0o0__0o0
Lyra siswi kelas dua SMA yang dikenal sempurna di mata semua orang. Cantik, berprestasi, dan jadi bintang utama di klub balet sekolah.
Setiap langkah tariannya penuh keanggunan, setiap senyumnya memancarkan cahaya. Di mata teman-temannya, Lyra seperti hidup dalam dunia yang indah dan teratur — dunia yang selalu berputar dengan sempurna.
***
"Gue kasih Lo Ciuman....kalau Lo tidak bolos di jam sekolah sampai akhir." Bisik Lyra.
0o0__0o0
Drexler, dengan sikap dingin dan tatapan tajamnya, membuat Lyra penasaran. Meskipun mereka memiliki karakter berbeda. Lyra tidak bisa menolak ketertarikannya pada Drexler.
Namun, Drexler seperti memiliki dinding pembatas yang kuat, membuat siapapun sulit untuk mendekatinya.
***
"Mau kemana ?" Drexler menarik lengan Lyra. "Gue gak bolos sampai jam akhir."
Glek..! Lyra menelan ludahnya gugup.
"Lyra... You promise, remember ?" Bisik Drexler.
Cup..!
Drexler mencium bibir Lyra, penuh seringai kemenangan.
"DREXLER, FIRST KISS GUE"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nuna Nellys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. 2 miliar 1 ciuman
...0o0__0o0...
...Koridor sekolah ramai oleh suara langkah kaki murid dan obrolan ringan. Cahaya matahari pagi menembus jendela besar, memantul di lantai mengkilap....
...Drexler berjalan di tengah koridor dengan langkah tenang dan pasti. Ekspresinya datar, dingin—seolah dunia di sekitarnya tak berarti apa-apa....
...Dua sahabatnya, Mogi dan Regal, mengikuti di belakang, menjaga jarak seperti pengawal alami....
...Aura mendominasi dari Drexler begitu kuat, membuat siapa pun yang melihatnya refleks menyingkir memberi jalan. Ia di gilai banyak gadis, tapi juga di takuti oleh mereka yang berani mengusikbya. Kombinasi sempurna antara pesona dan bahaya....
...Di ujung koridor, Lyra yang baru keluar dari kelas menatapnya sambil tersenyum kecil. Gadis itu melangkah maju, menghadang jalannya dengan percaya diri....
...“Bedak gue ketinggalan di mobil lo,” ujarnya tanpa basa-basi....
...Drexler berhenti sejenak, menatapnya datar. “Ambil sendiri,” jawabnya singkat, lalu melangkah hendak melewati Lyra begitu saja....
...Lyra mendengus, lalu menarik blazer Drexler dengan cukup kuat hingga cowok itu menghentikan langkahnya....
...Tatapan tajam Drexler menukik ke arahnya, tapi Lyra tak gentar. Keduanya kini berdiri berhadapan di tengah koridor....
...Pemandangan yang langsung menarik perhatian semua siswa di sekitar. Primadona sekolah berhadapan dengan Pangeran Kutub....
...Lyra mengulurkan tangannya ke depan wajah Drexler. “Kunci mobil lo,” katanya santai namun tegas....
...Beberapa detik hening....
...Sorot mata Drexler menelusuri wajah Lyra, lalu bibirnya terangkat sedikit, membentuk seringai tipis....
...“Ambil di apartemen gue,” katanya datar sambil meletakkan kartu akses di telapak tangan Lyra....
...Lyra melotot....
...“What the hell ?”...
...Drexler tidak menjawab. Ia berbalik dan berjalan pergi bersama Mogi dan Regal, meninggalkan Lyra yang masih terpaku menatap kartu akses di tangannya....
...Tak lama kemudian, Giva datang dan langsung merangkul bahu sahabatnya itu....
...“Hai, bestie! Bengong mulu, nanti kesambet lo. Muka lo tuh kayak anak kurang uang jajan.”...
...Lyra masih melongo, menunjukkan kartu di tangannya....
...“Giva... ini gila. Drexler nyuruh gue ke apartemennya!”...
...Giva membelalak. “Serius ? Terus lo mau ke sana ?”...
...Lyra buru-buru memasukkan kartu itu ke saku blazernya....
...“No, no. Gue gak mau ambil risiko. Drexler itu unpredictable.”...
...Mereka berdua mulai berjalan ke arah kelas. “Terus lo rela gitu aja kehilangan bedak lo ?” tanya Giva....
...Lyra terkekeh pelan. “Tentu aja enggak. Tinggal pesan baru, nanti gue tagih duitnya ke Drexler.”...
...0o0__0o0...
...Kantin sekolah ramai seperti biasa....
...Suara tawa dan percakapan bercampur dengan aroma makanan kantin....
...Di sudut ruangan, Lyra duduk bersama Giva, menikmati jus stroberi sambil gibah. Semua tampak normal — sampai tiba-tiba, suara keras memecah suasana....
...“LYRA!!”...
...Semua kepala menoleh. Sinta berdiri di tengah kantin dengan wajah memerah dan mata berkaca-kaca. Tubuhnya gemetar, baju seragamnya tampak kotor....
