NovelToon NovelToon
Menuju Tenggara

Menuju Tenggara

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Karir / Persahabatan / Cinta Murni / Bad Boy
Popularitas:22.9k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Ganesha percaya Tenggara adalah takdir hidupnya. Meski teman-temannya kerap kali mengatakan kepada dirinya untuk sebaiknya menyerah saja, si gadis bersurai legam itu masih tetap teguh dengan pendiriannya untuk mempertahankan cintanya kepada Tenggara. Meski sebetulnya, sudah menjadi rahasia umum bahwa dia hanya jatuh cinta sendirian.

"Sembilan tahun mah belum apa-apa, gue bisa menunggu dia bahkan seribu tahun lagi." Sebuah statement yang pada akhirnya membuat Ganesha diberikan nama panjang 'Ganesha Tolol Mirella' oleh sang sahabat tercinta.

Kemudian di penghujung hari ketika lelah perlahan singgah di hati, Ganesha mulai ikut bertanya-tanya. Benarkah Tenggara adalah takdir hidupnya? Atau dia hanya sedang menyia-nyiakan masa muda untuk seseorang yang bahkan tidak akan pernah menjadi miliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 31

Jeremy sempat kesal waktu mendengar satu lagu yang liriknya, "daripada sakit hati lebih baik sakit gigi ini..." Karena sumpah, sakit gigi itu nggak enak. Dia pernah merasakannya waktu semester awal kuliah.

Waktu itu, gigi bungsunya tumbuh secara bersamaan di kanan dan di kiri. Sudahlah membuat gusinya bengkak, tumbuhnya juga menyamping sehingga mengganggu barisan gigi yang lain. Para gigi bungsu itu seperti penjajah. Datang-datang ingin mengusir penghuni lain dan menguasai wilayah.

Sakit yang dirasakan semakin tak tertahan dari hari ke hari, jadi dia memutuskan pergi ke dokter untuk langsung melakukan tindakan operasi. Berhasil, sih—dua gigi bungsu yang baru nongol sedikit itu berhasil dicabut.

Tapi, dampaknya ternyata cukup menyusahkan. Gusinya bengkak lebih parah, sampai membuat kedua pipinya menggembung, tampak seperti habis disengat lebah. Sudahlah harus menahan sakit, masih juga harus menahan malu karena berkeliaran di kampus dengan penampilan yang... nggak banget!

Tapi malam ini, saat melihat Tenggara hanya bisa menggolekkan kepala di meja tanpa menyentuh rokok ataupun kopinya, Jeremy rasa patah hati memang lebih menyiksa daripada sekadar sakit gigi. Kalau sakit gigi kan bisa ke dokter, minum obat, tunggu beberapa hari dan selesai... Sakitnya bisa hilang dan kita bisa beraktivitas kembali. Sedangkan kalau sakit hati... Rasanya seperti hampir mati.

Dia sih belum pernah merasakan sakit hati yang sampai membuat dirinya hidup layaknya zombie, tapi melihat penampakan Tenggara yang nggak ada keren-kerennya sama sekali malam ini, dia agaknya cukup bisa mengerti.

Tapi apa mau dikata? Dia tidak bisa membantu banyak. Siapalah dia untuk ikut campur urusan anak muda. Jadi daripada ikutan pusing dan toh tak bisa berbuat apa-apa, dia memutuskan bangkit dari kursi dan berniat pulang lebih cepat.

Mathias yang duduk di satu kursi panjang bersama Tenggara, di seberangnya, mengangkat kepala tinggi-tinggi dengan tatapan penuh tanya.

"Balik," ucap Jeremy, bahkan sebelum ditanya.

"Lah, terus ni bocah gimana?" tanya Mathias pelan seraya menunjuk kepala Tenggara yang tergolek menggunakan telunjuknya.

Jeremy melirik Tenggara sekilas, lalu kembali pada Mathias dan berkata, "Lo yang urus. Gue udah tua, nggak ada tenaga buat ngurusin percintaan anak muda."

Jangankan memberi Mathias kesempatan untuk protes, Jeremy sudah mengayun langkah lebar bahkan ketika lelaki itu baru membuka mulutnya. Resleting jaket dia naikkan, kedua tangan masuk saku dan siap bertualang mengendari motor sport-nya yang sudah lama tak digunakan.

Sementara itu, di tempatnya duduk, Tenggara mulai mendapatkan sedikit kekuatan untuk mengangkat kepala ketika Mathias menepuk bahunya pelan. Dia menoleh pada lelaki itu, hanya untuk mengangguk lemah setelah Mathias bilang ingin pergi ke bagian dalam kedai untuk memesan Indomie dobel telur dan ekstra sayuran.

