"Salahkah aku mencintainya?" -Regina-
"Ini hanya tidur bersama semalam, itu adalah hal biasa" -Arian-
-
Semuanya berawal dari kesalahan semalam, meski pria yang tidur bersamanya adalah pria yang menggetarkan hati. Namun, Regina tidak pernah menyangka jika malam itu adalah awal dari petaka dalam hidupnya.
Rasa rindu, cinta, yang dia rasakan pada pria yang tidak jelas hubungannya dengannya. Seharusnya dia tidak menaruh hati padanya.
Ketika sebuah kabar pertunangan di umumkan, maka Regina harus menerima dan perlahan pergi dari pria yang hanya menganggapnya teman tidur.
Salahkah aku mencintainya? Ketika Regina harus berada diantara pasangan yang sudah terikat perjodohan sejak kecil. Apakan kali ini takdir akan berpihak padanya atau mungkin dia yang harus menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa Itu Anakku?
Sebuah dering ponsel menyadarkan Arian yang baru saja tertidur beberapa jam saja. Tertidur di atas sofa dengan beberapa kaleng minuman yang berserak di atas meja. Mengambil ponsel di atas meja dengan mata masih setengah terpejam.
"Hallo"
"Apa benar ini dengan suaminya Nona Evelina?"
"Ya, saya sendiri"
"Tuan, tolong segera ke rumah sakit, istri anda mengalami kecelakaan"
Arian langsung benar-benar terbangun, terkejut dengan kabar itu. Seseorang yang meneleponnya mengabari nama rumah sakit tempat Evelina berada. Masih berada di Luar Kota.
"Saya akan segera kesana"
Arian mematikan sambungan telepon, segera bersiap dengan terburu-buru dan pergi menggunakan mobilnya. Evelina berjanji akan pulang pagi ini, dan mungkin dia mengalami kecelakaan saat berada dalam perjalanan pulang.
Dalam perjalanan yang cukup memakan waktu, akhirnya Arian sampai di rumah sakit tempat istrinya berada. Segera berlari masuk ke dalam rumah sakit itu, bertanya dimana keberadaan Evelina. Setelah di beritahu ruang rawat istrinya, Arian langsung berlari menyusuri lorong rumah sakit.
Namun, langkah kaki terhenti dalam seketika. Membeku seolah kakinya tertancap pada bumi dan tidak bisa bergerak. Dada berdebar di iringi rasa sesak. Seorang perempuan yang keluar dari sebuah ruangan dengan menggendong bayi.
"Regina?"
Sebuah panggilan dari suara yang paling dia kenal selama ini, membuat Regina hampir tidak bisa bergerak dari tempatnya. Tubuhnya membeku dalam seketika, dadanya berdebar begitu kencang. Matanya terpejam untuk menyangkal apa yang ada dalam pikirannya adalah salah.
"Ka-kamu disini ternyata?"
Suara itu semakin jelas terdengar, langkah kaki yang mendekat padanya. Regina memeluk bayi dalam gendongannya semakin erat. Dia menghembuskan napas pelan, bahkan tidak berani untuk menoleh pada pria yang memanggilnya. Dia takut tidak bisa menahannya.
"Re, kamu disini? Sebenarnya apa yang-"
"Saya permisi dulu"
Regina langsung berjalan cepat meninggalkan Arian. Benar-benar tanpan menoleh dan menatapnya. Karena dia sudah bisa mengenali hanya dari suara dan aroma parfum di bajunya.
"Regina, tunggu aku!"
Arian ingin mengejarnya, ketika sebuah tangan menahannya. Dia menoleh dan melihat Evelina yang berada di sampingnya dengan duduk di kursi roda. Dibelakangnya ada seorang perawat yang mendorong kursi roda, keningnya terlihat terpasang perban.
"Kak, kamu sudah datang ternyata"
Arian tidak menjawab, dia menatap punggung perempuan yang menghilang di balik dinding. Tidak bisa kehilangan Regina begitu saja, tapi dia tidak bisa meninggalkan Evelina begitu saja.
"Eve, kamu tidak papa 'kan? Aku harus pergi sebentar, nanti aku kembali kesini"
"Kak, jangan pergi dulu. Aku harus ada tanda tangan Kak Arian untuk izin pulang. Aku mau pulang"
Arian hanya bisa menghela napas ketika Evelina menahannya. Yang membuatnya sulit karena apapun alasannya, Evelina tetap istrinya sekarang. Jadi, dia beralih ke belakang kursi roda dan menggantikan perawat untuk mendorong kursi roda yang di duduki Evelina.
