⚠️ sebelum baca cerita ini wajib baca Pengantin Brutal ok⚠️
Setelah kematian Kayla dan Revan, Aluna tumbuh dalam kasih sayang Romi dan Anya - pasangan yang menjaga dirinya seperti anak sendiri.
Namun di balik kehidupan mewah dan kasih berlimpah, Aluna Kayara Pradana dikenal dingin, judes, dan nyaris tak punya empati.
Wajahnya selalu datar. Senyumnya langka. Tak ada yang tahu apa yang sesungguhnya disimpannya di hati.
Setiap tahun, di hari ulang tahunnya, Aluna selalu menerima tiga surat dari mendiang ibunya, Kayla.
Surat-surat itu berisi kenangan, pengakuan, dan cinta seorang ibu kepada anak yang tak sempat ia lihat tumbuh dewasa.
Aluna selalu tertawa setiap membacanya... sampai tiba di surat ke-100.
Senyum itu hilang.
Dan sejak hari itu - hidup Aluna tak lagi sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim elly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 6
"Pah ada salam lagi," ucap Aluna saat sarapan bersama Axel.
“Dari siapa? Banyak banget yang salam,” ucap Axel sambil mengaduk kopi di depannya, senyum kecil muncul di bibirnya.
“Dari ibu,” ucap Aluna polos.
Axel tersenyum manis. Seketika suasana pagi yang tenang berubah sendu. “Gimana katanya?” ucap Axel sambil tersenyum lembut, seolah berusaha menutupi rasa perih yang mendesak di dadanya.
“Bilangin sama om Axelino Raditya Pradana, salam dari ibu, gitu katanya,” ucap Aluna sambil terkekeh kecil.
Axel terdiam. Senyum di wajahnya melemah, tapi ia tetap menahan diri agar tidak terlihat rapuh.
Kayla… bagaimana aku bisa move on dari kamu jika kamu sendiri selalu sayang aku, ucap Axel dalam hati sambil menatap Aluna.
“Papa malah ngelamun,” ucap Aluna mengerutkan dahi.
“Lagi bayangin wajah ibu kamu,” ucap Axel sambil tersenyum pahit.
“Papa dulu musuhan ya sama ibu?” tanya Aluna sambil mengunyah roti, matanya berbinar penuh rasa ingin tahu.
“Ya gitu lah, ibu kamu itu galak, ihh…” ucap Axel sambil bergidik, berusaha bercanda.
“Tapi suka kan?” goda Aluna, senyum nakalnya muncul.
“Mau denger cerita papa?” ucap Axel tiba-tiba, nadanya lembut.
“Boleh, seru tuh,” ucap Aluna penasaran, mencondongkan tubuh ke arah Axel.
Axel menarik napas panjang, matanya menerawang jauh.
“Hmm… saat SMP papa suka sama ibu kamu, tapi dia nantang terus, ngomongnya kasar, nggak mau dideketin. Papa bingung mau deketin caranya salah terus, bikin dia marah-marah. Ditambah bodyguard-nya—ayah kamu sama si Romi—itu jagain dia melulu, nggak mau jauh. Susah banget,” ucap Axel sambil membayangkan masa remajanya, tersenyum getir.
Ia tertawa kecil, tapi matanya redup.
“Saat SMA… kesempatan tuh buat deketin, ya kan? Eh malah jadinya ribut terus, nggak pernah akur. Sampai papa bilang ke nenek, pengen nikah sama ibu kamu,” ucap Axel dengan suara pelan, nyaris bergetar.
“Serius?” ucap Aluna sambil menutup mulutnya dengan tangan, tak percaya.
“Serius. Tapi papah pura-pura nggak suka sama ibu kamu. Tapi akhirnya… ibu kamu mau nerima papa. Dia baik, cantik, sabar, manja…” ucap Axel sambil menunduk, senyum sendu terlukis di wajahnya.
“Kenapa pisah?” tanya Aluna tiba-tiba, suaranya pelan.
Axel terdiam. Ada jeda panjang di antara detak jam dan desiran napasnya.
“Papa bodoh, itu aja ya, jangan tahu,” ucap Axel sambil tersenyum, menahan air mata yang hampir jatuh.
“Hmm… ok,” ucap Aluna sambil tersenyum manis, meski hatinya ikut sedih.
“Al, ada yang mau kenalan sama kamu,” ucap Axel mencoba mengalihkan suasana.
“Siapa?” tanya Aluna.
“Namanya tante Vera,” ucap Axel pelan.
“Baik nggak?” tanya Aluna curiga.
“Entah lah,” jawab Axel, setengah ragu.
“Nggak ah, kalo nggak baik,” ucap Aluna langsung menolak.
“Ok, sayang,” ucap Axel sambil tersenyum lembut, menyerah pada sikap keras kepala putrinya.
“Pah, bulan ini ada acara ke Jogja dari sekolah,” ucap Aluna.
“Terus?” ucap Axel, masih menatap ponselnya.
“Bagi duit,” ucap Aluna sambil terkekeh.
“Nanti ditransfer,” ucap Axel sambil menyesap kopi.
“Ok! Aku sekolah ya, papa kiss dulu,” ucap Aluna sambil memeluk Axel dengan manja.
Axel mencium keningnya. “Hati-hati ya, Aluna.”
“Siap!” ucap Aluna ceria sambil melangkah keluar, mobilnya melaju pelan meninggalkan rumah yang kini kembali sepi.
Di parkiran sekolah, Aluna mengerutkan dahi. Tempat mobilnya sudah terisi.
