Demi bisa mendekati cinta sejatinya yang bereinkarnasi menjadi gadis SMA. Albert Stuart rela bertransmigrasi ke tubuh remaja SMA yang nakal juga playboy yang bernama Darrel Washington.
Namun usaha mendekati gadis itu terhalang masa lalu Darrel yang memiliki banyak pacar. Gadis itu bernama Nilam Renjana (Nilam), gadis berparas cantik dan beraroma melati juga rempah. Albert kerap mendapati Nilam diikuti dua sosok aneh yang menjadi penjaga juga penghalang baginya.
Siapakah Nilam yang sebenarnya, siapa yang menjaga Nilam dengan begitu ketat?
Apakah di kehidupannya yang sekarang Albert bisa bersatu dengan Cinta sejatinya. ikuti kisah Darrel dan Nilam Renjana terus ya...
Novel ini mengandung unsur mitos, komedi dan obrolan dewasa (Dimohon untuk bijak dalam membaca)
Cerita di novel ini hanya fiksi jika ada kesamaan nama dan tempat, murni dari kreativitas penulis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : The Silent Jealousy
Tanda Cinta
"Hari setelah aku berikrar untuk merelakan mu. Aku memilih pergi. Bukan karena tidak ada lagi cinta, tapi karena terlalu kecewa. Aku seakan terlalu bersemangat mempertahankan cinta ini, seperti...
Cinta bertepuk sebelah tangan.
Namun, malam itu... Bayanganmu hadir, samar, serupa desir angin yang mengabarkan bahwa kehangatan itu masih ada. Sosoknya tidak berwujud, namun napasnya masih menari di antara aroma dedaunan dan embun yang menyapa di ujung pagi.
Pelukanmu menggantung di udara. Aku tidak ingin lagi tersentuh. Kubiarkan kekosongan ini menyapa malam-malam ku yang sudah kau biarkan terdiam bersama gigil kerinduan."
Kau adalah luka yang tidak ingin ku sembuhkan.
(POV NILAM)
Pagi, aroma kopi dan tumpukan berkas yang nyaris menutupi wajah Albert. Ia mendesah gelisah, memejamkan matanya dengan dada bergetar tanpa sebab. Namun, cahaya matahari menampar kesadarannya bahwa Kecemburuan membuat ia semakin jauh pada Nilam.
Albert terlalu lama merawat luka akibat cemburu dan kemarahannya dengan cara menjauhi Nilam, tenggelam pada hobinya berburu darah manusia. Sementara ia tidak pernah tahu bagaimana kekecewaan Nilam semakin dalam dan merambat liar bagai tanaman perdu yang tumbuh di dinding hatinya, akibat sikap Albert yang dingin dan acuh tak acuh.
Dia memindai tumpukan dokumen yang seharusnya ia pelajari. Perasaannya terombang ambing antara bertahan dalam ke-diam-an dan larut bersama tumpukan dokumen atau berusaha menenangkan dan membujuk Nilam.
Lama Albert terdiam.
"Aku buta karena cemburu, aku membara sendirian tanpa memperdulikan perasaanmu. Aku pengecut yang masih menggenggam cinta hanya untukmu, Nilam. Aku tidak tahan lagi dengan rangkaian kesepian ini. The silent Jealousy. Nilam, jangan tinggalkan aku... " gumam Albert sambil menekan dada kirinya yang berdenyut kencang.
Suara handle pintu dibuka, perlahan daun pintu bergeser. Sosok perempuan cantik masuk dengan wajah tersenyum. Kakinya yang jenjang dan indah melangkah masuk tanpa ragu, pinggulnya yang penuh bergoyang setiap kali ujung high heels nya menghentak lantai marmer.
Dia, Angelia.
Seorang maid di rumah Darrel yang sudah menawarkan diri menjadi santapan Albert. Pertamakali darahnya dihisap, ia sangat ketakutan. Namun, setelah merasakan hal aneh yang terjadi pada tubuhnya, ia menjadi ketagihan. Angel selalu berupaya agar malam pertama itu terjadi lagi dan lagi.
