cerita ini adalah kumpulan kisah nyata yang di ambil dari pengalaman horor yang dia alami langsung oleh para narasumber
-"Based On truth stories"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon butet shakirah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kelapa atau Kepala?
Aku yang sedikit jenuh menghirup udara perkotaan memutuskan ingin berlibur dikampung halaman teman dekatku. Aku berangkat naik transportasi umum yaitu stasiun KAI. Aku mempersiapkan semua barang - barangku lalu langsung berangkat ke stasiun. Sesampainya aku di stasiun daerah provinsi temanku, aku dijemput oleh temanku menuju ke rumahnya. Cukup jauh menurutku perjalanannya menuju rumahnya. Namun aku tetap menikmatinya karena sangat antusias untuk berkunjung ke kampung halaman temanku serta udara pedesaan yang sangat asri. Akhirnya kami sampai juga di rumah temanku Andi. Ternyata kedatangan kami disambut baik keluarganya Andi.
“Assalamualaikum pak, buk” sapa Akbar sambil menyalami kedua orang tuanya Andi.
“waalaikumussalam, nak Akbar akhirnya sampai juga ke sini, gimana tadi perjalanannya lancar?” tanya ibunya Andi (ibu dari temanku).
“iya buk, alhamdulillah lancar banget sampai kesini, bu” jawabku
“ndi, ajak temanmu makan sama istirahat pasti capek banget selama perjalanan tadi” ujar ibunya.
“nggih buk, yuk bro ikut aku” sahut Andi sambil membawa barang Akbar untuk dibawa kekamarnya.
Sesampainya di kamar Andi, Akbar mulai menaruh tasnya di samping nakas dekat tempat tidur.
"lu kalo mau mandi, toiletnya ada di belakang deket dapur, ya" ujar Andi sambil mengeluarkan bantal tambahan untuk Akbar pakai nanti.
"ok bro, ntar gw mandinya agak siangan aja, gw mau istirahat dulu, capek banget nih badan gw pegel - pegel semaleman dalam bus" jelas Akbar.
"yaudah lu istirahat aja, gw tinggal yak mau bantuin Bokap benerin kandang ayam takut di masukin uler lagi" seru Andi lalu meninggalkan Akbar sendirian tidur di kamarnya.
Akbar mulai tertidur lelap karena memang perjalanan dari Jakarta menuju kampung halaman temannya sangatlah jauh dan melelahkan. maka dari itu Akbar memutuskan istirahat dulu barulah dia mandi pada siang harinya. Tak terasa waktu sudah tengah hari. keluarga Andi tengah makan siang bersama.
"loh Andi mana temanmu? koq gk kelihatan?" tanya ibunya Andi.
"sepertinya masih tidur buk" jawab Andi.
"yowis nanti bangunin temanmu ya le, kasihan pasti belum makan dari tadi" ujar ibunya.
"nggih buk, nanti setelah makan aku bangunin si Akbar buk" sahut Andi.
Selesai Andi makan siang, dia masuk ke kamar untuk membangunkan Akbar yang masih tertidur.
"bro bangun dah tengah hari ini, lu kaga jadi mandi?" tanya Andi .
"hmm, jam berapa emang?" tanya Akbar juga.
"dah hampir jam satu bro" seru Andi.
"yaudah gw mandi dulu yak, toilet d belakangkan?" tanya Akbar lagi.
"iya lurus aja kebelakang, ntar abis mandi kalo mau makan ambil aja di dapur, makanannya ada di meja dalam tudung saji" ujar Andi.
"ok ntar gw makan abis mandi" sahut Akbar.
"kalo lo butuh apa - apa samperin gw di ruang tv, senyamannya lu aja deh, anggap aja rumah sendiri bro" seru Andi.
"beres" kata Akbar sambil mengacungkan jempolnya.
Akbar mengambil peralatan mandinya di dalam tas ranselnya. lalu melangkah menuju kamar mandi. meski Akbar mandinya sudah siang hari akan tetapi airnya sangat sejuk. di karenakan mata airnya bersumber dari pegunungan langsung. selesai mandi dan berganti pakaian Akbar pergi ke dapur untuk makan siang. Akbar membawa makanannya ke ruang nonton. Di sana terlihat Andi yang sedang menonton siaran televisi.
"dah kelar lu mandi?" tanya Andi.
"udah tadi, air di sini dingin banget gilak, padahal siang hari gw mandinya" ujar Akbar.
