"Salahkah aku mencintainya?" -Regina-
"Ini hanya tidur bersama semalam, itu adalah hal biasa" -Arian-
-
Semuanya berawal dari kesalahan semalam, meski pria yang tidur bersamanya adalah pria yang menggetarkan hati. Namun, Regina tidak pernah menyangka jika malam itu adalah awal dari petaka dalam hidupnya.
Rasa rindu, cinta, yang dia rasakan pada pria yang tidak jelas hubungannya dengannya. Seharusnya dia tidak menaruh hati padanya.
Ketika sebuah kabar pertunangan di umumkan, maka Regina harus menerima dan perlahan pergi dari pria yang hanya menganggapnya teman tidur.
Salahkah aku mencintainya? Ketika Regina harus berada diantara pasangan yang sudah terikat perjodohan sejak kecil. Apakan kali ini takdir akan berpihak padanya atau mungkin dia yang harus menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penipuan
"Bagaimana bisa surat-surat ini palsu?"
Regina menatap map di tangannya dengan gemetar. Hari ini dia pergi ke tempat proyek pembangunan Mal di Luar Kota, dan dia malah menemukan jika tanah yang sudah dia sepakati pembelian harus terjerat sengketa.
"Semua surat itu adalah palsu, dan sekarang pemilik tanah meminta royalti cukup besar. Harga jual semakin tinggi karena pembangunan sudah berjalan lebih dari 30%"
Regina terdiam, tiba-tiba kepalanya terasa pusing. Bagaimana ini bisa terjadi, padahal dia merasa sudah begitu hati-hati dan teliti untuk menjalankan proyek ini. Tapi ternyata dia tidak cukup hati-hati.
"Berapa royalti yang diminta?"
"Sekitar 100 juta"
"Apa si penjual itu tidak bisa dihubungi?"
"Kami masih berusaha untuk menemukannya. Tapi memang dia seolah lenyap di telan bumi"
Regina mengusap wajah kasar, sudah pasti Samuel akan begitu marah padanya karena terlalu ceroboh. Padahal dia sudah memberikan kepercayaan itu pada Regina.
"Katakan pada pemilik tanah, berikan aku waktu satu minggu. Aku akan mencoba mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini. Untuk pembangunan juga dihentikan saja dulu"
"Baik"
Regina kembali mengendarai mobilnya dengan pikiran yang kacau. Bisa-bisanya dia tertipu dengan seseorang yang terlihat cukup dapat dipercaya. Ketika kembali ke Kantor, dia sudah di tunggu Samuel di ruangannya. Atasannya itu tidak mungkin tidak tahu tentang masalah ini, seorang seperti Sam tentu akan mudah tahu dengan masalah yang terjadi dengan Perusahannya.
Regina hanya berdiri diam dengan menunduk di depan meja kerja Samuel, tangannya saling bertaut.
"Jadi, apa yang akan kau lakukan dengan masalah ini? Perusahaan jelas akan rugi besar jika kita tidak bisa cepat menyelesaikan masalah ini"
Regina memejamkan mata, memang dia harus mencari si penjual tanah untuk meminta kembali uangnya, lalu membayar pada si pemilik tanah yang asli.
"Saya akan mencoba mencari orang yang telah menipu itu"
"Aku akan tugaskan orang untuk membantumu mencarinya, tapi untuk royalti yang di minta si pemilik tanah, Perusahaan tidak bisa menanggungnya"
Regina mengangguk mengerti, karena ini murni kesalahannya yang ceroboh, hingga untuk biaya royalti, harus dirinya sendiri yang menanggung. Tapi dari mana dia mendapatkan uang sebanyak itu? Tabungannya pun tidak akan ada setengah dari royalti yang di minta.
Akhirnya Regina menyerahkan semua bukti pembelian dan juga foto orang yang menjual tanah itu pada orang suruhan Samuel. Memintanya untuk membantunya.
"Tolong bantu ya Pak, aku butuh dia segera ditemukan dalam waktu satu minggu ini"
"Baik, semoga kami segera menemukannya"
Regina mengangguk dengan penuh harap. Akhirnya dia kembali ke Apartemen setelah seharian ini begitu melelahkan baginya. Pulang-pergi ke Luar Kota yang cukup memakan waktu dengan mengendarai sendiri. Belum lagi masalah yang sekarang sedang menimpanya.
Regina duduk di sofa, beberapa kali menghembuskan napas kasar. Ketika ponselnya berdering, Regina tidak berniat menerima telepon itu. Sekarang suasana hatinya sedang tidak baik-baik saja. Memikirkan uang royalti yang harus dia berikan pada si pemilik tanah, belum lagi jika orang yang menjual tanah padanya tidak di temukan, maka dia juga harus mengganti kerugian Perusahaan itu. Selain akan di pecat, Regina mungkin akan masuk penjara juga. Membayangkan itu, membuatnya menangis tanpa sadar.
