NovelToon NovelToon
SAAT AKU SUDAH DIAM

SAAT AKU SUDAH DIAM

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:79.6k
Nilai: 5
Nama Author: iraurah

Tamparan, pukulan, serta hinaan sudah seperti makanan sehari-hari untuk Anita, namun tak sedikitpun ia mengeluh atas perlakuan sang suami.

Dituduh menggugurkan anak sendiri, membuat Arsenio gelap mata terhadap istrinya. Perlahan dia berubah sikap, siksaan demi siksaan Arsen lakukan demi membalas rasa sakit di hatinya.

Anita menerima dengan lapang dada, menganggap penyiksaan itu adalah sebuah bentuk cinta sang suami kepadanya.

Hingga akhirnya Anita mengetahui pengkhianatan Arsenio yang membuatnya memilih diam dan tak lagi mempedulikan sang suami.

Follow Instragramm : @iraurah

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Membantu Mu Sampai Akhir

Ketika ketukan pelan terdengar dari arah pintu, Anita dan Baim sama-sama menoleh. Pintu kemudian terbuka perlahan, dan sosok seorang wanita paruh baya melangkah masuk. Wajahnya terlihat letih namun tetap membawa aura kelembutan yang khas. Miranda, ibu mertua Anita, muncul seorang diri.

Begitu melihat sosok itu, tangis Anita seketika meledak lebih keras. Suaranya pecah menjerit, menggema di seluruh ruangan.

“Mamaaa…!” Anita merintih sambil berusaha bangkit sedikit dari posisi tidurnya, tangannya terulur ke arah Miranda.

Miranda tersentak kaget, langkahnya terhenti sesaat. Ia tidak menyangka akan disambut dengan jeritan pilu dari menantunya. Wajahnya langsung menegang, lalu tanpa banyak bertanya ia bergegas menghampiri ranjang Anita.

“Anita… Ada apa ini?” Miranda langsung duduk di tepi ranjang, memeluk tubuh Anita yang terguncang hebat. “Kenapa menangis seperti ini, sayang?”

Anita menggenggam erat lengan Miranda, seperti anak kecil yang baru saja terjatuh dan mencari pelukan ibunya. Tubuhnya masih gemetar, dan isak tangisnya terdengar makin menyayat.

“Mamaaa… kenapa… kenapa aku… aku mengalami ini, Ma? Hiks… Hiks…” isaknya, tak sanggup menyelesaikan kalimatnya.

Miranda mengerutkan kening, menoleh ke arah Baim yang berdiri di dekat ranjang. Dari sorot mata dan ekspresi yang tertahan itu, Miranda mulai menyusun potongan-potongan kemungkinan di kepalanya. Ia menatap Baim lebih lekat.

“Dokter Baim…” katanya pelan, penuh rasa ingin tahu. “Apakah… Anita sudah tahu?”

Baim menunduk perlahan, wajahnya menyiratkan perasaan bersalah. “Saya tidak bermaksud mendahului, Bu… Saya hanya… tidak tega melihatnya dibiarkan dalam ketidaktahuan.”

Miranda mengangguk perlahan, meskipun hatinya sedikit tercekat. Ia tidak menyalahkan Baim. Dalam kondisi seperti ini, siapa pun pasti tidak akan tega membiarkan Anita terus larut dalam penantian dan kebingungan. Terlebih, dia juga bingung bagaimana harus menyampaikan kabar kurang baik ini kepada sang menantu.

Ia kembali menatap Anita yang kini masih terisak dalam pelukannya.

“Sayang…” bisik Miranda lembut, “Kamu menangis karena itu?”

Anita mengangguk di antara tangisnya. “Kenapa, Ma…? Kenapa aku harus mengalami ini lagi…?” suaranya lirih namun sarat luka. “Ternyata aku tidak sedang hamil… Itu hanya jaringan… Tidak ada janin didalam perut ini... ”

Miranda menghela napas panjang. Matanya mulai berkaca-kaca. Ia membelai kepala Anita dengan penuh kasih sayang.

“Nak… Mama juga baru saja mengetahui dari Arsen,” ucap Miranda pelan. “Kami… sedang mencari waktu yang tepat untuk membicarakannya denganmu.”

Anita terisak lebih dalam lagi, kepalanya tertunduk di dada Miranda. “Kenapa tidak bilang saja langsung…? Apa karena kalian takut aku akan begini…? Atau karena Mas Arsen kecewa… dan memilih pergi…?”

Pertanyaan itu membuat Miranda terdiam sejenak. Ia menatap Anita dengan sorot mata yang sendu. Jelas bahwa hatinya pun terluka, namun ia tidak ingin luka itu memperburuk kondisi menantunya.