...“Gue gak nyangka lo sejahat ini, Lyr! Cuma gara-gara lo dendam sama gue, lo nyuruh orang lain siram gue pake kuah bakso panas ?”...
...Lyra mengangkat wajah perlahan. Ekspresinya datar — terlalu tenang untuk seseorang yang baru di fitnah di depan ratusan pasang mata....
...“Excuse me ?” suaranya tenang, tapi tajam....
...Sinta menatap sekeliling, memastikan perhatian semua orang masih padanya....
...“Tadi lo sengaja bayar murid lain buat nyiram bakso panas ke gue di depan kasir, kan ? temen-temen gue jadi saksinya!” katanya dengan nada bergetar seperti korban tulen....
...Beberapa siswa berbisik-bisik. Ada yang terlihat ragu, tapi banyak juga yang tampak penasaran....
...Lyra bangkit perlahan dari kursinya, langkahnya pelan tapi mantap. Ia mendekat ke arah Sinta — cukup dekat sampai gadis itu terlihat gugup....
...“Lo, yakin itu gue ?” tanya Lyra dengan nada lembut, namun matanya menatap tajam. “Padahal gue duduk di sini dari tadi ?”...
...Giva langsung berdiri di sebelah sahabatnya....
...“Bener. Dari tadi Lyra di sini. Gue sama dia dari awal jam istirahat selalu bersama. Jangan fitnah Lo kuyang.”...
...Namun Lyra belum selesai. Ia tersenyum tipis, lalu mengeluarkan ponselnya dari saku blazer....
...Ting..!...
...Pesan masuk dari Unknown, berisi vidio rekaman Cctv kantin....
...“Buka hp kalian semua.” Lyra mengusap layar, menampilkan video singkat. “Buktinya ada disana.” ...
...Tangan'nya dengan cepat nge-share vidion itu ke forum sekolah....
...Sinta memucat. ...
...Ting..! ...
...Ting..! ...
...Ting..!...
...Beberapa detik kemudian, video di layar ponsel semua murid memperlihatkan kebenaran — Bakso panas itu justru tumpah karena Sinta sendiri yang menabrak nampan pelayan, bukan karena ulah Lyra....
...Sorakan kecil dan tawa penuh ejekan mulai terdengar di sekeliling. Banyak hujatan yang mereka lontarkan untuk Sinta....
...“Tuh kan, main drama lagi… Gak pernah bosen ya tuh cewek.”...
...“Basi tau gak, Sinta.”...
..."Kalau gue jadi Lyra udah gue robek congornya."...
..."Minimal kalau hobby ngedrama cari bahan yang berkelas. Jangan yang murahan."...
..."Gak punya modal... Sok berani bertingkah."...
...Lyra menatap Sinta, kali ini dengan senyum tipis yang dingin....
...“Lo hebat, Sin. Akting lo nyaris meyakinkan. Sayang, kenyataan-nya gak sebaik naskah lo.”...
...Sinta menunduk, rahangnya menegang, malu dan marah bercampur di wajahnya....
...Lyra menepuk pundaknya pelan sebelum berlalu. “Next time kalau Lo mau fitnah orang, pastiin dulu mereka gak punya bukti.”...
...Giva menyusul Lyra dengan tawa tertahan. “Bestie, lo tuh gak usah badas banget kali. Kasian juga tuh cewek pickme nangis karena malu.”...
...Lyra hanya tersenyum kecil sambil melangkah keluar dari kantin. “Biarin. Dunia butuh pelajaran — gak semua korban itu beneran korban.”...
...0o0__0o0...
...Angin siang di rooftop berhembus lembut, meniup rambut hitam Drexler. Di kejauhan, suara burung samar terdengar, bercampur dengan tawa Kecil dan obrolan garing....
...Tangga menuju rooftop sunyi....
...Tap..! Tap..! Tap..!...
...Hanya terdengar langkah sepatu Lyra yang berderap pelan menembus keheningan itu....
...Ceklek..!...
...Begitu pintu logam terbuka, pandangan Lyra langsung menemukan Drexler — berdiri bersandar di pagar, tangan di saku celana, wajah tenang seperti patung hidup....
...Tak jauh darinya, Mogi dan Regal duduk santai di atas meja beton, masing-masing memegang minuman dingin....
...Suasana mereka santai… sampai Lyra muncul....
...Mogi langsung bersiul pelan. “Wah, wah… Lihat siapa yang datang ? Queen Lyra.”...
...Regal terkekeh, menatapnya dari atas ke bawah. “Gue pikir lo gak bakal mau naik ke tempat penuh debu dan panas kayak gini.”...
...Lyra menegakkan bahunya, melangkah mantap. “Gue cuma butuh lima menit. Abis itu cabut dari tempat penuh musuh gue dengan sinar matahari dan debu bercampur asap.”...
...Tatapannya beralih ke Drexler. Cowok itu masih di tempatnya, dingin, menatap balik tanpa ekspresi....
...“Gue datang buat nagih sesuatu,” katanya datar....
...Drexler mengangkat alis sedikit....
...“Nagih ?”...
