanggakan Ella di depan kelurga.
Ella sudah jenuh dan ingin secepatnya pulang. Akhirnya ia berpamitan pada nenek Smit setelah kelurga yang lain sudah mulai meninggalkan kediaman wanita sepuh itu.
Jam setengah satu ia sudah sampai rumah. Ella sudah tidak perduli apakah suaminya pulang atau tidak. Ia sudah memikirkan untuk bercerai dengan Andrean. Saat ia sedang berdiri di depan jendela, sebuah mobil berhenti di depan rumah berlantai tiga. Ella sangat tahu siapa yang datang.
Wanita berparas cantik, berhati hati lembut itu masih bersandar di depan jendela, menatap cahaya malam yang di penuhi bintang-bintang. Andrean masuk kedalam kamar dan menoleh kearah Ella.
"Kamu sudah menemui nenek."
Ella mengangguk dan berkata "Nenek mencari mu."
"Aku ada urusan penting yang tidak bisa di tunda."
"Andre.. Aku ingin bicara." kata Ella pelan, tatapannya masih keluar jendela.
"Nanti saja, aku masih lelah."
Setelah bicara sebentar, Andrean membuka jas dan kemeja, ia tidak berpengaruh dengan sikap Ella yang lebih banyak diam akhir-akhir ini. Ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.
Ella berjalan kearah lemari dan memunguti pakaian Andrean. Biasanya ia akan berjalan mendekat dan menerima pakaian kotor Andrean, lalu mencium sisa aroma parfum suaminya, tetapi sekarang ia tidak lakukan lagi, membiarkan Andrean membuangnya di lantai.
Ella merasakan aroma maskulin yang biasa pakai Andrean agak berbeda. Aroma parfum itu seperti wangi familiar di hidungnya. Ia menepis pikirannya sendiri dan memasukkan pakaian kotor kedalam keranjang.
Tak berapa lama Andrean keluar dari kamar mandi dengan rambut basah. Ia melangkah pergi meninggalkan kamar menuju ruangan kerja.
Ella gantian masuk kedalam kamar mandi untuk bersih-bersih. Selesai ia mandi, mulai memakai skincare yang biasa ia lakukan sebelum tidur.
Jam sudah menunjukkan pukul dua dinihari, tetapi tidak ada tanda-tanda Andrean akan masuk kedalam kamar. Ella lelah menunggu suaminya kembali dan ingin membicarakan masalah perceraian. Tetapi matanya mulai mengantuk, iapun tertidur pulas.
Jam weker membangunkan Ella pada pukul enam pagi, sebab hari ini ia mulai masuk bekerja setelah 15 hari cuti. Ella tidak mendapati suaminya di tempat tidur, dan baginya itu sudah biasa. Ada tiga kamar tidur di lantai dua, satu kamarnya bersama Andrean, dua kamar lainnya ruangan kerja Andrean dan kamar tamu. Ia berpikir Andrean tertidur di ruangan kerjanya, jadi ia tidak ingin mengganggu.
Ella sudah bersiap-siap untuk kerja, Bi sari menyiapkan sup ayam untuk sarapan Ella sebelum ke kantor.
"Bi, tolong bangun kan Pak Andre." kata Ella sambil menyendok sup ayam.
"Pak Andre sudah berangkat jam empat subuh. Bu."
Ella menghela nafas berat, lalu menghentikan makannya. Ia meraih susu putih di depannya dan menyeruput perlahan.
"Saya berangkat dulu bi."
"Bu.. sarapannya tidak di habiskan?"
"Saya sudah tidak berselera makan." kata Ella sambil melangkah pergi menuju mobil yang terparkir di carport.
Mobil melaju dengan cepat meninggalkan kediamannya. Rumah itu sudah tidak ada kehangatan sama sekali, walaupun Ella masih berharap suaminya akan berubah, atau paling tidak bertanya dimana letak kesalahannya. Ella teringat, semalam ibu mertuanya meminta ia bercerai dari Andrean, hal itu yang ingin ia bicarakan.
Ella masuk kedalam kantor menuju ruangannya, baru saja ia membuka pintu, Asisten Heru sudah memanggilnya.
"Bu Ella, pagi ini akan ada meeting dadakan. Tolong kamu salin berkas ini untuk presentasi, bawa ke ruangan meeting satu jam lagi."
"Satu jam untuk selesaikan ini semua?" kening Ella berkerut
"Iya, ada tamu penting yang akan datang ke perusahaan. Lakukan yang terbaik."
Tanpa menunggu jawaban dari Ella, Heru melangkah pergi, membiarkan Ella mengerjakan tugas yang menumpuk.
Satu jam sudah berlalu, Ella berhasil menyelesaikan semua tugas yang di berikan asisten Heru. Telepon di atas meja berdering, Ella mengakat dan berkata
"Hallo.."
"Cepat keruangan meeting, Pak Andrean sudah datang."
"Baik!"
Ella membawa salinan kertas untuk presentasi yang sudah ia kerjakan. Langkah nya begitu cepat untuk segera sampai di ruangan meeting. Satu tangannya mendorong daun pintu, semua orang menoleh kearahnya saat ia masuk.
Ella menatap wajah mereka satu persatu dengan senyuman ramah, seketika senyumannya memudar saat melihat sosok wanita cantik di samping Andrean. Wanita itu tersenyum pada Ella dengan ekspresi tak bisa di tebak.
"Vivian...!" gumam nya pelan.
Ia terkejut dengan kehadiran adik tirinya di perusahaan suaminya.Tubuh Ella hampir saja oleng, beruntung ia berpegangan pada ujung meja.
💜💜💜💜