Dulu Renes berkenalan sejak masih kecil bahkan saat Valia melaksanakan pendidikan, renes selalu ada. Tapi sayang saat akan bertunangan, Valia kabur memilih menjadi istri senior yang notabene adalah duda satu anak. Luka hati tersebut membuatnya sulit menerima hadirnya wanita lain di dalam hidupnya.
Namun di waktu berganti, siapa yang menyangka Tuhan mengirimkan gadis pecicilan, kekanakan, ceroboh dan keras kepala hingga kecerobohan gadis itu membuat Renes harus bertanggung jawab dan menikahi gadis tersebut, gadis yang juga adalah adik dari suami mantan kekasihnya.
Belum cukup dengan itu, sulitnya mengatakan cinta membuat sahabatnya Aria, masuk ke tengah hubungan mereka dan membuat Renes meradang. Apakah sebenarnya Renes mencintai gadis itu.
Saat bunga rasa mulai bermekaran, ujian cinta datang. Kehilangan kekasih hati membuat guncangan batin yang hebat pada diri Renes, hingga Tuhan kembali mengirim satu cinta yang sebenarnya ia pendam dalam diamnya sejak lama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Salah paham ( 1 ).
Hari-hari berlalu. Sore itu selepas dinas, Bang Renes begitu menginginkan Fia. Lama menahan diri membuat hasratnya tak terbendung lagi. Ia mendekat, meraih wajah Fia dengan lembut, dan mengecup bibirnya dengan penuh kasih sayang bercampur na*su memuncak di ujung kepala. Fia membalas ciuman itu, merasakan kehangatan dan cinta yang terpancar dari suaminya.
"Abang kangen banget, Sayang," bisik Bang Renes di sela-sela ciuman mereka.
Fia tersenyum dan mengangguk. "Fia juga, Bang" jawabnya.
Bang Renes semakin mempererat pelukannya, seolah tak ingin melepaskan Fia barang sedetik pun. Ia menciumi wajah Fia, dari kening, pipi, hingga dagu. Fia hanya bisa pasrah menikmati setiap sentuhan dari suaminya.
Namun, di tengah kemesraan itu, pikiran Fia tiba-tiba melayang pada Tata. Ia teringat akan kekhawatiran dan kegelisahannya terhadap sahabatnya itu. Ia merasa bersalah karena belum bisa menghubungi Tata dan menanyakan kabarnya.
Fia melepaskan pelukan Bang Renes dan menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Bang, tunggu sebentar..!!" ucap Fia. "Fia mau telepon Tata dulu."
Bang Renes mengerutkan keningnya. "Tata? Ada apa dengan Tata?" tanyanya.
"Fia sudah lama tidak menghubunginya, Bang," jawab Fia. "Fia khawatir dia kenapa-kenapa."
Bang Renes menghela napas panjang. Ia mengerti kekhawatiran Fia terhadap sahabatnya. "Nanti, sayang..!!"
"Tapiii....."
Tatapan Bang Renes sudah tajam membunuh, ia tau tidak akan baik hasilnya mengabaikan hasrat suaminya yang tengah memuncak. Fia berjinjit melingkarkan kedua lengan di belakang tengkuk Bang Renes.
Tak banyak basa basi dengan liarnya Bang Renes menyambar bibir Fia, de*ahnya lepas begitu saja.
"Sayaaaang..!!" Suara Bang Renes sudah serak berat.
...
Menjelang maghrib, rambut Fia masih tergulung handuk. Ia menyapu teras depan rumah, menikmati udara segar sambil menunggu waktu sholat. Namun, ketenangan itu terusik ketika Tata tiba-tiba datang dengan wajah marah.
"Maksud kamu apa, Fi???" bentak Tata, suaranya menggema di lingkungan yang tenang itu. "Kamu berniat menggoda Bang Hara, menggulung rambut basah untuk menunjukan lehermu yang putih bersemu bercak???"
