NovelToon NovelToon
Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Suami Dan Anak Ku Bukan Untuk Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Persahabatan / Cinta Murni / Dijodohkan Orang Tua / Teman lama bertemu kembali / Pernikahan rahasia
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Vismimood_

Menjadi Istri kedua atau menjadi madu dari Istri pertama sudah pasti bukan sebuah mimpi dan harapan, bahkan mungkin semua wanita menghindari pernikahan semacam itu.
Sama halnya dengan Claire yang sudah menyusun mimpi indah untuk sepanjang hidupnya, menikah dengan suami idaman dan menjadi satu-satunya Istri yang paling cintai.
Namun mimpi indah itu harus kandas karena hutang Papanya, uang miliaran yang harus didapatkan dalam dua bulan telah menjadi kan Claire korban.
Claire akhirnya menikah dengan pengusaha yang berhasil menjamin kebangkitan perusahaan papanya, Claire dinikahi hanya untuk diminta melahirkan keturunan pengusaha itu.
Segala pertentangan terus terjadi di dalam pernikahan mereka, Claire yang keras menolak hamil sedangkan jelas tujuan pernikahan mereka untuk keturunan.
Kisah yang sedikit rumit antara satu suami dan dua istri ini dialami Claire, Brian, dan Tania. Akan seperti apa akhirnya pernikahan itu, jika keturunan tak kunjung hadir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tersisih

Raka sudah menunggu di Bandara untuk menjemput tuannya itu, Raka meninggalkan urusan kantor karena perintah Jihan. Sekarang ia sudah berdiri di samping mobil menanti kedatangan pengantin baru itu, Raka sudah mendengar tentang kehamilan Claire dan ia juga turut senang dengan itu.

"Raka." Panggil Brian.

Raka menoleh dan langsung berlari menghampiri, Raka mengambil alih semua barang bawaan Brian dan Claire. Kini Brian bisa menggandeng Claire dengan bebas, langkah Claire begitu diperhatikannya karena khawatir tersandung.

"Silahkan." Ucap Raka membukakan pintu setelah semua barang itu masuk bagasi.

"Awas kepala." Ucap Brian.

Mereka lantas masuk dan pergi meninggalkan Bandara, sama seperti Tania yang tak tahu kondisi Claire, Brian dan Claire tak tahu kondisi Tania. Saat ini Tania juga sedang dijemput oleh sopir pribadi Bima, entah siapa yang akan sampai duluan ke rumah.

Lama diperjalanan akhirnya mobil Brian sampai ke halaman rumah, namun siapa sangka jika mobil Bima pun datang berikutnya memasuki halaman. Mereka datang bersamaan tapi Brian tidak tahu jika mobil itu diisi oleh Tania, Brian tetap fokus pada Claire, membantunya turun dan memapahnya masuk.

"Diam dulu Pak." Pintar Tania.

"Baik."

Tania memperhatikan Brian di luar sana, lelaki itu begitu telaten menjaga Claire, benarkah mereka sudah sedekat itu. Perasaan Tania seketika memanas melihat suami dan madunya itu, pantas saja Brian tidak perduli dengan Tania karena memang mereka tampak begitu mesra.

Di dalam sana Claire dibuat terkejut oleh mereka semua, ditambah dengan kehadiran Ellena dan Dirga diantara mereka. Claire mendadak haru setelah lama tidak melihat orang tuanya, kini mereka ada di depan matanya turut bersorak menyambut kepulangannya.

"Claire, syukurlah kalian sampai dengan selamat." Ucap Jihan yang langsung memeluk Claire dengan eratnya.

Brian tersenyum dan sempat menatap Bagas, lelaki itu sepertinya ikut terharu karena wajahnya yang sedikit lebih jelek. Brian mengerjap ketika Jihan berpindah memeluk dirinya, Brian mendengar sedikit isakan Jihan saat ini.

"Jaga dia, jaga calon anak kamu. Mama mohon."

Brian mengusap punggung Jihan, tanpa diminta pun Brian akan melakukannya sebaik mungkin. Setelah Jihan mundur kini Ellena tampak maju, ia begitu ragu untuk mendekati putrinya sendiri, Ellena tahu kesalahannya sangatlah besar.

"Claire, Mama-"

Ellena menggantung kalimatnya dan memilih langsung memeluk Claire, kali ini tangis Claire pun pecah dipelukan Ellena. Claire memang marah pada orang tuanya, tapi Claire juga merindukan mereka selama ini.

"Maafkan Mama Claire, Mama selalu berdoa semoga kamu bahagia meski Mama sudah sangat bersalah."

Claire tak berniat membalas pelukan Ellena, rasanya dengan tidak menolak pelukan itu pun sudah cukup bagi Claire. Setelah drama pelukan itu akhirnya Claire dan Brian digiring ke atas sana, Jihan dan Ellena kompak mendampingi Brian dan Claire, sedangkan yang lainnya berlomba untuk sampai ke kamar lebih dulu.