"Hiks.. Aku harus bagaimana sekarang? Jika aku tidak bisa mengembalikan uang itu, maka aku yang akan masuk penjara. Aku tidak mau dipenjara... Hiks.."
Regina menangis di atas sofa dengan memeluk lututnya. Wajah dia sembunyikan di antara lipatan tangan dan lutut. Bahunya bergetar hebat, menangis sejadi-jadinya. Perasaannya semakin takut ketika dia membayangkan jika dirinya akan masuk penjara.
Beberapa kali ponselnya berdering dan notifikasi pesan masuk, sama sekali tidak Regina hiraukan. Saat seperti ini, dia tidak bisa di ganggu.
*
Di Negara yang berbeda, Arian menggerutu kesal karena Regina bahkan mengabaikan telepon dan pesan darinya. Jika saja dia tidak sedang ada pekerjaan di Luar Negara, mungkin sudah dia susul ke Apartemennya dan memarahi gadis itu yang berani mengabaikannya.
"Sial, dia membuatku marah. Kenapa tidak menerima panggilan dariku"
Mencoba sekali lagi dan masih sama, sudah tidak terhitung berapa panggilan yang tidak Regina terima darinya. Membuat Arian benar-benar kesal.
"Dia ini kenapa sih? Apa sibuk sekali dengan pekerjaannya"
Arian melempar ponsel ke tempat tidur dengan kesal. Tidak berhasil menghubungi Regina, membuat suasana hatinya benar-benar buruk. Sampai suara notifikasi pesan masuk, membuat Arian segera meraih ponselnya kembali dan membuka pesan dari Regina.
Maaf, aku sedang banyak pekerjaan. Ada apa?
Tanpa membalas pesan itu, Arian segera menelepon Regina kembali. Tapi malah ditolak oleh gadis itu. "Sial, dia ini kenapa sih? Membuatku kesal saja"
Satu pesan kembali masuk.
Jangan telepon dulu, aku lelah dan ingin tidur. Selamat malam, aku istirahat dulu.
Dan ponselnya langsung tidak aktif lagi setelah mengirimkan pesan itu pada Arian. Membuatnya semakin kesal dan ingin segera pulang.
"Argh sial, berapa lama lagi aku disini. Dia juga kenapa tiba-tiba sekali seperti ini"
Arian merebahkan tubuhnya di tempat tidur, menatap langit-langit kamar hotel yang dia tempati saat ini dengan menghembuskan napas kasar. Pikirannya masih tertuju pada Regina yang tiba-tiba sulit dihubungi.
Sementara di tempat berbeda, Regina masih bingung dengan situasi saat ini. Masih menunggu kabar baik dari orang-orang Samuel yang mencari keberadaan orang yang menipunya.
"Semoga segera ketemu orangnya, dan aku akan berusaha mencari uang untuk membayar royalti"
Beberapa hari berlalu, dan Regina masih terus berusaha mencari tahu dimana keberadaan orang yang telah menipunya.
"Orang suruhanku sudah menemukannya"
Regina langsung mendongak ketika mendengar suara itu. Ternyata itu Samuel yang sudah berdiri di depan meja kerjanya. Regina sedikit menghela napas lega.
"Sekarang kita pergi temui mereka dan juga si pemilik tanah asli juga harus datang. Jika orang itu tidak mengembalikan uang kita, maka aku tidak akan membiarkan dia hidup!"
Regina mengangguk saja, melihat kembali aura kejam dari Samuel. Wajah yang dingin, tatapan tajam menusuk, sebuah tato di lehernya, benar-benar membuatnya semakin terlihat menakutkan.
"Baik Tuan"
Setelah sampai di sebuah Gedung yang terlihat tidak terhuni, tapi saat masuk ke dalam ruangannya cukup luas dan kedap suara.
Regina cukup tertegun melihat seseorang yang berlumur darah di atas lantai, satu matanya pecah dan banyak memar lain di wajah dan tubuhnya. Kedua tangan dan kakinya terikat. Regina menoleh pada Samuel yang duduk tenang di sofa tunggal yang di sediakan.
Regina baru menyadari satu hal, selama ini dia telah bekerja dengan mafia kejam.
Bersambung
Samuel mafia ternyata🥲
semoga reghina slalu baik baik dan kandungan nya sehat,,,Samuel beri perlindungan pada reghina..takut ada yg mencelakai nya
Mungkin ada keajaiban esok hari