"Untuk apa kamu kemari?" tanya Albert menampakkan wajah tidak suka.
"Aku mengantarkan santapan makan siang mu, Tuan." Angel mendekat.
Albert tidak melihat Angel membawa lunch box seperti yang biasa dibawakan oleh pengemudi keluarga Cleo. Dia mendengus kesal lalu membuang muka ke arah jendela.
Angel menurunkan kerah Sabrina nya hingga leher yang jenjang terekspos dengan sempurna. Gigitan Albert malam itu masih membekas dan membentuk pola berupa hurup Gaelik Scotlandia.
"Apa Tuan tidak lapar?" Angel mendekatkan leher jenjangnya dekat dengan wajah Albert.
Albert menggeram kesal. Ia mendorong tubuh Angel hingga gadis itu terjatuh ke lantai. Mata Albert menggelap. Rahangnya mengeras dengan gigi gemerutuk hingga angel menggigil takut mendengar suara geram dan wajah menyeramkan Albert.
"Keluar dari sini!" usir Albert
"Jadikan aku vampire seperti anda, Tuan." pintanya sambil memegang kaki Albert.
Angelia merangkak dan mendongakkan kepalanya menatap Albert yang masih duduk di kursi kerjanya. Tatapan matanya seperti anjing yang memohon di elus oleh sang majikan, ia menempelkan wajahnya di kaki Albert.
Jiwa dominan Albert nyaris terpancing. Namun, ia sangat sadar, tidak boleh ada perempuan lain yang menjadi selir dalam kehidupannya. Hanya Nilam yang akan jadi permaisuri sekaligus perempuan satu-satunya dalam kehidupannya.
Albert menarik rambut Angelia ke belakang. Ia mengelus lembut wajah Angelia dengan tatapan dingin. Ia merasakan denyut jantung lain di tubuh Angelia. Denyut jantung itu lemah, sangat lemah.
"Kamu bukan wanitaku, kamu hanya santapanku saat aku bosan!" ucapnya, suaranya dingin dengan manik matanya yang menggelap.
"Hisap lah aku sesuka hatimu, Tuan. Aku rela menjadi budakmu," ucap Angelia tanpa rasa takut. Namun, tatapan matanya penuh siasat.
Jakun Albert naik turun, pertanda ia terpancing untuk membu nuh
"Aarrggkk... " Albert menggeram hingga urat di lehernya mengeras, wajahnya menghadap langit-langit, taringnya mulai mencuat. Ia mulai kecanduan darah manusia. Seakan terus menerus merasakan lapar semenjak menghisap darah Angelia.
Gadis itu menyeringai. Tipuannya kini akan berhasil.
Bruak! Prankk!
Angelia terhempas ke dinding kaca. Tubuhnya membentur tembok kaca setelah Albert melemparkannya dengan keras hingga tubuh gadis itu menembus dinding kaca ruangan Albert dan melayang di udara dari lantai dua puluh lima.
Mata Angelia terbuka dengan lebar menatap ke bawah, tubuhnya semakin mendekati aspal. Hal yang tidak pernah ia duga dan tidak oernahbia prediksi kemarahan Albert padanya.
Kini tubuh Angelia terhempas di aspal parkiran kantor Albert dengan kondisi mengenaskan.
Di lantai dua puluh lima, dengan sihirnya Albert menutup dinding kacanya kembali seperti semula, seakan tidak pernah terjadi apapun.
Suara pintu dibuka tergesa. Leon masuk ruangan Albert dengan wajah panik. Matanya menatap lantai, kedua tangannya dia remas di depan tubuhnya.
Albert mengalihkan tatapannya dari dokumen yang sedang di tanda tangani ke arah Leon yang sudah berdiri di hadapannya.
"Ada apa?" tanyanya dengan nada dingin.
"Tu... Tuan, ada kecelakaan. Se-seorang melompat dari rooftop kantor kita." Leon menunduk dalam.