"Ada apa ini?" Tanya Brian.

"Biarkan saja, mereka memang sibuk bermain dengan Giska sejak tadi." Sahut Jihan asal.

Mereka tak tahu jika Tania menyaksikan kehebohan itu, mereka bahkan melupakan Tania yang juga pulang hari ini. Dengan menahan sesak dadanya Tania berjalan menaiki tangga perlahan, Tania tidak mau mereka melihat Tania sekarang.

"Biar Mama saja." Ucap Ellena.

Ellena memajukan langkahnya dan membuka pintu perlahan, hingga pintu itu terbuka sempurna menunjukan Claire juga Brian.

"Surprise!" Teriak mereka kompak seraya menyemburkan party popper pada Claire dan Brian.

"Aaaa!" Teriak Giska yang terkejut dengan semburan kertas itu.

"Aku terkejut!" Ungkap Giska seraya menekan kedua pipinya gemas.

Mereka semua tertawa karena tingkah Giska, betapa menggemaskan bocah lima tahun itu. Brian kembali memapah Claire memasuki kamar, sepanjang langkah Claire memperhatikan seisi ruangan, manis sekali dekorasinya.

"Selamat datang calon Mama." Ucap Yunia yang akhirnya memeluk Claire.

"Aaa." Rengek Claire yang kembali menangis dan membalas pelukan Yunia.

"Selamat ya Brian." Ucap Bima.

Brian mengangguk dan sempat memeluk papanya itu, Bagas juga mengucapkan hal yang sama diikuti oleh Dirga. Brian sempat mencium tangan Dirga sebagai ucapan terimakasihnya telah memberikan Claire padanya, sekarang calon keturunan Brian ada di rahim Claire.

"Mana dede bayi mana!" Tagih Giska dipangkuan Claire.

Kedatangan Giska berhasil memisahkan Claire dan Yunia, Claire langsung membawa Giska ke pangkuannya. Dikecupnya kedua pipi Giska penuh sayang, Claire juga merindukan bocah kecil itu.

"Mana bayi Tante, Mama bilang Tante akan kasih bayi."

"Bayinya ada di sini." Sahut Yunia seraya mengusap perut rata Claire.

"Disini?"

"Iya."

"Di sini bukan bayi, di sini itu usus sama jantung." Ucap Giska asal.

Sontak saja kalimat itu mengundang tawa kompak mereka lagi, bagaimana bisa usus dan jantung tetanggaan. Giska turut tertawa meski tak mengerti tujuan tawa mereka apa, setelahnya Giska turun dan mengambil satu tangkai bunga mawar putih lalu diberikan pada Claire.

"Tante kedua, nanti tidur sama aku."

"Oke."

Giska memeluk Claire dengan eratnya, saat ini Claire merasakan perhatian dan kasih sayang mereka yang begitu besar. Claire tak menyangka imbas dari kehamilannya itu sebesar ini, penuh haru dan kasih sayang.

"Kamu merasakan apa sekarang, mual atau pusing atau apa?" Tanya Jihan yang menyusul masuk.

"Sedikit pusing."

"Ya sudah, kita makan dulu ya habis itu kamu istirahat. Kamu harus minum obat atau vitamin?"

"Ada."

Jihan mengangguk dan berjalan membawakan makanan untuk Claire, sebenarnya di kamar sudah ada hidangan sehingga Jihan tak perlu repot mendapatkan makanan itu. Dirga mengajak mereka untuk menikmati hidangan yang ada, setelah beberapa saat merepotkan diri dengan sambutan itu, kini mereka mulai menikmati waktunya dengan tenang.

"Giska, sini jangan ganggu Tante kedua terus."

"Tidak apa-apa Yunia." Sahut Claire.

Giska tersenyum dan berlalu saat Brian duduk di samping Claire, Giska ikut merecoki mereka yang tengah makan. Sesekali mereka melihat Brian dan Claire disana, sekarang Brian terlihat begitu manis memperlakukan Claire.

Ellena yang melihat itu merasa sangat senang, semoga saja ini bukan kebahagiaan sesaat. Brian harus selamanya menyayangi Claire, sekali pun ada Tania tapi Brian harus lebih fokus pada Claire.

"Opa, makan ini." Ucap Giska yang menyuapi Bima.

Kebahagiaan mereka di dalam sana justru membuat Tania menangis dalam diam di luar kamar, Tania melihat itu semua, melihat mereka semua di sana. Sekarang Tania sudah tahu jika Claire sedang hamil, pantas saja Brian begitu tega mengabaikan Tania, rupanya karena Claire sudah berhasil hamil dan sebentar lagi akan benar-benar mewujudkan mimpi besar Brian.

"Selamat Mas." Gumam Tania yang memilih memasuki kamarnya saja.

