NovelToon NovelToon
Althea (Luka Yang Ku Peluk)

Althea (Luka Yang Ku Peluk)

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Nikah Kontrak / Obsesi / Romansa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author:

Althea hanya ingin melupakan masa lalu.
Tapi takdir membawanya pada seorang Marco Dirgantara ,CEO Dirgantara Corp sekaligus mafia yang disegani di Eropa.
Kisah cinta mereka tidak biasa. Penuh luka ,rahasia dan bahaya.

Bab 6 - Rasa yang Tak Bernama

Mobil hitam elegan nan mewah itu melaju membelah jalanan basah antara Amsterdam menuju Rotterdam, di tengah langit Eropa yang kelabu oleh sisa hujan musim semi.

Di dalam kabin ,suasana terasa senyap ,hanya terdengar desah halus mesin dan suara wiper. Althea duduk diam di kursi penumpang belakang, tepat di samping Marco Dirgantara.

Ia menggenggam map berisi berkas rapat hari ini, tapi pikirannya jauh dari kata fokus. Duduk sedekat ini dengan pria seperti Marco bukan hal yang mudah. Pria yang selama ini hanya ia lihat dari jauh, yang penuh kuasa dan misteri ,dan sekarang, hanya berjarak sehelai nafas darinya.

"Sudah makan?" tanya Marco tiba-tiba, menoleh sekilas dari jendela.

Althea terkejut kecil, buru-buru menjawab, “Sudah, Tuan.”

Arga mengangkat alis, mata tajamnya menyipit. “Kita sedang dalam perjalanan kerja sama. Tidak ada hierarki di antara kita hari ini. mulai sekarang Panggil aku Marco.”

“Tapiii ,Tu... ”

Marco memotong cepat dengan menatap tajam.

Gugup, Althea mengangguk. “Baik, Marco.”

Marco tertawa kecil ,suaranya berat dan hangat, bagai kabut yang turun di pagi hari, menyelimuti tapi tak menyentuh.

Di luar, pemandangan berubah menjadi ladang hijau dan kanal-kanal yang berkilau di kejauhan. Tapi di dalam mobil, udara dipenuhi ketegangan yang nyaris tak bisa dijelaskan.

---

Dua jam kemudian, mereka tiba di hotel butik klasik yang terletak di pinggiran Rotterdam, menghadap kanal dan dikelilingi pepohonan yang baru saja menggugurkan air hujan. Marco turun lebih dulu, kemudian tanpa kata ia membukakan pintu untuk Althea.

Althea tertegun ,seseorang yang berpengaruh membukakan pintu untuk karyawan ,yang bahkan baru beberapa hari bekerja sebagai bawahan nya. Dan bukan hanya Althea yang tertegun ,supir pribadinya bahkan sempat menganga terkejut.

Dan beberapa saat ,suara berat itu menyadarkanku.

“Sudah kuatur dua kamar bersebelahan,” katanya, menyerahkan satu kunci elektronik ke tangan Althea.

Tapi saat Althea membuka pintu kamar, alisnya langsung bertaut.

Satu tempat tidur besar ,meja kerja di sudut. Sofa panjang dekat jendela dan hanya satu kamar mandi.

Sebelum sempat bertanya, Marco muncul di ambang pintu sebelah. “Pihak hotel bilang kamar terbatas. Mereka salah input. Apa mau kuurus lagi?”

Althea menggeleng pelan. “Saya bisa tidur di sofa.”

Marco mendekat, menyandarkan diri di kusen. “Kau terlalu tenang, Althea ,dan itu bisa berbahaya.”

“Maksud Anda?”

“Wanita yang tidak takut padaku biasanya justru membuatku ingin tahu lebih dalam.”

Althea tidak menjawab. Ia masuk dan duduk di sofa. Ia menunduk ,membuka laptopnya di atas meja, mencoba tenggelam dalam angka dan kalimat hukum. Tapi jari-jarinya gemetar. Ia membenci efek pria itu terhadap pikirannya.

---

Rapat dengan mitra perusahaan Belanda berlangsung dari siang hingga menjelang senja. Althea kembali tampil mencolok ,bukan dengan gaya, tapi dengan kemampuan dan kepercayaan diri. Ia menjawab pertanyaan dengan lugas, menghadirkan argumen yang bahkan membuat penasihat hukum senior di ruangan itu mengangguk setuju.

Salah satu direktur setempat bahkan sempat memuji langsung di akhir rapat, “She’s brave ,Sharp and classy. You’ve got a rare one here, Mr. Dirgantara.”

Marco hanya mengangguk pelan. Tapi matanya yang terus mengawasi Althea dari awal hingga akhir seolah mengatakan lebih dari seribu kata.