“Sayang…” katanya sambil menggenggam tangan Anita erat-erat, “Arsen tidak pergi karena kecewa. Dia hanya… butuh waktu untuk sendiri. Ia sedang menenangkan dirinya. Mencari udara segar…”

“Tapi kenapa dia tidak kembali, Ma?” suara Anita nyaris tak terdengar. “Sudah lama sekali…”

Miranda menatap ke arah jendela, seolah berharap menemukan sosok Arsen di kejauhan. Namun seperti sebelumnya, yang terlihat hanyalah bayangan samar yang berlalu.

“Anak itu sedang menyiapkan mentalnya,” jawab Miranda akhirnya. “Ia tidak ingin kamu melihatnya dalam keadaan lemah atau goyah.”

“Tapi Mama tahu, kan… dia pasti kecewa. Sama seperti aku yang kecewa dengan diriku sendiri… Aku bahkan tidak bisa mempertahankan kehidupan kecil itu… Aku gagal, Ma…”

Miranda segera mengangkat wajah Anita, menatapnya dengan sungguh-sungguh. “Jangan katakan itu. Kamu bukan gagal, Nak. Ini bukan kesalahanmu. Hamil anggur bisa terjadi pada siapa saja. Ini murni takdir, ujian dari Yang Maha Kuasa.”

“Tapi kenapa harus aku, Ma…” Anita menangis lagi, kali ini lebih lirih, lebih dalam. “Aku takut… takut Mas Arsen akan mulai menjauh...”

Miranda menatap menantunya dengan iba. “Kalian sudah melalui banyak hal bersama. Dan Mama tahu, Arsen mencintaimu lebih dari sekadar status sebagai istri. Cinta sejati diuji bukan saat semuanya baik-baik saja, tapi saat badai datang.”

Anita menunduk, memeluk dirinya sendiri. Air mata masih terus mengalir di pipinya.

“Aku hanya… ingin menjadi ibu… Ma. Itu saja. Aku ingin memberi cucu untuk Mama. Anak untuk Arsen. Untuk kami berdua…”

Miranda mengusap pipi Anita, membelai dengan lembut. “Kamu akan menjadi seorang ibu, sayang. Percayalah. Tapi untuk saat ini, kamu harus fokus pada kesembuhanmu. Prosedur pembersihan rahim harus segera dilakukan. Setelah itu, barulah kita pikirkan langkah berikutnya. Jangan buru-buru. Semua akan ada waktunya.”

Anita memejamkan mata, menahan gejolak yang kembali naik di dadanya. “Aku takut…”

“Semua orang pernah takut,” ujar Miranda lembut. “Tapi kita tidak boleh dikalahkan oleh rasa takut itu. Mama akan selalu ada di sini. Menemanimu. Dan begitu Arsen kembali… dia juga akan bersamamu.”

Baim yang sejak tadi berdiri dalam diam akhirnya membuka suara. Wajahnya menampakkan keseriusan dan empati yang dalam. Ia tahu, waktu bukan sekadar berlalu begitu saja dalam situasi seperti ini—setiap detik sangat berharga bagi pemulihan fisik maupun emosional Anita.

“Nyonya Miranda…” ujar Baim perlahan, namun tegas. “Saya mohon izin untuk segera melanjutkan proses medis yang diperlukan. Anita harus menjalani prosedur kuretase sesegera mungkin. Kami telah menyiapkan ruang tindakan, dan tim saya sudah bersiap.”

Miranda mengangguk pelan, meskipun bayangan kekhawatiran masih menyelimuti matanya. Ia menggenggam tangan Anita erat-erat, seolah ingin mentransfer kekuatan melalui sentuhan.

“Dokter Baim,” katanya penuh harap, “Saya sangat mempercayakan anak saya pada Anda. Tolong… bantu dia melewati ini sebaik mungkin. Dia sudah terlalu banyak terluka, saya tidak ingin ada lagi penderitaan yang menambah lukanya.”

Baim menatap Miranda dengan hormat, lalu menoleh ke arah Anita yang kini tampak lelah setelah luapan emosi yang tak tertahankan tadi. Namun meskipun wajahnya masih berlinang air mata, ada sedikit keteguhan dalam sorot matanya.

“Saya akan lakukan yang terbaik, Nyonya,” jawab Baim yakin. “Saya akan dampingi Anita dari awal hingga akhir. Semua tindakan akan dilakukan dengan sangat hati-hati.”

Ia lalu menunduk pelan ke arah Anita. “Anita, kaum tidak sendiri. Kamu dikelilingi oleh orang-orang yang mencintaimu. Ini memang sulit, tapi kita bisa lewati bersama. Setelah prosedur ini selesai, tubuhmu akan mulai pulih, dan dari sanalah kita bisa mulai menyusun kembali harapan.”

