Ini adalah lanjutan dari Kultivasi Raja Bayangan, jadi baca dulu jilid pertama dan kedua sebelum ke novel ini...
Liu Yuwen adalah seorang kultivator jenius yang pernah lahir di dunia, ia mencapai puncak beladiri sampai dijuluki sebagai kultivator tiada tanding karena hampir tidak ada yang bisa mengalahkannya.
Di puncak kekuatannya, Liu Yuwen tidak menyangka ia justru akan tewas oleh sebuah racun yang diberikan adiknya.
Racun itu membuat Liu Yuwen terbunuh, dalam kematianmya rasa marah dan dendam menguasai hatinya karena pengkhianat sang adik, Liu Yuwen berjanji akan membalas kejahatan adiknya jika diberi kesempatan.
Nyatanya kesempatan itu terwujud saat Liu Yuwen terbangun di tubuh seorang anak kecil berusia sepuluh tahun.
Liu Yuwen yang mengerti dirinya hidup kembali tidak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk berencana membalaskan dendamnya pada sang adik, meski kekuatan kembali kesemula namun selama dirinya terus berlatih, Liu Yuwen yakin bisa mencapai puncak kekuatannya sepert
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 5 — Gagak Pemakan Daging
Desa tempat Hao Yan tinggal ternyata lebih luas dari yang Liu Yuwen bayangkan saat ia memasuki gerbang, desa tersebut memiliki ukuran setidaknya seperti kota menengah.
Yang menarik perhatian Liu Yuwen adalah adanya oasis di tengah-tengah desa tersebut sementara bangunan para warga mengitari oasisnya.
Melihat ukuran oasis yang seperti danau itu, kini Liu Yuwen bisa lebih memahami kenapa desa ini bisa hidup ditengah padang pasir yang panas dan tandus tersebut.
"Sebaiknya kakek, paman, bibi lebih baik beristirahat terlebih dahulu, aku khawatir ada monster kelelawar lagi jika kita berisik." Jelas Liu Yuwen.
Kelelawar mempunyai indra penglihatan yang buruk tetapi sebagai gantinya pendengaran mereka sangat tajam dari hewan pada umumnya. Liu Yuwen tidak ingin desa itu hancur oleh serangan mamalia terbang tersebut.
"Arahan dewa akan segera kami turuti... Semuanya! Tolong pulang ke rumah kalian masing-masing." Pria sepuh sebelumnya berkata dengan lantang pada warga yang lain.
Setelah dibisikkan oleh Hao Yan, Liu Yuwen baru mengetahui bahwa pria sepuh itu adalah kepala desa di desanya.
Kepala desa menawarkan Liu Yuwen untuk tidur di rumahnya namun ia langsung menolak. "Aku tidak akan tidur dirumah siapapun, aku akan tetap diluar sambil memastikan tidak monster yang menyerang desa ini."
Kepala Desa tidak mendesak lebih jauh. "Baik dewa, dan untuk sebelumnya aku berterimakasih karena Dewa telah menolong kami dari serangan Monster-monster itu."
"Kakek tidak perlu sungkan, Monster kelelawar itu memang pantas untuk dibunuh." Liu Yuwen mengangguk pelan.
Kepala desa memberikan hormatnya pada Liu Yuwen sebelum kemudian ia berpamitan ke rumahnya.
Hao Yan juga ikut berpamitan, sebenarnya ia ingin mengajak Liu Yuwen ke tempat tinggalnya juga tetapi setelah mendengar pemuda itu ingin menjaga keselamatan desa, Hao Yan mengurungkan niat tersebut.
Liu Yuwen lalu melompat ke atap rumah-rumah warga sebelum duduk di salah satu bangunan yang paling tinggi.
"Bangunan di desa ini cukup unik, mungkin ini adalah cara yang mereka temui untuk membangun rumah di tengah gurun..." Gumam Liu Yuwen sambil memperhatikan rumah yang berjajar di desa tersebut.
Mungkin karena berada di padang pasir, rumah warga desa memiliki bentuk kubus dengan atap yang dibiarkan rata. Bangunan ini tidak pernah Liu Yuwen temui baik dikehidupan pertamanya atau di Kekaisaran Langit Utara.
Malam itu Liu Yuwen memilih tidak tidur, ia mengisi qi'nya yang sebelumnya sedikit terkuras dengan permata siluman.
Menyerap permata siluman selama beberapa waktu membuat jumlah benang qi yang Liu Yuwen miliki sudah banyak bertambah, mungkin membutuhkan beberapa minggu lagi hingga dirinya mencapai tiga ribu benang qi.
Liu Yuwen menyelesaikan latihannya setelah merasakan hangatnya matahari pagi. Liu Yuwen kemudian pergi ke danau untuk mencuci wajahnya.
"Hm? Danaunya sedikit manis, apa mungkin ini bukan danau biasa?" Liu Yuwen menemukan kualitas air danau itu cukup berbeda, selain rasanya, air danau tersebut juga terasa menyegarkan.