"Lalu?" tanya Albert. Ia langsung berdiri dengan sikap biasa, santai dan tenang.
"Kami sudah menghubungi pihak berwajib dan ambulance. Tapi masalahnya... " Leon menggantung ucapannya.
"Masalahnya? Apa... " tatapan Albert penuh selidik.
"Resepsionis bilang, tadi perempuan itu pamit ke ruangan anda untuk mengantarkan makan siang. Karena gadis itu menunjukkan kartu pengenal sebagai maid di rumah anda, petugas resepsionis mengizinkannya menemui anda," tutur Leon.
Ia mendengus kesal, "Pecat resepsionis itu sekarang juga! Sejak tadi tidak ada yang masuk ke ruanganku," bantah Albert.
Albert bisa menutup dinding kacanya yang pecah dan juga menghapus rekaman CCTV, tapi ia melupakan petugas resepsionis.
"Ta-tapi, Tuan Darrel... Selama ini ia adalah pegawai teladan di kantor kita."
"Teladan bukan berarti bebas dari kesalahan, bukan? Bagaimana jika perempuan itu adalah pembunuh yang menyamar dan berpura-pura menjadi maid di rumahku?!" cecar Albert.
Di tempat lain, Santanu baru saja mendapatkan informasi jika orang suruhannya baru saja mengalami insiden. Terjatuh dari rooftop kantor cabang miliknya. Ia mengepalkan kedua telapak tangannya dengan wajah muram. Usahanya untuk menjebak Albert harus gagal lagi. Ia harus membuktikan jika sosok Darrel yang ada di kastil milik mertuanya adalah seorang Vampire, bukan Darrel yang sebenarnya.
Santanu segera berangkat ke lokasi kejadian untuk mencari celah kesalahan Albert yang kini berada di tubuh putra semata wayangnya. Sesampainya di lokasi kejadian, Santanu bertemu dengan Albert. Pertemuan pertama setelah 'Darrel' memutuskan menempati kastil.
"Bagaimana tanggung jawabmu terhadap karyawan ku?" tanya Santanu pada Albert
Albert menyeringai dan berjalan lebih mendekat pada Santanu dengan wajah tenang. "Karyawan? Bukankah ia gundik papa? Bagaimana jika mama tahu hubungan kalian, hm?" bisik Albert.
Santanu terkejut, ia tidak menyangka Darrel tahu hubungannya dengan Angelia.
"Aku bisa saja membunuhnya, tapi aku memikirkan calon adik yang ada dalam kandungannya," bisik Darrel dengan tatapan Kemenangan. "Ahh, aku rasa dia terlalu frustasi karena berkali-kali harus menggugurkan kandungannya, karena papa tidak menginginkan anak lain selain dari mama dan juga istri papa yang lain. Bukan begitu?" ungkap Darrel mengusap bahu Santanu dengan tenang dan santai.
"Ba-bagaimana... Kamu tahu Ratih? Angelia, dia hamil. Lagi?" seketika wajah Santanu memucat, tubuhnya gemetar.
"Apa mama tahu istrimu yang lain, Pa? Ratih namanya, hmm... " sindir Darrel.
"Da-darrel... Ini bukan seperti yang kamu pikirkan!" sanggah Santanu dengan wajah ketakutan.
"Memangnya apa yang aku pikirkan, menurutmu, Pa?" Darrel menelisik wajah Santanu yang semakin pias.
Dari arah sisi lain, sosok perempuan yang sejak tadi mendengarkan obrolan Ayah-anak bersitegang kini keluar dari persembunyiannya.
"Sejak kapan, Tanu? Sejak kapan kamu mengelabui ku...?" cecar Cleo, airmatanya sudah menganak sungai di pipinya yang mulus dan bersinar.
"Cleo ... !" pekik Santanu
Cleo menggelengkan kepalanya pelan dengan wajah sedih, dadanya sesak, tubuhnya sedikit bergetar karena terlalu shock. Selama ini ia sangat mencintai suaminya. Namun, ternyata Santanu berselingkuh di belakangnya.