Mereka mengabaikan Tania, tapi sepertinya itu memang pantas karena Claire berhak untuk semua cinta itu. Apa bisa Tania marah atas keadaan saat ini, kehamilan Claire berhasil membuat Tania merasa kehilangan suaminya.

"Dalam sekejap Claire."

Tania masih ingat betapa keras Claire menolak semuanya, pernikahannya, kehamilannya sampai Claire enggan disentuh Brian bahkan sekedar berdekatan pun Claire enggan. Tapi lihatlah sekarang yang dalam sekejap semuanya berubah, Claire menjadi pusat perhatian mereka, dan Claire seperti senang dengan keadaan saat ini.

"Tidak apa-apa kan Ma, Tania masih bisa kan bertahan di sini?" Tania menenggelamkan wajahnya dalam kurungan selimut.

Ingin sekali Tania berteriak sekeras mungkin meluapkan segala isi hatinya, Tania merasa mereka semua menyakitinya bersamaan. Mereka jahat terhadapnya, waktu Tania yang sudah bertahun-tahun terkalahkan oleh waktu Claire yang hanya dua bulan saja.

"Apa ini adil, Tuhan."

Tania meremat selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya, sesak sekali rasanya menerima kenyataan saat ini. Apa Tania harus pergi saja sekarang, mungkin Tania harus membuktikan ucapannya untuk pergi setelah Claire bisa mewujudkan mimpi Brian.

*

Silvi terlihat keluar dari Supermarket, ia membawa cukup banyak belanjaan yang didominasi oleh keperluan baby Luna. Langkah Silvi terhenti ketika tak sengaja melihat Raja, Silvi mengernyit melihat Raja bersama dengan seorang wanita.

"Dia sama siapa?" Gumam Silvi.

Raja tampak begitu akrab dengan wanita itu, Silvi akui memang wanita itu cantik dan cocok berdampingan dengan Raja. Silvi menggeleng tak mau mati penasaran, ia dengan berani mendekat dan berpura-pura tak sengaja menabrkan Raja.

"Aw." Rintih Silvi.

"Eh ya ampun, maaf maaf." Ucap Raja panik.

Dengan buru-buru Raja merapikan lagi belanjaan Silvi yang berantakan, keduanya terkejut ketika melihat wajah satu sama lain. Meski sebenarnya Silvi sudah sadar dengan keberadaan Raja, Raja melirik Raisa agar mau berkenalan dengan Silvi.

"Hai, Raisa." Sapa Raisa seraya mengulurkan tangannya.

"Silvi." Sambut Silvi ramah.

"Kamu habis belanja, banyak banget."

"Iya Pak, ini sebagian kebutuhan baby Luna jadinya banyak begini."

Raja mengangguk paham, memang terlihat susu dan pampers untuk bayi di kereseknya. Silvi masih penasaran dengan sosok Raisa, tapi rasanya tidak enak jika bertanya secara terang-terangan.

"Kamu mau langsung pulang?" Tanya Raja.

"Iya, Pak. Susu baby Luna sudah habis, pasti sedang menunggu."

"Ya sudah, ayo aku antar sekalian."

"Ah tidak usah, terimakasih."

"Tidak apa-apa, Sa kita antar Silvi dulu ya."

Raisa mengangguk saja tak ada masalah dengan itu, lagi pula kegiatan Raisa sudah selesai dan tinggal istirahat. Mereka sama-sama memasuki mobil Raja, memang seenak itu jadi orang kaya, keluar rumah bisa masuk mobil dan Silvi sangat menginginkan hal itu.

"Baby Luna sehat kan, Vi?"

"Sehat Pak."

"Syukurlah, Galang bagaimana. Dia sudah lebih baik?"

"Alhamdulilah sudah Pak, dia berangkat dari rumah ke tempat kerja dan pulang lagi ke rumah. Gak pernah keluyuran gak jelas seperti sebelumnya, dia fokus membantu Mba Erna."

Raja mengangguk, itu kabar baik untuk Raja, semoga seterusnya Galang akan seperti itu. Silvi melihat Raisa yang anteng saja dengan ponselnya, wanita itu duduk disamping Raja tapi sepertinya tak perduli sama sekali.

"Sa, buat pertemuan besok kamu sudah siapkan?"

"Sudah Pak, saya lagi menunggu konfirmasi dari Cafe yang Bapak pilih. Kemungkinan besok pagi baru masuk, nanti akan saya kabari lagi."

Mendengar percakapan Raja dan Raisa itu sepertinya sudah menjawab pertanyaan Silvi, sepertinya mereka rekan kerja sama seperti Silvi dan Dirga. Baiklah berarti itu tidak perlu jadi kekhawatiran untuk Silvi, setidaknya sampai sekarang Silvi masih yakin jika Raja belum ada pasangan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!