"Hans, cukup! kamu udah kelewat batas dan keterlaluan menuduh mas Arka seperti itu! Dia suamiku, dan dia mencintaiku, Hans. Mana mungkin memberikan racun untuk istri tersayangnya?" sanggah Nadine.
"Terserah kamu, Nad. Tapi kamu sekarang sedang berada di rumah sakit! Apapun barang atau kiriman yang akan kamu terima, harus dicek terlebih dahulu." ucap dokter Hans, masih mencegah Nadine agar tidak memakan kue tersebut.
"Tidak perlu, Hans. Justru dengan begini, aku lebih yakin apakah mas Arka benar-benar mencintaiku, atau sudah mengkhianatiku." ucap Nadine pelan sambil memandangi kue itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alfphyrizhmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35 - Cibiran dari Pegawai Senior
"Hei! Jangan pernah sebut nama dokter aneh itu di hadapanku! Apalagi di depan Nadine. Nanti hidupnya dia akan penuh teror dan mencekam jika berkenalan dengan si dokter aneh itu!" kata Hans gelagapan, ia bingung harus ngomong apalagi. Apapun kalimat ia ucapkan, asal Nadine tidak usah berkenalan atau mencari tahu sosok dokter kulit itu.
Walaupun, pada akhirnya Nadine akan berkomunikasi juga dengan dokter Zidan. Hanya tinggal menunggu waktu saja.
"Kenapa, dok? Takut ada saingan ya... dalam mendapatkan si buruk rupa itu?" ejek Naomi.
"Cie...cie, takut ayang beb si manusia setengah mumi nya dicomot dokter dingin, tuh! Udah lah, daripada ngejar yang nggak pasti, mending milih diantara kami. Dokter Hans lebih baik sama kita-kita aja, ya! Kami bertujuh lho, dok... dijamin bakalan puas dan dokter akan senang terus setiap hari!" pancing Lilly, menggoda dokter Hans dengan jurus mematikan yang sulit ditolak lelaki hidung belang.
Ucapan Lilly, menurut Nadine dan Bu Minah, sudah kelewat batas wajar dalam menggoda. Seolah merendahkan dirinya sendiri, gampang sekali untuk dimiliki cowok hidung belang, termasuk Hans.
Hans mulai goyah oleh godaan barusan. Perasaannya ingin mempertahankan gengsi untuk mempertahankan dan membela Nadine.
Tapi, jauh di dalam hati kecilnya, ia merasa lapar dan langsung ngiler melihat ketujuh pegawai senior itu. Apalagi penampilan ketujuhnya sangat menggoda dengan make up menor sekali.
Rencana Hans ingin berbuat kotor dan keji kepada cinta pertamanya, Nadine, justru berbelok arah kepada tujuh gadis cantik dengan godaan dan rayuan maut.
Hans justru berpikiran ingin mencicipi ketujuhnya, mumpung masih dapat lampu hijau dan semuanya rela untuk diapa-apain oleh dirinya.
Hans sudah terbuai dan tergoda, tidak bisa diselamatkan lagi. Hatinya kini, sudah bercabang antara ingin memiliki Nadine seutuhnya, atau mencicipi para pegawai senior, walaupun cuma sesekali.
"Kalian nggak boleh menggoda saya dengan rayuan seperti itu! Saya akan tetap memilih Nadine! Walaupun ditolak berkali-kali, saya yakin, suatu saat hatinya akan terbuka dan luluh!" ungkapnya setengah berbohong, lebih milih mempertahankan idealisme dan gengsinya di depan semua orang.
"Yaampun, dok. Masih aja mempertahankan barang bekas dan bulukan begitu!" kata Lilly.
"Bener banget, Ly! Padahal, barang bagus ada di depan matanya. Tujuh lagi! Malah ditolak mentah-mentah. Rejeki nomplok nggak dateng dua kali, dok!" ancam Naomi, yang merasa bahwa lekuk dan keindahan tubuhnya, pasti akan membuat dokter Hans menyesal, karena telah menolaknya.
Dokter Hans masih bersikeras dengan argumen dan pendiriannya.
Sementara, ketujuh pegawai senior yang terdiri dari staf dan perawat, masih menggoda dan merayu dokter Hans dengan berbagai jurus.
Beberapa rayuan maut, telah sukses meluluhkan keteguhan dan pendirian dokter Hans. Sampai-sampai, dokter itu punya niat sangat kotor untuk mencicipi ketujuhnya! Niat itu, ia rencanakan diluar target untuk memiliki Nadine seutuhnya.
Tanpa disadari oleh Hans dan alinasi dari ketujuh pegawai senior yang sedang berdebat, Nadine mengedipkan sebelah mata kepada Bu Minah.
Kode itu diterima dengan baik oleh Bu Minah, lantaran Nadine senyum puas, seolah berkata 'Aku sukses memiliki satu budak cinta yang akan membela dan memperjuangkanku hingga kapanpun!'