Anita menatap Baim sejenak, lalu mengangguk pelan. “Aku percaya padamu, Baim. Tolong bantu aku…”

“Dengan senang hati Anita,” jawab Baim. “Aku akan segera koordinasi dengan tim medis. Dan Nyonya.... Tolong sampaikan permintaan izin saya kepada Pak Arsen juga, bagaimana pun keputusan ada padanya”

"Tentu, dokter! Untuk hal itu biar saya yang urus"

1
mama
klu km diem aj trs Ending ny gimana Anita.. diam tak akan menyelesaikan masalah.. masa rmh tangga km gini trs gk ada kemajuan atau pling gk km hrs ngambil Keputusn gk tepat buat semua ny agar cpt selesai.. diam gk akan menyelesaikan ap2..
Uthie
Segeralahh Anita 👍😁
partini
arsen kalau istrimu lelahnya dah sampai titik nol dah ras cinta,sayang akan hilang dengan sendirinya,,kamu akan hidup dengan penyesalan
partini
rumah tangga mereka udah ga sehat kaya masakan ga di kasih bumbu hambar ,, Anita dengan rasa lelah yg udah sampe ubun ubun Arsen yg difikirkmnya masalah ga penting,,no good no good
Rahma Inayah
Arsen pikr Anita .Mudha di lulujkan spt dulu anita yg selalu mengemis cnt Arsen walau Arsen terlampau cuek dan kadang2kasasr suka kdrt tp Anita ttp sabar dan bertahan .tp sekrng Anita TDK spt dulu .dia TDl mau di injak2 lagi harga dirinya
Ana_Mar
Arsen terlalu meremehkan perasaan Anita selama ini. satu hal yang perlu kamu ingat sen.. bila sudah kedapatan pengkhianatan, meski masih satu rumah..maka hubungan tersebut tidak akan seperti semula, justru hubungan itu akan menjadi hambar dan tidak ada kebahagiaan.
karena pada dasarnya sekali kamu lakuin pengkhianatan, kamu akan mengulangi lagi di suatu saat nanti, meski kamu berjanji akan berubah.
Elen
👍👍👍
wawa aza
pergilah anita dari laki laki yang tdk menghargai mu berbahagialah dengan caramu sendiri dan hargai dirimu sendiri dari orang yang merendahkan mu
Yuliana Purnomo
mantap Anita,,,,,cuekin Arsen biar makin tersiksa
Uthie
Bagus... tunggu si Arsen goyah lagi aja, Nita .. maka saat itu saatnya kamu Stop pergi dari dia.. dan kau akan bisa melihat ada seorang laki2 yg sudah menunggu kamu lama karena Cintanya pada kamu yg tak pernah berubah 👍🤨
Halimah
Bener Nit mending km pergi aja yg jauh...Terserah keluarga Arsen mau ngapain cuekin aja.Km jg berhak bahagia Nit
Uba Muhammad Al-varo
kalau yang terbaik buat Anita pergi maka pergilah buatlah hidupmu bahagia buat apa mencintai kalau membuat hati dan ragamu menderita lepaskan lah semua nya, yakinlah setelah badai akan datang pelangi
partini
laki laki kaya gitu mah jangan di tangisi rugi,,laki dah punya istri begitu diem aja terus coba sampai kapan dia tahan
n
Rahma Inayah
klu km sdh lelah baiknya lepaskan Anita .jika jati mu terlampau sakit dan tdk mudah utk di obati.hrs Anita km sampaikn PD Arsen klu ananda dan Natasha ke butik nyamperin km dan km jg bilg dpt SALM dr Natasha .pasti nya Arsen sangat marah dan jg merasa bersalah PD Anita Krn luka yg di torehkan arsen ckp menyakitkan
Rahma Inayah
coba km blkkan Anita omongan ipar mu klu seandainya suami ananda spt Arsen gandeng tangan wanita bertm dimal dan TDK BS menemani istri dgn alasan pekerjaan tau nya ketahuan jln dgn wanita lain GK mkn Diam saja ananda pst km marah .lgian ngapain nyamperin Anita bwk pelakor .hrs nya Arsen yg km dtgi BKN Anita ..dasar ipar GK PNY akhlak
Ais
bnr nita buat apa menangis memohon apalg menghiba pd laki”yg kamu anggap rumah buat kamu pulang melepas lelah dan berbagi suka dan duka lbh baik skr kamu fokus sm hidup kamu sm kesehatan kamu dan sm bisnis yg kamu bangun susah payah dr nol biarkan laki”kasar macam arsen ini kena karmanya sndr
mama
ya Anita,.mungkin yg terbaik adalah pergi.. good Anita km kuat.. aq yakin km wanita yg hebat dan jgn lgi tunjukkan kelemahan mu pd Arsen.. atau memohon untuk ditemani
Ana_Mar
yang kuat Nita .. buktikan pada mereka bahwa kamu yang terbaik.
dewi
anita sdh mulai menyerah tapi aq tdk terima sblm amanda dpt amukan dr arsen d keluarganya krn ikt campur dlm rmh tangga arsen d anita
Ana_Mar
gedek banget dengan 2 wanita ular, si pelakor ga ada harga diri dan ipar ga tahu di untung.
kalian berdua beda kelas dengan Nita.
ayo Nita...hadapi para sampah yang ada di sekitarmu. kamu kuat dan kamu bisa lawan mereka secara elegan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!