---

Mereka kembali ke hotel menjelang malam. Langit mulai redup, dan hujan tipis kembali turun membasahi jendela. Arga berdiri di balkon, dengan secangkir kopi hitam di tangan. Althea melangkah pelan ke arah pintu, mengenakan sweater abu dan celana panjang santai.

“Kenapa harus saya?” tanyanya tiba-tiba, menatap bayangannya sendiri di kaca balkon.

Marco menoleh. “Karena kau tidak pernah berusaha mencuri perhatianku.”

Ia meletakkan cangkir di pagar balkon dan mendekat satu langkah.

“Karena saat semua orang ingin terlihat, kau malah diam. Dan itu membuatku ingin tahu kenapa.”

Althea menggigit bibir bawahnya. “Saya bukan orang spesial.”

“Memang bukan. Tapi kamu menarik.”

“Apa karena saya tidak takut padamu?”

“Tepatnya ,aku ingin melihat kamu takut. Tapi ternyata kamu setenang itu, dan semakin kau tenang, semakin aku ingin merusaknya.”

Althea mundur setengah langkah, tapi tak menjauh sepenuhnya. “Kalau Anda ingin menghancurkan saya, kenapa tidak dari awal saja?”

Marco mendekat, hanya berjarak satu napas.

“Karena aku belum yakin... kau akan hancur. Bisa jadi, justru aku yang akan hancur duluan.”

Tangan dinginnya menyentuh dagu Althea, ringan, nyaris seperti mimpi. Tapi sentuhan itu membuat napas Althea tercekat.

“Tenang saja,” bisik Marco.

“Aku tidak akan menyentuhmu... kecuali kau yang datang lebih dulu dan memohon kepadaku.”

Lalu ia masuk ke dalam. Meninggalkan Althea sendiri, dengan dada yang kini sesak oleh sesuatu yang tak bisa ia beri nama.

---

Malam turun.

Althea duduk di sofa dengan rambut basah, mengenakan kaus panjang dan celana katun. Laptop masih terbuka, tapi layar hanya menampilkan folder yang belum dibuka. Tangannya tak berhenti bergerak, tapi pikirannya terus melayang pada sorot mata Marco dan kata-katanya yang menggema seperti mantra.

Pukul 22.18.

Hujan deras mengguyur kota. Angin menggetarkan jendela.

Lalu... tiba-tiba listrik padam.

Althea refleks bangkit dari sofa

“Marco?” panggilnya. namun tak ada jawaban.

Ia mengambil senter dari meja, lalu melangkah ke kamar sebelah yang pintunya sedikit terbuka.

Di sana ,Marco berdiri di dekat jendela, hanya mengenakan kaus hitam tipis dan celana tidur. Siluetnya disorot samar oleh kilat yang menyambar langit.

“Althea ,apa kau takut?”tanyanya tanpa menoleh.

“Saya tidak takut.”

Marco menoleh pelan. “Kau memang tidak pernah takut.. ya?”

“Rasa takut tidak membantu saya keluar dari gelap. Jadi saya belajar untuk diam dan berpikir.”

Langkah kaki Marco terdengar mendekat. Hanya satu langkah yang memisahkan mereka.

“Satu kalimat dariku bisa mengubah hidupmu, Althea. Bisa menghancurkanmu... atau menarikmu masuk lebih dalam.”

Althea menelan ludah. “Tapi Anda tidak akan melakukannya.”

“Kenapa saya tidak akan melakukan nya?”

“Karena Anda tahu saya belum siap. Dan Anda... lebih tertarik pada permainan ini daripada hasilnya.”

Marco semakin mendekat hingga napasnya menyentuh pipi Althea.

“Lalu kapan kau akan siap, hem?”

Althea menatapnya, lurus.

“Saat saya berhenti melihat Anda sebagai atasan, dan mulai melihat Anda sebagai lelaki.”

Suasana semakin hening.

Kemudian, dengan gerakan lambat, Marco menyentuh ujung rambut basah Althea ,mengusap nya lembut.

“Kalau begitu... aku akan menunggu.”

Kilatan petir menerangi kamar. Dan saat listrik menyala kembali, Althea masih berdiri di tempat yang sama, mematung. Tapi di dalam dadanya, dunia sudah berubah.

Karena untuk pertama kalinya... dia ia tidak ingin pergi.

Untuk pertama kalinya juga ia tak yakin bisa selamat dari badai yang bernama Marco Dirgantara.

1
ISIMPFORMITSUKI
Mantap jiwaa!
Thảo nguyên đỏ
Gemesin banget karakternya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!