Tak lama kemudian Liu Yuwen didatangi Kepala Desa setelah ada yang melihat dirinya berada di dekat danau. Kepala desa sempat menawarkan makanan pada Liu Yuwen namun untuk sekali lagi Liu Yuwen menolaknya, beralasan dia sudah makan.
Liu Yuwen bisa melihat kehidupan warga desa ini hidup berkecukupan, tidak ada orang kaya ataupun orang miskin diantara mereka, bisa dikatakan kesenjangan sosial di desa gurun ini hampir tidak ada.
Jangankan untuk memperkaya diri, mereka berkerja hanya untuk bertahan hidup. Para warga di desa ini sebagian besar adalah seorang petani gandum sementara warga lainnya bekerja sebagai pengembala domba.
Kepala Desa mengajak Liu Yuwen untuk berkeliling di desanya, sambil berjalan bersama, ia juga menceritakan desa ini lebih jauh termasuk adat , tradisi, kepercayaan, atau sejenisnya.
Liu Yuwen terkejut ketika mengenal desa gurun tersebut lebih dalam, jika perkiraannya benar, desa ini sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.
"Kek, benda apa yang ada di depan rumah itu?"
Disaat berjalan-jalan, Liu Yuwen menemukan ada banyak altar yang ditaruh disetiap rumah.
"Ah, itu adalah cara kami menyembah dewa dan berdoa... Sebenarnya dulu tidak ada altar-altar itu tetapi sejak Kuil Bulan tak bisa kami kunjungi, terpaksa kami harus beribadah dengan altar-altar tersebut."
Kepala Desa menjelaskan Kuil Bulan yang dimaksud merupakan tempat ibadah dari kepercayaan di desa ini.
Kuil Bulan terletak di luar desa, namun karena ada masalah saat menuju kuil tersebut para warga jadi tidak bisa ke sana lagi.
"Kupikir dengan dewa mengunjungi desa kami, dewa sudah mendengarkan doa-doa yang kami panjatkan untuk mengusir masalah ke kuil itu."
"Kek, sudah kukatakan kalau aku bukan dewa..." Liu Yuwen menggaruk alisnya. "Selain itu, masalah apa yang Kakek maksud hingga para warga tak bisa berkunjung ke sana."
"Gagak pemakan daging, mereka jadi banyak berkeliaran di Kuil Bulan tersebut."
Gagak pemakan daging mungkin bukan ancaman bagi manusia biasa jika hanya ada satu ekor, masalahnya burung tersebut termasuk hewan berkelompok, membuat mereka jadi predator yang lebih berbahaya dari raja hutan sekalipun.
Liu Yuwen mengelus dagunya, sejujurnya ia baru mendengar ada gagak yang memakan daging ini tetapi setelah mendengar penuturan Kepala Desa, Liu Yuwen merasa ia bisa membantu mereka.
"Jika Kakek tidak keberatan, bisakah tunjukkan Kuil Bulan itu berada, mungkin aku bisa membantu menghabisi atau setidaknya mengusir gagak pemakan daging tersebut."
Kepala desa menjadi antusias mendengar Liu Yuwen akan membantu masalah di desanya selama ini, ia kemudian menuntun Liu Yuwen ke gerbang desa yang berada disebelah utara.
"Maaf, aku hanya bisa menuntun dewa sampai gerbang, jika dewa ingin ke Kuil Bulan, dewa hanya perlu berjalan lurus dan nanti kuil yang aku maksud akan terlihat."
Kepala Desa tidak bisa keluar dari benteng begitu saja karena ancaman gagak pemakan daging yang ia ceritakan sebelumnya. Gagak itu kadang bisa sampai ke desa namun tidak dapat masuk karena benteng tinggi yang melindungi desa tersebut.
Gagak pemakan daging hanya bisa terbang setinggi sepuluh meter sementara tembok ini memiliki ketinggian sampai belasan meter. Sebagai gantinya, gagak pemakan daging memiliki kecepatan terbang layaknya seperti seekor elang.
Liu Yuwen mengangguk mengerti, ia kemudian berjalan lurus seperti yang Kepala Desa itu katakan.
Baru beberapa menit berjalan, Liu Yuwen menemukan ada satu gagak yang memiliki bulu putih yang cukup indah. Gagak itu mempunyai ukuran seperti gagak pada umumnya hanya saja warnanya yang berbeda.
Yang menarik perhatian Liu Yuwen, dibalik bulu putih gagak itu ada noda darah merah yang mewarnai bulunya.
Gagak putih yang dilihat Liu Yuwen kemudian menyadari keberadaan pemuda itu, seketika ia bersuara dengan begitu nyaring.
Beberapa saat kemudian, terlihat ribuan gagak putih yang terbang menuju Liu Yuwen, gagak tadi ternyata bersuara untuk memanggil kawanannya.
Liu Yuwen menyipitkan matanya ketika melihat jumlah gagak tersebut, ia sadar mengatasi gagak pemakan daging ini tidak semudah yang ia pikirkan.