Fia terkejut dan menghentikan aktivitasnya. Ia menatap Tata dengan bingung. "Menggoda? Apa maksud kamu, Ta?" tanyanya.
"Jangan pura-pura tidak tau..!!" balas Tata dengan nada sinis. "Kamu sengaja kan, menggulung rambut basahmu. Kamu masih berharap Bang Hara melirikmu?? iya kan??"
"Astaga, Ta..!! Kamu bicara apa sih???" seru Fia, mulai terpancing emosi. "Aku sama sekali tidak ada maksud seperti itu! Aku sudah bahagia dengan Bang Renes, kenapa aku harus menggoda Bang Hara????"
"Bohong..!!!" teriak Tata. "Aku lihat sendiri bagaimana kamu sengaja menatap Bang Hara. Kamu masih menyimpan perasaan sama dia, kan????"
"Itu hanya perasaan kamu saja, Ta!" bantah Fia. "Aku sudah menganggap Bang Hara seperti Abangku sendiri..!! Tidak lebih..!!"
Perdebatan semakin memanas. Suara mereka semakin meninggi, menarik perhatian orang-orang di sekitar. Kebetulan, Bang Hara baru saja tiba dan langsung menghampiri mereka.
"Ada apa ini?" tanya Bang Hara dengan nada khawatir.
"Ini urusan kami..!!! Abang pulang saja..!!" jawab Tata dengan ketus. "Abang tidak perlu ikut campur..!!"
"Tidak, Ta! Ini juga urusan Abang..!!" balas Bang Hara. "Abang tidak mau kalian bertengkar tidak jelas."
"Kenapa? Abang takut ketahuan kalau Abang juga masih mencintai Fia????" tantang Tata.
Bang Hara terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab bagaimana atas kemarahan dan kecemburuan Tata.
Melihat situasi semakin tidak terkendali, Bang Renes akhirnya keluar dari rumah. Ia yang baru saja selesai mandi segera memakai kaosnya. Bang Hara sempat melihat tanda kepemilikan di sekitar dada sahabat nya.
Bang Renes menghampiri Fia dan merangkulnya dengan erat.
"Ada apa ini, Sayang?" tanya Bang Renes dengan lembut.
"Tata menuduh Fia menggoda Bang Hara, Bang..!!" jawab Fia dengan nada kesal.
Bang Renes menatap Tata dengan tatapan tajam. "Apa benar yang kamu katakan itu?" tanyanya.
"Benar..!!" jawab Tata dengan yakin dan berani. "Tata merasa Fia diam-diam memantau Bang Hara dari balik tirai teras. Fia masih mencintainya. Dan Bang Hara, sedikit pun tidak pernah mau berdekatan dengan Tata. Foto USG dan foto Fia masih ada di rumah dan ponselnya."
Lirikan Bang Renes terlihat tajam mengarah pada Bang Hara.
"Kalian masuk, ini urusan pribadi. Kita selesaikan di dalam..!!" Perintah Bang Renes.
~
Tata, Fia, dan Bang Hara terdiam. Aura Bang Renes yang biasanya tenang kini memancarkan ketegasan yang tak terbantahkan. Tanpa banyak bicara, mereka semua melangkah masuk ke dalam rumah Fia. Suasana di ruang tamu terasa mencekam, lebih dingin dari udara sore yang beranjak maghrib.
Fia segera duduk di sofa, wajahnya masih memerah karena emosi dan rasa malu. Bang Renes berdiri di sampingnya, sedikit mengeringkan rambutnya lalu menyimpan handuk basah itu di belakang sofa. Bang Renes berdiri seolah menjadi perisai.
Bang Hara memilih berdiri agak jauh, di dekat jendela, menghindari tatapan semua orang. Sementara Tata, dengan mata menyala, tetap berdiri di tengah ruangan, seolah siap melanjutkan pertempuran.
"Sekarang, jelaskan," Bang Renes memulai, tatapannya beralih ke Tata. "Apa maksud semua tuduhanmu, Tata?"