“Fuck,” ucapnya kesal sambil memukul setir. Ia keluar dari mobil dengan wajah masam.
“Siapa yang parkir di sini?” ucapnya ketus pada anak-anak yang nongkrong di sana.
“Kayak mobil punya Baskara, tuh,” ucap Robi.
“Siapa dia?” tanya Aluna dingin.
“Murid baru,” jawab Robi.
“Panggil,” ucap Aluna sambil melipat tangan di dada, tatapannya tajam.
“Ok,” ucap Robi buru-buru pergi.
Beberapa menit kemudian—
“What?” ucap Baskara dengan nada ketus.
“Move your car,” ucap Aluna datar tanpa ekspresi.
“Ini parkiran umum, kan? Bebas lah,” ucap Baskara menatapnya dingin.
“No. This is my place,” ucap Aluna, tajam seperti pisau.
“But why? Masih banyak tempat kosong, nona,” jawab Baskara datar.
“No. Aku tidak suka. Aku suka di sini, jadi pindahkan sekarang,” ucap Aluna tegas, suaranya dingin tapi penuh wibawa.
Baskara menatapnya lama, lalu tanpa bicara masuk ke mobil Aluna dan memarkirkannya sendiri.
“Done,” ucapnya sambil melempar kunci ke arah Aluna.
“Hay fuck!” ucap Aluna kesal, wajahnya memerah menahan emosi.
Ia masuk ke kelas dengan langkah berat. Tasnya dilempar ke meja.
“Hay, kenapa sayang?” ucap Ray menatap Aluna khawatir.
“Diam. Gue lagi bete,” ucap Aluna sambil menatap lapangan basket dari jendela.
“Ok, fine,” ucap Ray sambil mundur, tahu diri. Semua tahu: jangan ganggu Aluna kalau dia lagi marah.
Saat istirahat, Aluna duduk di kantin.
“Mau makan apa?” tanya Ray lembut.
“Spaghetti,” jawab Aluna tanpa menoleh.
“Ok,” ucap Ray lalu pergi memesankan.
Aluna menatap kosong, menyeruput jus pelan.
“Al, lo kenapa?” tanya Tari khawatir.
“Gue benci sama seseorang,” ucap Aluna, suaranya dingin seperti psikopat.
“Siapa?” tanya Risa.
“Murid baru. Belagu banget,” jawab Aluna ketus.
“Yang mana? Bilang sama gue,” ucap Ray sambil menaruh makanan di depan Aluna.
“Next deh, gue makan dulu. Laper,” ucap Aluna, berusaha tenang.
Tiba-tiba Baskara datang, duduk di dekatnya.
Aluna membeku sejenak. Ia tak suka orang asing terlalu dekat.
“Ray,” ucap Aluna pelan, tanpa menoleh.
“Apa, sayang?” jawab Ray lembut.
“Singkirin makhluk deket gue ini,” ucapnya datar.
“Baik,” ucap Ray sambil menepuk bahu Baskara.
“Sorry, ini kursi kita, jadi jangan di sini, ok?” ucap Ray sopan.
“Tapi semua penuh, dan ini yang kosong,” ucap Baskara tetap tenang.
“But I don’t like,” ucap Aluna menatapnya dingin.
“Lo lagi. Kok lo rewel ya jadi cewek,” ucap Baskara ketus.
“Lo nggak suka, pergi,” jawab Aluna tanpa ekspresi.
“Fuck, bitch,” ucap Baskara.
“What?” Aluna langsung bangkit, wajahnya menegang.
“Kamu bilang apa?” ia menarik kerah baju Baskara, tatapannya tajam.
“Fuck, bitch,” ulang Baskara dingin.
BUGG!!!
Tinju Aluna mendarat di pipi Baskara. Semua orang di kantin terdiam.
“Hay, are you okay?” ucap Ray panik, memegang tangan Aluna yang lembut tapi masih mengepal.
“Lo kurang ajar!” teriak Baskara, kesakitan.
“Pukul gue, ayo!” tantang Aluna.
Tanpa pikir panjang, Baskara menamparnya keras—di hadapan semua orang.
“Brengsek lo! Sentuh Aluna!” teriak Ray, langsung menghajar Baskara tanpa ampun. Suara benturan meja dan teriakan murid lain memenuhi udara.
“Aww,” ucap Aluna pelan, tapi wajahnya datar—tak menampakkan marah, sedih, atau malu. Ia duduk kembali, mengambil garpu, dan melanjutkan makannya seolah tak terjadi apa-apa.
“Udah, Ray. Ayok,” ucap Aluna pelan sambil menarik lengan Ray, meninggalkan Baskara yang terkapar. Tari dan Risa ikut pergi, pandangan mereka dingin.
Tak ada yang menolong Baskara.
Sekolah itu… aneh. Hening dan kejam.
“Sekolah aneh, anjir,” gumam Baskara, menatap darah di sudut bibirnya.
“Lo yang aneh. Hari pertama masuk udah berani senggol Aluna,” ucap Robi.
“Siapa dia, anjir?” tanya Baskara kesal.
“Dia cewek paling tajir di sini. Dingin, kayak psikopat. Sahabatnya Ray selalu jagain dia. Satu lagi lebih sangar—namanya Davin, tapi lagi diskors gara-gara tawuran,” jelas Robi.
“Oh gitu…” ucap Baskara pelan, mulai sadar dengan siapa dia berurusan.
“Jadi kalau ketemu geng itu, pura-pura aja nggak liat,” lanjut Robi.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak ok
#like
#vote
#komen
tapi ruwetan baskara aluna🤣
tapi aku suka ama anaknya🤣