Hans masih tidak terima perlakuan ketujuh pegawai senior kepada Nadine. Ia membentak mereka satu per satu, seolah membela dan menjadi tameng di depan Nadine langsung. Hans berharap, semoga tindakan kali ini diperhitungkan Nadine, supaya sedikit membuka hati untuknya.
Padahal, semua itu nilainya kosong. Justru di dalam benak dan pikiran Nadine, wanita itu tertawa puas melihat budaknya mati-matian membela dirinya.
Ketujuh pegawai senior itu akhirnya berlalu sambil melambaikan tangan dengan wajah genit, ke arah dokter Hans, sebagai rayuan terakhir mereka.
Dokter Hans pura-pura menggelengkan kepala, agar terlihat sok menolak ketujuh gadis cantik itu di hadapan Nadine dan Bu Minah.
"Ckckck... Mereka udah ngebuka aib sendiri. Orang-orang tadi nggak cocok kerja di rumah sakit ini, pantesnya di club malem !" kata Hans, masih jaim di hadapan Nadine.
Nadine cuma tertawa dalam hati mendengar kebohongan Hans barusan. Bu Minah masih takjub oleh keteguhan dokter Hans menolak ketujuh pegawai cantik dengan badan aduhai itu, lalu memilih majikannya dengan wajah buruk rupa. Wanita paruh baya itu, masih tidak habis pikir atas cinta tulus dokter Hans pada Nadine.
"Halah... yang ngomong juga sama!" jawab Nadine seenaknya.
Hans dan Bu Minah kaget, Nadine sekonyong-konyong mengatakan hal barusan.
"Nyonya... tolong dijaga ucapannya. Dokter Hans ini udah ngebela dan melindungi nyonya di depan para pegawai senior iseng itu!" kata Bu Minah, membela dokter Hans.
Dokter Hans tersenyum sambil mengangguk, lalu memberikan jempol kepada Bu Minah.
"Kamu jahat banget, Nad! Udah capek-capek kubela dan kutolong, ini balasanmu?" sanggah Hans dengan nada dan wajah memelas.
"Ya... kalo kamu tulus bilang itu semua, makasih banget, sih! Tapi, kalo cuma sandiwara dan omong kosong, aku sumpahin kamu beneran cocok kerja di club malem, bareng mereka bertujuh!" ketus Nadine, menatap dokter yang selama ini menolongnya, dengan wajah santai.
Nadine selalu membentengi diri dan menolak Hans, karena ia membaca dan paham niat terselubung dokter itu pada dirinya. Niat paling kotor dan busuk.
Maka, sedini mungkin, Nadine harus menolak, atau bahkan membuat Hans tidak nyaman berada disekitarnya. Namun, Nadine masih belum serius melakukan hal tersebut. Karena masih butuh dan memanfaatkan fasilitas maupun koneksi Hans, untuk mencapai tujuannya.
Sementara Hans, daripada ia merasa tersudut oleh ucapan Nadine, langsung ganti topik pembicaraan,
"Eh tapi, Nad... selama bareng para petinggi, sikap dan karaktermu ngingetin aku sama Nadine sewaktu SMP, lho! Dan itu sosok yang kuinginkan darimu."
"Haa...lah, masa sih?" tanya Nadine dengan senyum tipis, meremehkan pujian Hans barusan.
"Bener, Nad. Aku nggak bohong! Aku butuh sosok Nadine yang ceria dan penuh semangat seperti beberapa menit yang lalu. Lihat sendiri, kan? Bahkan para petinggi rumah sakit ini langsung suka dengan kepribadianmu yang polos dan ceria itu, sampai-sampai dikasih naik pangkat!" Hans kembali memuji Nadine.
"Cuma perasaanmu aja kali, Hans. Aku tetap Nadine yang kamu kenal seperti biasanya!" ungkapnya seolah tidak terjadi apa-apa pada kepribadiannya.
Hans ingin menolak, tapi capek dan letih. Ia tahu, Nadine akan menyanggah lagi. Terus memberikan sanggahan hingga menguras waktu lebih banyak untuk menentukan siapa yang paling keras kepala diantara mereka.
Hans lebih memilih menyerah dengan bersikap diam.
Bu Minah tambah geleng-geleng kepala dibuat Nadine. Dalam kurun waktu waktu kurang dari satu jam, wanita paruh baya itu menyaksikan secara langsung, perubahan sikap dan kepribadian Nadine secara random dan singkat.
Mungkin, saat itu Nadine memiliki tiga sampai empat kepribadian yang berbeda, dan switch dengan cepat sekali sesuai mood majikannya itu.
"Nad... aku ingin tanya sesuatu." Hans angkat bicara lagi, kali ini tatapan matanya nampak serius.
"Ada apa?"
"Saat pertama kali bertemu denganmu, setelah sekian lama, tidak kulihat Nadine yang polos dan ceria seperti barusan. Tolong jawab jujur, ke mana sosok Nadine yang seperti itu? Apakah setelah menikah dengan Arka, sosok periang dan polos itu menghilang?"
pertanyaan Hans ini, adalah salah satu pertanyaan yang sangat berkualitas. Membuat Nadine kebingungan untuk menjawab.
Bersambung......