NovelToon NovelToon
Friendzone Tapi Menikah

Friendzone Tapi Menikah

Status: sedang berlangsung
Genre:Persahabatan / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Cintapertama / Nikah Kontrak
Popularitas:819
Nilai: 5
Nama Author: B-Blue

Menikahi sahabat sendiri seharusnya sederhana. Tetapi, tidak untuk Avellyne.
Pernikahan dengan Ryos hanyalah jalan keluar dari tekanan keadaan, bukan karena pilihan hati.

Dihantui trauma masa lalu, Avellyne membangun dinding setinggi langit, membuat rumah tangga mereka membeku tanpa sentuhan, tanpa kehangatan, tanpa arah. Setiap langkah Ryos mendekat, dia mundur. Setiap tatapannya melembut, Avellyne justru semakin takut.

Ryos mencintainya dalam diam, menanggung luka yang tidak pernah dia tunjukkan. Dia rela menjadi sahabat, suami, atau bahkan bayangan… asal Avellyne tidak pergi. Tetapi, seberapa lama sebuah hati mampu bertahan di tengah dinginnya seseorang yang terus menolak untuk disembuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon B-Blue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Satu tahun yang lalu untuk pertama kalinya Avellyne dan Marsha bertemu.

Pertemuan tersebut terjadi karena Marsha yang menghubungi Avellyne lebih dulu. Pertemuan mereka tentu saja tanpa sepengetahuan Ryos. Marsha yang meminta agar pertemuan mereka dirahasiakan dan Avellyne tidak keberatan sama sekali. Wanita itu merasa tidak harus memberikan laporan kepada sang sahabat.

"Aku dengar kamu sudah berteman dengan Ryos dari SMA, jadi aku rasa kamu tahu kalau dia sekarang sudah menjadi pimpinan perusahaan. Dia memiliki jadwal yang padat. Kamu pasti tahu kalau Ryos sangat sibuk mengelola perusahaan."

"Hmm, aku tahu. Aku tahu semua jadwalnya dari sekertaris pribadi Ryos. Kebetulan kami juga teman baik. Aku juga tahu siapa saja yang ditemui Ryos. Aku bahkan tahu apakah dia sudah buang besar hari ini atau belum." Sifat seseorang hampir tidak pernah berubah. Sifat tengil dan cara bicara ceplas-ceplos Avellyne sejak SMA masih sama sampai sekarang.

"Kalau kamu tahu jadwal dan kesibukan Ryos, kenapa kamu selalu memintanya untuk menemui kamu? Beberapa kali dia meninggalkan pekerjaan penting dan melimpahkannya kepadaku setiap kali kamu meneleponnya dan meminta dia datang."

"Bukannya itu memang tugas Anda sebagai direktur? Apa gunanya Ryos menggaji Anda kalau dia tidak bisa melimpahkan pekerjaannya kepada orang lain. Kalau tidak suka seharusnya Anda protes langsung ke Ryos, bukan kepadaku yang tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan."

Kesan pertama, pertemuan pertama kali dengan Avellyne membuat Marsha sangat kesal. Raut wajah dan cara bicara Avellyne memang mengesalkan. Bagi Marsha, sahabat Ryos ini terlihat sombong dan angkuh.

"Kalau begitu, kita akan bahas hal lain." Marsha menarik napas dan setelahnya dia meneguk jus yang sudah tersaji.

"Hubungan kalian hanya sebatas sahabat, kan? Tidak lebih dari itu?" tanya Marsha.

"Apa sekarang Anda bertanya hal pribadi?" Kali ini Avellyne tersenyum, dia mulai menyukai arah pembicaraan yang lebih menarik.

"Kalau memang hanya sebatas sahabat jangan begitu mengganggunya. Dia memiliki banyak peker–"

"Loe menyukainya?" Pertanyaan itu sontak membuat Marsha gugup dan tanpa dijawab pun, Avellyne sudah mendapatkan jawaban yang dia inginkan.

"Enggak perlu takut. Gue enggak bakal merebut Ryos dari loe. Andai di dunia ini hanya ada Ryos seorang, gue lebih baik hidup sendiri. Asal loe tahu, gue penganut paham Singlehood." Cara berbicara Avellyne berubah, tidak terlalu formal seperti sebelumnya. Dia cukup senang jika ada seorang wanita yang menyukai sahabatnya itu.

"Ryos cukup sulit ditaklukan. Loe harus berusaha keras untuk mengambil hatinya. Semoga usaha loe untuk mendapatkan Ryos berjalan lancar."

"Gue jadi paham tujuan pertemuan ini. Loe hanya ingin memastikan hubungan kami yang sebenarnya. Loe enggak perlu khawatir." Avellyne kembali tersenyum lalu dia meneguk sedikit minumannya.

"Sepertinya rasa penasaran loe sudah terjawab sekarang dan sepertinya enggak ada yang perlu kita bahas lagi." Avellyne berkata lalu dia melihat jam yang terpasang pada pergelangan tangannya.

"Kalau enggak ada hal penting yang mau loe katakan, gue cabut duluan karena ada urusan penting." Avellyne kembali tersenyum seraya berdiri. Dia menenteng tasnya dan berpamitan untuk terakhir kali sebelum meninggalkan Marsha.

Pertemuan setahun yang lalu adalah yang pertama dan sampai saat ini kedua wanita itu tidak pernah bertemu lagi.

***

Pertemuan dua keluarga di restoran berjalan dengan lancar. Masing-masing orang tua dari Avellyne dan Ryos masih saja tidak percaya dengan anak mereka yang memutuskan untuk menikah.