"Maksud Tata jelas, Bang Renes!" jawab Tata, suaranya masih penuh amarah. "Fia itu masih mencintai Bang Hara..!! Rambut basahnya sengaja memancing perhatian Bang Hara, dan Bang Hara juga masih menyimpan foto-foto Fia, bahkan foto USG-nya. Apa itu bukan bukti kalau mereka masih saling berharap??"
Fia sontak terkesiap. "Tata..!!! Itu tidak benar..!! Aku sudah bahagia dengan Bang Renes! Aku tidak pernah punya niat seperti itu!"
"Apa yang bisa aku percaya dari mulutmu??"
Fia terdiam, bingung mencari alasan. Ia memang sempat merasa bersalah dan bingung harus bicara apa pada.
Bang Renes menatap Fia, lalu beralih ke Bang Hara. "Hara, apa benar kamu masih menyimpan foto-foto Fia?" tanyanya, nadanya datar namun menusuk.
Bang Hara menunduk. "Itu... itu foto lama, Ren. Belum sempat aku kembalikan." jawabnya lirih.
"Belum sempat atau tidak mau?" Bentak Bang Renes sinis. "Seharusnya sudah lama kamu kembalikan..!! Kalau memang sudah tidak ada apa-apa..!!"
Bang Renes kembali menghela napas menahan emosi. Ia tau ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar foto lama. Ia menatap Bang Hara dengan tatapan yang menuntut kejujuran. "Har, aku tau kamu dan Fia punya masa lalu. Tapi sekarang, Fia istri saya. Dan kamu, kamu sudah menikah dengan Tata. Apa yang sebenarnya terjadi antara kalian berdua dan Tata?"
Bang Hara mengangkat kepalanya, menatap Bang Renes, lalu beralih ke Tata yang kini menatapnya dengan tatapan terluka. Ia tau ia tidak bisa lagi menyembunyikan kebenaran.
"Ren, Ta... Saya minta maaf," ucap Bang Hara, suaranya bergetar. "Saya memang masih menyimpan perasaan untuk Fia. Saya menikahi Tata karena saya ingin melupakan Fia."
"B*****t.." Jemari Bang Renes mengepal kuat. Amarahnya memuncak.
Pengakuan Bang Hara menghantam Tata seperti palu godam. Air matanya yang tadi tertahan kini tumpah ruah. Fia juga terkejut sampai bersandar lemas, ia tidak menyangka Bang Hara dengan jantannya mengakui hal itu di depan suaminya.
"Jadi benar?" isak Tata. "Tata hanya pelarian??? Hanya pengganti Fia?"
Bang Hara mendekati Tata, mencoba meraih tangannya. "Nggak, dek..!! Nggak seperti itu..!! Abang memang memulai pernikahan ini dengan alasan yang salah, tapi Abang berusaha memperbaiki diri. Ingin menjadi imam yang baik untukmu."
"Omong kosong!" teriak Tata, menepis tangan Bang Hara. "Abang tidak bisa mencintai Tata kalau hati Abang masih untuk wanita lain..!!! Tata akan gugurkan kandungan ini, Tata benci Abaaang..!!!!!"
Bang Hara syok bukan main.
Fia pun ikut terguncang, ia meraih tangan Bang Renes.
"Abang, perut Fia kram. Sakit sekali." Rintih Fia.
Secepatnya Bang Hara berusaha menenangkan Tata. Ia memeluknya dengan erat berusaha meredakan emosinya. "Jangan di apa-apakan..!! Abang sayang kalian..!!"
Namun, Tata semakin histeris, memberontak dalam pelukan Bang Hara.
"Abang sayang Tata. Demi Allah, Abang sayang..!!" Bujuknya.
.
.
.
.
bagus detun, kerjain ayahmu biar gak emosian terus, bang Renes mabok sekalian ngidam disusul bang David jg kebobolan 😂😂😂