Setelah Mathias pergi, Tenggara menggolekkan kepalanya lagi. Kali ini tidak sambil melamun. Layar ponselnya menyala terang, ngalah-ngalahin layar ponsel bapak-bapak yang secerah masa depan. Room chat dengan Ganesha dia pantengi tanpa berkedip. Berharap foto profil gadis itu tiba-tiba muncul kembali dan pesan-pesan yang dia kirimkan berubah menjadi centang dua.

Namun, harapannya yang menjadi angan-angan semu sebab di hari kelima ini, Ganesha sepertinya masih ingin menjauhkan diri.

Tenggara mendesah frustrasi. Saat tangannya rempong mengusak rambut secara brutal, pandanganya jatuh ke kolong meja. Matanya menangkap sebuah benda tergeletak di sana. Benda kecil berwarna cokelat tua dengan logo brand ternama; sebuah dompet.

Melupakan sejenak soal kegalauannya, Tenggara menunduk lebih dalam. Tangannya terulur meraih dompet itu. Dan ketika hampir berhasil dibawa naik, dompet itu malah terbuka, menunjukkan sesuatu yang seketika membuat napas Tenggara terjeda.

Dengan gerak super lambat, Tenggara membawa dompet tersebut ke hadapannya. Di sana, terselip selembar foto ukuran 2x3 yang menampilkan dua anak manusia; laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki jelas adalah Jeremy, karena dia adalah pemilik dompet ini. Sedangkan yang perempuan...

"Hell, nah..." gumamnya setengah sadar.

Dua menit penuh Tenggara menatap foto di dompet itu sambil mencoba mencerna situasinya dengan baik. Dan ketika otaknya mulai bekerja normal, dia tak membuang waktu untuk segera bangkit. Kunci mobil disambar secepat kilat, dan dia gegas berlari meninggalkan kedai. Beberapa meter di belakangnya, Mathias baru kembali dan tak sempat mencegah. Berakhir berdiri di tempat dengan kening yang berkerut banyak.

......................

Malam-malam begini enaknya nonton drama thriller, kan? Iya, kan? Tolong jawab saja iya supaya Ganesha tidak merasa salah memilih tontonan. Demi mendukung suasana, alangkah lebih baiknya juga jika lampu dimatikan, sehingga hanya menyisakan sedikit cahaya dari layar televisi. Sensasi menegangkannya akan lebih terasa jika suasana gelap dan hening, bukan?

Di sofa ruang tengah, Ganesha duduk bersila dan berbalut selimut tebal hingga menutupi kepalanya--membentuk tudung. Fokus menyaksikan seorang psikopat gila yang sedang berkeliaran di gang-gang sempit, pada malam hari, mencari korban selanjutnya.

Di scene yang lain, target selanjutnya baru turun dari taksi. Jalannya agak sempoyongan karena mabuk. Tas selempang hampir jatuh. Heels tinggi yang membuat jalannya makin susah. Dia akan berjalan menyusuri satu lorong gelap untuk sampai ke rumahnya. Tiang-tiang lampu di sekitar hanyalah pajangan, bohlam-bohlam yang tergantung di ujungnya sudah lama mati dan pemerintah setempat tak segera bergerak mengganti. Itu titik buta, tidak ada CCTV.

Musik latar menegangkan terdengar semakin keras. Seiring langkah si perempuan yang semakin dekat dengan lorong tempat si psikopat berburu, ketegangan semakin meningkat.

Ganesha merapatkan selimutnya, menggigit bibir bawahnya tanpa sadar, dan semakin tenggelam dalam suasana.

Satu.

Dua.

Tiga.

Diam-diam dia menghitung di dalam hati. Ikut merasa antusias menanti pertemuan antara si korban dan psikopat gila.

"Waaaa!!!"

Teriakannya menggema memenuhi ruang tengah ketika psikopat gila muncul tanpa diduga. Sang korban disergap tanpa sempat melawan. Diseret paksa menuju sudut lain lorong yang lebih gelap dan menakutkan.

Belum selesai sensasi mengejutkan yang dia rasakan, Ganesha kembali dibuat tersentak saat tiba-tiba saja terdengar suara seseorang memencet password di pintu.

Jika saja sekali coba langsung berhasil, Ganesha tidak akan overthinking. Masalahnya, seseorang di balik pintu itu sempat salah memasukkan password sampai dua kali.