"ya iyalah dingin, air di desa ngambilnya dari sungai yang bersumber dari gunung langsung makanya kalo mandi di sini pasti seger" jelas Andi.
"ooo gitu yak, yaudah gw makan dulu nih bro laper banget gw dari tadi perut rada disko" sahut Akbar .
"santay aja kali makan pake izin segala" seru Andi.
"ye namanya juga gw namu di sini, makanya gw izinlah basa basi gitu" ucap Akbar sambil nyengir.
"yaudah lu makan gih keburu dingin ntar nasi lu" balas Andi.
"iye gw makan nih" lalu Akbar melanjutkan makan siang ditemani oleh Andi yang sedang menonton acara di televisi.
Selesai Akbar makan siang, Andi mengajak Akbar berkeliling kampung untuk melihat - lihat suasana kampungnya Bagus nan Asri dan indah. Saat berkeliling mereka membicarakan perihal rencana ingin mendaki gunung bersama keesokan harinya.
"bro, karna lu dah di sini gimana kalo besok kita muncak ke gunung deket kampung gw?" tawar Andi.
"boleh deh idenya lu gw setuju, tapi gw kaga bawa perlengkapan buat ,muncak gimana dong?" keluh Akbar.
"tenang punya gw ada koq, ntar kita siapin logistiknya" ujar Andi
"ok deh, siplah kalo gitu" seru Akbar.
Menjelang petang Akbar sudah mempersiapkan logistik untuk di bawa besok untuk mendaki gunung. sedangkan Andi menyiapkan barang - barang untuk muncak. Saat petang tiba Akbar kelupaan membeli stok rokok. Diapun bergegas keluar rumah dan berjalan menuju warung yang ada di sana.
Setelah selesai membeli rokok, Akbar kembali berjalan pulang menuju ke rumah Andi. Saat berjalan dan akan melewati pohon kelapa, tiba -tiba Akbar mendengar ada benda yang jatuh.
bugh (suara benda terjatuh)
"apaan tuh?" tanya Akbar dalam hati.
Akbar menyusuri asal suara itu. sekilas Akbar melihat benda yang terjatuh tadi adalah kelapa. Akan tetapi, ketika Akbar mendekati kelapa tadi berubah jadi kepala manusia dengan wujud seram dan mata yang merah darah sedang menatap lekat dirinya. Akbar syok saat itu, namun tanpa aba - aba dia lari sekencang mungkin menuju ke rumahnya Andi.
"gilak apaan dah yang gw liat tadi hiii" Akbar bertanya - tanya di pikirannya sambil berlari kencang.
sesampainya Akbar di rumah Andi.
"lu darimana koq pucat gini?" tanya Andi heran.
"hos, hos, hos, ii itu gw tadi abis dari warung beli rokok" jawab Akbar.
"trus kenapa lu ngos - ngosan? kek abis lari aja lu hahaha" ledek Andi.
"emang gw abis lari, tadi di jalan pas lewatin pohon kelapa gw lihat ada yang jatuh pas gw deketin ternyata kepala, njirr" jelas Akbar.
"wkwkw baru hari pertama di sini dah kena sial, gw lupa bilang ke elu kalo di kampung gw kaga boleh keluyuran pas petang, ntar di tampakin glundung pringis" ujar Andi.
"apaan tuh glundung pringis?"tanya Akbar heran.
"Setan bentuknya kepala doang tapi menggelinding, kalau dari jauh mirip kelapa jatuh, syukur - syukur elu kaga di ikutin deh" ucap Andi sambil menakuti si Akbar.
"iss elu sih nakut - nakutin gw, kan jadi parno gw di kampung lu" sahut Akbar kesal.
"namanya juga kampung bro kan masih ada pantang larangnya, yaudah kita makan malam, tadi elu di cariin nyokap gw" ajak Andi.
"iya gw juga laper nih" seru Akbar.
Setelah kejadian pada sore hari itu, malamnya tiba-tiba Akbar demam tinggi secara mendadak. Akhirnya mereka membatalkan rencana mendaki gunung bersama - sama. Akbar sakit selama tiga hari dan di rawat di rumah Andi. Dia sudah mulai sembuh. Akhirnya, Akbar memutuskan untuk pulang kembali ke Jakarta. Dia merasa tak enak lama- lama di rumah temannya. Terlebih lagi dia juga sangat trauma dengan kejadian yang di alami saat melewati pohon kelapa di kampungnya Andi. Sejak kejadian itu Akbar enggan datang lagi ke kampung temannya dan memilih liburan ke tempat yang lain.