Mengantarnya ke ruangan, Arian hanya banyak diam ketika dia masih mengingat wajah Regina yang begitu jelas, meski terlihat lebih tirus, dan dia ... menggendong bayi.
Bayi siapa dalam gendongannya itu? Apa di mempunyai anak? Tapi, dia tidak bersama dengan pria itu, lalu bayi siapa itu?
"Kak, kata Dokter aku tetap harus rawat inap satu malam disini"
Arian mengerjap pelan, dia menoleh pada istrinya yang berada di ranjang pasien. Dia mengangguk pelan. "Bagaimana kau bisa kecelekaan?"
"Aku tidak terlalu fokus, jadi tidak melihat ada mobil lain yang melawan arah. Akhirnya kita tabrakan. Orang itu keadaannya mungkin lebih parah dari aku, tapi ini salah dia juga yang melawan arah"
Arian mengangguk mengerti, dia menarik kursi di samping ranjang pasien dan duduk disana.
"Yaudah, sekarang kamu istirahat saja"
"Iya Kak"
Arian mengambil ponselnya, lalu dia keluar dari ruangan setelah melihat Evelina benar-benar tertidur. Arian menelepon seseorang.
"Aku sudah menemukannya, bayi yang bersamanya apa itu adalah anaknya?"
"Haha.. Akhirnya kau bisa menemukannya ya. Bayi? Ah, dia sudah melahirkan rupanya"
"Jadi, itu adalah anaknya? Dia belum meni... Sam, jawab aku sekarang, apa itu anakku?"
"Haha.. Kenapa kau berpikir itu adalah anakmu? Apa hubungan kalian memang sudah sejauh itu"
"Sam!"
"Kau cari tahu saja sendiri"
Arian mengusap wajah kasar, mendengar Regina melahirkan seorang anak. Sementara Arian tahu jika dia tidak kembali bersama dengan pria yang dia temui saat di Hotel malam itu. Dan itu artinya, bayi itu ... kemungkinan adalah anaknya.
"Kasih sekali pasien yang melahirkan kemarin. Dia datang menggunakan taksi online, dan hanya seorang diri. Sama sekali tidak ada yang menemaninya"
"Siapa namanya? Kasihan sekali"
"Regina Ariputri"
Arian tidak sengaja mendengarkan percakapan dari dua orang perawat yang berjalan melewatinya. Dia langsung memanggil dua perawat itu.
"Em, maaf tadi pasien yang anda bicarakan itu, benar melahirkan disini?"
Meski dua orang perawat itu terlihat bingung, tapi mereka menganggukan kepalanya.
"Iya, dia melahirkan seorang bayi perempuan. Dan baru kembali tadi pagi"
"Em, apa dia benar seorang diri datang kesini? Apa tidak ditemani suaminya?"
"Tidak, dia datang sendiri"
"Em, aku boleh meminta alamat rumahnya? Aku adalah kerabatnya. Dia baru saja pindah kesini, dan aku tidak tahu dimana dia tinggal disini"
"Ah, begitu ya. Baiklah"
*
Regina kembali ke Apartemen dengan napas terengah-engah. Masih begitu terkejut setelah bertemu dengan Arian tanpa sengaja. Bahkan dia tidak pernah menyangka jika Arian akan datang di saat seperti ini.
"Ya ampun Nak, Ibu sangat terkejut. Kamu akan baik-baik saja bersama Ibu" Regina membawa anaknya ke dalam kamar, menidurkannya di tempat tidur. "Untung saja dia tidak mengejarku sampai kesini"
Regina menyelimuti anaknya, memasang guling kecil di sisi kanan dan kiri anaknya. Setelah itu, dia pergi ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan berganti pakaian. Untuk berjalan, dia masih begitu sulit. Jadi, harus dilakukan dengan pelan-pelan. Meski tadi, dia berjalan cukup cepat karena takut Arian akan mengejarnya.
"Semoga dia tidak mencariku lagi"
Ketika selesai mandi dan berganti pakaian, suara bel pintu mengejutkan Regina dalam seketika.
"Siapa yang datang?"
Bersambung
terimakasih banyak thour,,akhir nya tamat dan happy ending🥰🥰🥰🥰🥰
BTW makasih author , di tunggu karya berikut nya 💪🏼💪🏼😍😍
Peluk sayang kakek nenek nya Arian 🤗🤗
Jadi tetap semangat
Menikah dulu lah baru na ni nu ne no 😂😂😂