Seketika itu juga, Ganesha merasa seperti masuk ke dalam drama thriller yang sedang dia tonton.

Gemetar tubuhnya saat pelan-pelan turun dari sofa, masih dengan selimut menggelung di tubuhnya. Kakinya berjinjit, waspada. Tangannya bergerilya di tembok, mencari-cari saklar lampu. Begitu dapat, langsung hendak dia telan. Namun, kemunculan seseorang yang lebih dulu daripada nyala lampu, kembali membuat Ganesha terlonjak.

Dia kembali berteriak. Membuat sosok laki-laki yang baru masuk itu juga ikut berteriak karena kaget. Dua-duanya berteriak hebat. Beruntung tak sampai mengundang tetangga unit untuk berbondong-bondong menyembulkan kepala.

"Apa, sih, Cha? Kamu ngagetin aja!" Abangnya bertanya dengan nada sedikit meninggi sambil mengelus dada beberapa kali. Hampir saja jantungnya copot.

Ganesha, yang tadi hampir terjengkang ke belakang, berdiri lemas dengan detak jantung menggila. Meski begitu, dia tetap menghela napas lega karena alih-alih penjahat, memang abangnya yang pulang.

"Echa kira Abang penjahat," katanya, begitu berhasil menormalkan detak jantungnya.

Lelaki berjaket hitam di depannya itu baru hendak merespons, ketika suara lain muncul dari belakang tubuhnya.

Belum semenit detak jantungnya kembali normal, suara tersebut berhasil membuat Ganesha deg-degan. Dia menatap abangnya penuh tanya. Abangnya tak menjawab, hanya bisa menggeser tubuhnya sedikit hingga muncullah sosok lain dari belakangnya. Penampilannya tidak oke. Wajahnya kusut, rambutnya semrawut, dan bibirnya cemberut.

Ganesha merasakan salivanya mendadak beku dan berhenti di tengah-tengah tenggorokan sebelum sempurna ditelan.

Satu kali mengerjap, lalu susah payah dia bertanya, "Kak Aga ... ngapain di sini?"

Bersambung....

1
Dewi Payang
Tenggars nyadar gak tuh😂
Dewi Payang
Lah, mau nya sang raja di tengah, diapit dua selir
Gigi
lumayan
Masimo
luar biasa
Zenun
iya dah, coba kita liat
Zenun
abangnya juga salah paham ternyata, kaya aku😄😄
Dewi Payang
Lo juga gak peka dulunya sama Senna, Kaf.
Dewi Payang
/Joyful/
Zenun
Siapa tuh namanya😄. Penisirin lah
Zenun: jangan dibisikin, diumumin aja
nowitsrain: Sini aku bisikin..
total 2 replies
Zenun
Ya tetep aja Ganesha gak sampai hati Tengg bonyok😄
nowitsrain: Yaa begitulah cingta
total 1 replies
Dewi Payang
Para memang kesalnya si Kafka ke Tenggara😂
Dewi Payang: Tapi tar kayanya aku mencium bau² mereka bakal jadi sohib🤔
nowitsrain: Dendam kesumat dia 😂
total 2 replies
Dewi Payang
Ga senggol donk si Kafka, apa dia masih punya tenaga buat marahi lo😅
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Lelahh menghadapi para gadis
total 2 replies
Dewi Payang
Biarin lecet, tar beli lagi ya Ga, yang pening bisa ikut nginap😂
Weh, Kafka jengkel setengah mampus inu😅
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Wkwk iyaa..

Dikit lagi makan orok tuh si Kafka
total 2 replies
Dewi Payang
Ampun dijay😂
Dewi Payang: Bisa khilaf tar si Tenggara🤭
nowitsrain: 😂😂 marah-marah mulu si Kafka yak
total 2 replies
Dewi Payang
Ini maah Kafka cari ribut😅
nowitsrain: Emang pecinta keributan kan
total 1 replies
Dewi Payang
Kafka dilawan😅
nowitsrain: /Joyful//Joyful/
total 1 replies
Zenun
mamam tuh Tengg. Puas banget dibalikin begitu
nowitsrain: /Joyful//Joyful/
total 1 replies
Zenun
ngapa emang? suka-suka dia atuh😁
nowitsrain: Aga: ih kan aku cemburu
total 1 replies
Zenun
Nanti kalo lo balik lagi ke tengg, tu laki bakal ngulur lagi. Caya dah
nowitsrain: Yee khan
total 1 replies
Zenun
dengerin tuh baik-baik ya
nowitsrain: Au deh kupingnya kebuka apa enggak tu
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!