Kalisha Maheswari diwajibkan menikah karena mendapat wasiat dari mendiang Kakek Neneknya. Dirinya harus menikah dengan laki laki yang sombong dan angkuh.
Bukan tanpa sebab, laki laki itu juga memaksanya untuk menerima pernikahannya karena ingin menyelamatkan harta mendiang kakeknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaJenaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kontrak Pernikahan
Khalisa duduk di tepi ranjang. Saat Edward keluar dari kamar mandi, Khalisa sedikit melirik ke arah tempat burung keperkasaan Edward. Hanya sepersekian detik, Khalisa lega. Peristiwa itu membuatnya merinding.
"Kenapa kamu?" Celetuk Edward yang sempat melihat tubuh Khalisa meremang.
"Mas, sepertinya kita harus jaga jarak. Kita tidak boleh saling jatuh cinta kan?" Ucap Khalisa yang sedikit membuat Edward terkejut.
Pria 28 tahun itu tak menyangka dengan ucapan Khalisa. Hatinya tiba-tiba merasakan sayatan pisau tumpul. Memang terkadang, dirinya tidak sadar dengan apa yang terjadi. Tapi ciuman itu membuatnya merasa candu.
"Memangnya aku terlihat jatuh cinta padamu?" Jawab Edward dengan lantang.
Kini giliran Khalisa yang mendapat luka. Khalisa terdiam sejenak. Tanpa sadar, setetes air mata mengalir dari kelopak matanya.
"Baiklah, selama ini hanya karena nafsu semata," batin Khalisa.
"Oke, baiklah mas. Anggap saja yang kemarin itu hanya latihan saja," ujar Khalisa yang berusaha terlihat biasa saja.
"Maksudnya? Latihan apa?" tanya Edward yang bingung dengan ucapan Khalisa.
"Iya, latihan ciuman. Kamu dengan jodohmu, aku dengan jodohku kelak. Siapa tau kau mau menikah dengan Riana," jawab Khalisa dengan sinis.
"Apa?! Jangan menyebutnya lagi. Memangnya kamu ada rencana menikah lagi nanti? Memangnya kamu sudah punya kandidat calon suami?" Edward mencecar banyak pertanyaaan kepada Khalisa.
"Ya aku menikah lagi dong. Siapa tau jodohku adalah sekertarismu sendiri. Oh, dia sangat lucu!!" Jawab Khalisa dengan mimik wajah gemas.
"Apa?! berani sekali kau ingin menjadikan Fian sebegai calon suamimu," ungkap Edward dengan nada yang sedikit meninggi.
"Lah memangnya kenapa? Kalau kita saling mencintai, why not?" Balas Khalisa.
Edward kemudian menghembuskan nafas kasarnya. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Namun jika dilihat dari raut wajahnya, tersimpan kemarahan yang mendalam.
"Apa itu? Dia marah? Dasar suami aneh! harusnya itu cemburu, bilang kek jangan ya, kamu milikku atau gimana gitu," gerutu Khalisa dalam hati.
Khalisa kemudian pergi keluar dari kamarnya. Saat berada di dapur, ia melihat Megan yang sedang berbincang dengan Pak Yahya. Namun belum sampai di dapur, Khalisa kembali naik ke atas untuk menemui Edward.
Terlihat Edward yang sedang menelfon seseorang kemudian memarahinya. Saat tau Khalisa kembali ke kamarnya, Edward dengan sigap mematikan sambungan telfonnya.
"Ada apa?" tanya Edward dengan sinis.
"Mas, boleh aku bicara?" Tanya Khalisa dengan mode serius.
"Tidak, aku duluan yang berbicara." Jawab Edward yang kemudian duduk berhadapan dengan Khalisa.
"Baiklah." Sahut Khalisa pasrah.
"Aku akan membatalkan kontrak pernikahan kita." Ucap Edward yang membuat Khalisa terkejut.
"Mas mau menceraikan aku?" Tanya Khalisa.
"Tidak. Aku tidak bilang akan menceraikanmu," Jawab Edward.
"Lalu kenapa mas membatalkan kontrak pernikahan kita?" Tanya Khalisa yang masih bingung.
"Memangnya perlu alasan?" Jawab Edward yang membuat Khalisa semakin bingung. Khalisa pun tak menjawab pertanyaan Edward.
"Apa kamu keberatan?" Tanya Edward kembali.