Karena pertemanan anak-anak mereka, Cintya dan Diajeng pun jadi berteman baik. Tidak ada para lelaki pada pertemuan keluarga ini, kecuali Ryos.

Papi Ryos meninggal setahun yang lalu sedangkan Papa Avellyne tidak diketahui keberadaannya. Saat duduk di kelas sebelas, kedua orang tua Avellyne bercerai dan semenjak itu Avellyne putus hubungan dengan sang Papa. Tidak ada kabar sama sekali. Pria itu menghilang bak ditelan bumi.

"Loe lihatin apa, Vel?" Ryos mengikuti arah pandangan Avellyne, yang melihat ke arah luar jendela, mereka berhenti di tengah jalan karena di depan lampu merah menyala.

Avellyne melihat ke seberang jalan, melihat seorang wanita bersama anaknya tidur di depan toko yang sudah tutup.

"Apa mereka bisa tidur nyenyak di tempat seperti itu? Tidak ada kasur, tidak ada bantal dan tidak ada selimut."

"Menurut loe, apa mereka memang tidak punya rumah atau mereka sengaja terlihat menyedihkan supaya dikasihani orang-orang?" Avellyne mengoceh tanpa memalingkan pandangannya dari sana.

"Ada yang sengaja tidur ngemper demi belas kasih dari pejalan kaki dan enggak sedikit yang memang tidak punya tempat tinggal sendiri."

Avellyne menghela napas seraya kembali melihat ke depan sebab mobil sudah melaju.

Wanita itu teringat dengan dirinya sendiri. Dia memiliki tempat tinggal yang nyaman. Semuanya tersedia lengkap. Dia mempunyai kamar sendiri dan ranjang yang empuk, namun tidak bisa tidur dengan tenang.

"Tumben kamu perhatian sama orang jalanan seperti tadi. Biasanya kamu sebel lihat mereka. Apalagi sama pengamen."

"Pengamen juga lihat-lihat, Yos. Kalau nyanyinya bagus, gue kasih duit. Tapi kalau pengamennya seru-seruan sendiri, ya, gue omelin. Main gitar enggak ada iramanya, nyanyi juga masih bagusan suara gue."

"Avel...." Ryos melirik ke samping untuk sesaat dan bersamaan dengan itu pula, Avellyne menoleh ke arah Ryos.

"Loe sudah yakin mau menikah sama gue?"

"Tadinya gue yakin banget. Tapi, tiba-tiba gue jadi ragu karena pertanyaan loe itu."

"Avel, gue serius!" Ryos kembali melirik lawan bicaranya lalu fokus melihat ke depan.

"Beruntungnya gue bisa memilih loe, Yos. Kalau saja kita tidak sedekat ini, gue bakal menikah dengan pria pilihan Mama. Intinya, entah itu loe atau lelaki lain, ya, gue tetap menikah. Tapi menikahnya karena enggak punya pilihan lain. Mama memaksa. Dan sekali lagi, karena gue punya loe, pernikahan ini akan gue jalani dengan suka rela."

Tidak ada pertanyaan lagi dari Ryos. Dia takut Avellyne berubah pikiran jika dirinya banyak mengoceh soal pilihan tiba-tiba yang diambil sahabatnya itu. Satu hal yang disadarinya, Avellyne pasti mengambil keputusan berat dalam rencana pernikahan ini. Avellyne pasti mengambil jalan yang tidak mudah.

"Gue baru sadar, Yos." Tiba-tiba saja intonasi Avellyne meninggi sehingga membuat Ryos terkejut.

"Seharusnya gue tanya loe dulu, loe enggak punya pacar, kan?"

"Pertanyaan loe telat." Dengan cepat Ryos menjawab.

"Kalau gue punya pacar, maka pertemuan hari ini enggak pernah terjadi dan kemarin sore gue enggak perlu lari-lari keluar dari gerbong kereta."

"Bener juga." Avellyne mengangguk pelan dan dia teringat dengan Marsha.

"Sebelum kita tunangan, loe harus menemui seseorang, Yos. Dia mungkin belum menyatakan perasaannya sampai saat ini. Setahun yang lalu ada perempuan yang menemui gue. Dia kelihatan cinta banget sama loe."

"Kalau loe minta gue ketemuan sama perempuan itu berarti enggak cukup satu. Ada berapa cewek yang suka gue, bahkan ada yang nembak gue, Vel."

"Uww." Avellyne meledek calon suaminya sambil menyipitkan mata, "Wajar, sih. Siapa yang enggak tertarik sama cowok kayak loe."

"Ada kok. Contohnya loe. Loe enggak pernah tertarik sama gue."

"Bukan enggak tertarik, tapi...." Avellyne tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Terlalu berat untuk mengatakan lebih banyak hal.

"Sebenarnya loe enggak begitu kenal siapa gue, Yos." Pandangan Avellyne tetap melihat ke depan, namun sorot matanya kosong. Otaknya terasa penuh dengan berbagai hal dan ketakutan.

"Gue bukan Avellyne yang loe kenal selama ini." Dia menoleh ke samping begitu pun Ryos yang terpaksa melirik wanita yang duduk di sebelahnya. Meski hanya sekilas, namun dia dapat melihat ada rasa putus asa di dalam mata Avellyne.

1
edu2820
Kepincut sama tokohnya. 😉
B-Blue: terimakasih sudah mampir 😊
total 1 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Ceritanya bikin saya ketagihan, gak sabar mau baca kelanjutannya😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!