...Lyra mengangguk singkat. “Uang ganti rugi bedak gue. Yang ketinggalan di mobil lo.”...
...Mogi hampir menyemburkan minumannya. “Serius..? Lo naik ke rooftop cuma buat nagih uang bedak ?”...
...Lyra menatapnya datar....
...“Yup. Karena bedak gue mahal. Dan orang yang nyuruh gue ambil ke apartemen-nya harus tanggung jawab.”...
...Drexler menatapnya lama. Tatapannya dalam, datar, tapi jelas ada sesuatu yang berputar di balik mata abu-abu dinginnya....
...“Lo takut datang ke apartemen gue ?”...
...Lyra menyilangkan tangan di dada, senyum miring terbit di bibirnya....
...“Bukan takut. Gue cuma gak punya alasan buat ngambil barang sekecil bedak sampai harus masuk ke wilayah pribadi lo.”...
...Regal tertawa pelan. “Alasan klasik.”...
...Drexler menarik napas pendek, lalu mengeluarkan dompet dari saku celana. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang merah, lalu menyeramkan-nya ke Lyra....
...“Cukup ?”...
...Lyra menatap uang itu, mengangkat alis. “Kurang. Itu cuma setengah harga bedak gue.”...
...Senyum tipis muncul di bibir Drexler....
...“Lo serius ?”...
...“Lo pikir gue bercanda ?” Lyra mencondongkan tubuh-nya sedikit. “Gue gak butuh belas kasihan. Gue cuma minta tanggung jawab. Simple.”...
...Mogi hampir tidak bisa menahan tawanya. “Kasih paham, tuan muda Drexler.”...
...Mereka tau betapa kayanya Drexler. Uang segitu tidak berarti apa-apa buatnya....
...Drexler mendesah pelan, tidak keberatan sama sekali. Ia menatap Lyra lebih dalam....
...“Oke. Berapa ?”...
...Lyra mengangkat dua jari. Tenang. Tanpa beban....
...“Dua juta.”...
...Regal langsung terbatuk....
...“Dua juta ? Itu bedak apa ? bisa bikin orang glowing tiga generasi, gak ?”...
...Lyra hanya tersenyum....
...“Cowok mana paham urusan dunia skincare.”...
...Drexler akhirnya menarik black card dari dompetnya dan menaruhnya di tangan Lyra....
...“Dua miliar. Tapi dengan satu syarat.” Tatapan mata Drexler begitu dalam. “Ciuman sama gue.”...
...Seketika suasana rooftop hening....
...Hanya angin yang berdesir....
...Mogi dan Regal langsung bersorak. “Gila! Tuan muda mulai beraksi!”...
...Lyra menatap kartu hitam di tangannya, lalu menatap Drexler lagi. Pandangannya tajam… bibirnya melengkung membentuk senyum nakal. Ia melangkah maju perlahan, jarak di antara mereka kini hanya sejengkal....
...“Menunduk sedikit,” bisiknya tenang....
...Drexler menatapnya dalam… lalu menunduk. Tatapan mereka bertubrukan, lama....
...Dengan tenang, Lyra menempelkan black card di bibir Drexler lalu menempelkan bibir pink-nya pada kartu itu....
...Hanya beberapa detik. ...
...Sebelum Lyra menarik mundur kepala-nya. menyeringai.. Lalu menarik turun kartunya....
...Hening....
...Bahkan Mogi dan Regal ternganga di tempat. Sedangkan Drexler terdiam terpaku....
...Cup..!...
...Lyra mengecup ujung hidung Drexler....
...“Bonus,” bisiknya pelan, senyum kecil menghiasi wajahnya....
...Lyra mundur dua langkah, memutar tubuh, dan berjalan ke arah pintu. “Thanks, black card-nya… my Ice Boy.”...
...Namun sebelum benar-benar pergi, Lyra berhenti di ambang pintu, menoleh sekilas....
...“Anggap itu balasan. Karena waktu itu lo ngambil first kiss gue dan ninggalin gue gitu aja. Sekarang kita impas.”...
...Lyra melangkah pergi, meninggalkan Drexler yang masih diam di tempat, sementara Mogi dan Regal masih berusaha mencerna apa yang baru saja terjadi....
...Angin berhembus lagi — dingin, tapi anehnya… terasa panas....
...Pintu logam menutup pelan di belakang Lyra. Suaranya bergema samar, lalu lenyap di telan angin....
...Hening beberapa detik....
...Mogi masih menatap kosong ke arah pintu. “Gue… gue barusan liat apa ? Adegan ter epic sepanjang live yang pernah gue lihat....
...Regal menatap Drexler, matanya nyaris copot....
...“Dia—dia nyium lo… pakai black cart ? Bro, itu tadi ciuman paling mahal yang pernah gue liat dalam hidup...
...Drexler diam. Masih di posisi yang sama. Hanya ujung bibirnya yang bergerak pelan — seperti menahan sesuatu antara senyum dan gumaman tak jelas....
...Hanya Lyra yang mampu membuat dunia Drexler berasa jungkir balik....
...0o0__0o0...
😌
dexler udh dateng tuh matilah kau bagas 😂😂
😉🤭😅