Khalisa masih terdiam. Pikirannya tiba-tiba kacau.
Kenapa? mengapa? Apa alasannya? kenapa tiba-tiba? pertanyaan itu selalu muncul di benak Khalisa saat ini. Ada perasaan senang, namun juga takut. Baru saja tadi, Edward mengatakan seolah dia tak mencintai Khalisa, namun situasi itu berubah mendadak hanya dengan hitungan menit. Khalisa takut dimanfaatkan. Khalisa sadar, bahwa sejak awal dia hanyalah korban dari keegoisan Edward.
Melihat respon Khalisa yang masih diam, Edward memutuskan untuk tak membahas itu.
"Kamu mau berbicara apa?" Tanya Edward yang berhasil memecah keheningan di antara mereka.
Khalisa berusaha tenang, ia sadar bahwa dirinya harus menyampaikan apa yang harus ia sampaikan.
"Aku ingin membicarakan tentang kedua adikmu mas." jawab Khalisa.
"Kenapa lagi mereka? Apa mereka mengganggumu?" Tanya Edward dengan memicingkan matanya.
"Tidak mas, aku kasihan sama mereka." Tutur Khalisa.
"Kenapa kasihan?" Tanya Edward bingung.
"Mereka hidup sendiri mas di luar negeri. Apa kamu tidak ingin menyekolahkan kedua adikmu di dekat sini saja? Apalagi yang aku dengar , hidup diluar negeri itu pergaulannya bebas. Apa kamu tidak takut tentang pergaulan kedua adikmu itu?" Ungkap Khalisa dengan sangat berhati-hati.
Edward pun terdiam dan berfikir. Apa yang dikatakan Khalisa memang benar. Selama ini, Edward hanya menyuruh orang saja untuk memantau segala aktivitas kedua adiknya. Bahkan untuk mengunjungi mereka pun jika sempat saja. Namun,Edward juga ingin kedua adiknya menempuh pendidikan yang berkualitas.
"Besok , Megan dan Radit akan kembali. Lebih baik kamu pikirkan kembali. Ingat mas, yang terbaik buat kamu belum tentu terbaik untuk mereka." Tutur Khalisa yang lagi-lagi membuat Edward berpikir keras.
"Baiklah aku akan memikirkannya." Ucap Edward yang kemudian melangkah pergi meninggalkan Khalisa.
Khalisa menatap kepergian Edward dengan sedikit kesal.
"Iishhh! Kok di tinggal sih!" gerutu Khalisa.
Edward menghilang dibalik pintu, namun belum semenit pintu itu terbuka. Kepalanya menyembul sedikit di pintu kamarnya.
"Apa kamu sudah mengecek hasil pengumuman penerimaan karyawan?" Tanya Edward yang membuat Khalisa kaget.
"Ya ampun mas, ngagetin aja sih! Iya aku lupa," Jawab Khalisa yang kemudian mengeluarkan ponselnya.
Terlihat sebuah email dari perusahaan tempat ia bekerja. Ia pun mengklik email itu dan membacanya.
"Selamat anda diterima di perusahaan sebagai admin..." Ucap Khalisa yang terdengar lirih namun masih terdengar.
"Mas.. aku diterima mas! Mas aku diterima!!" Teriak Khalisa dengan kegirangan. Ia pun seperti anak kecil yang sudah mendapatkan jackpot. Khalisa kemudian berlari menuju. Edward dan tanpa sadar ia pun memeluk Edward dengan erat.Butiran air matanya mulai menetes membasahi pipinya.
Edward terkesiap mendapatkan pelukan erat dari Khalisa. Tubuhnya menjadi sedikit kaku, namun sepertinya hatinya sedang berpesta di dalamnya.
Khalisa tersadar bahwa dirinya sudah memeluk erat Edward, ia mulai mengendurkan pelukannya lalu melepasnya. Sisa air mata Khalisa masih terlihat membasahi pipinya.
"Hei. Kamu nangis?" Tanya Edward dengan menyeka air mata istrinya itu.
"Aku hanya terharu mas. Aku tidak menyangka bahwa aku diterima bekerja." Ucap Khalisa yang bersemangat.
"Selamat ya. Aku tau kamu pasti bisa." Ucap Edward dengan memberikan senyum termanisnya.
Blusssshhh!! Wajah Khalisa memerah, membuatnya salah tingkah.
jangan pergi juga lho Mbah.. gimana nasib khalisa 😢