Resta adalah seorang pemimpin sekaligus pemilik salah satu perusahaan percetakan terbesar di kota Jakarta. Memiliki seorang kekasih yang sangat posesif, membuat Resta harus mengganti sekretarisnya sesuai kriteria yang diinginkan sang kekasih. Tidak terlihat menarik, dan tidak berpenampilan menggoda, serta berpakaian serba longgar, itu adalah kriteria sekretaris yang diinginkan kekasihnya dalam mendampingi pekerjaan Resta.
Seorang gadis berpenampilan culun bernama Widi Naraya hadir, Resta menganggapnya cocok dan sesuai dengan kriteria yang diinginkan kekasihnya. Hari-hari yang mereka lalui berjalan dengan aman dan profesional, sebagai bos dan sekretaris. Sampai ada satu hal yang baru Resta ketahui tentang Aya, dan hal itu berhasil membuat Resta merasa terjebak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akankah terulang kembali?
“Kayaknya, gantian ya… Bapak yang buat saya penasaran, mau coba apa, Pak?” Aya berharap, pikirannya tidak salah, dia paham ajakan Resta mengarah ke mana. Jika benar, apa mungkin seseorang move on dan berpaling secepat itu? dan menemukan pengganti bahkan belum sampai satu minggu.
Resta diam, setelah dilemparkan pertanyaan demikian. “Mau coba berteman dengan saya, kamu bilang nggak punya teman?”
Aya tertawa pelan. Resta hanya ingin mempermainkannya ternyata. “Punya teman ngobrol begini aja, udah lebih cukup bagi saya, Pak. Makasih udah sering baik sama saya.”
“Saya memang baik, dan perhatian. Nggak ingat, pagi tadi mama saya bilang apa? Hm?” Resta menaikkan alisnya sambil menoleh ke Aya.
“Ingat, iya Bapak memang baik.” Lalu Aya mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Aya, apa yang kamu harapkan?
Batin Aya meronta-ronta.
hening selama beberapa detik, Resta juga diam karena pikirannya sedang sibuk mencari topik pembicaraan.
“Pak… nanti sebelum masuk ke jalan arah kontrakan saya, berhenti di situ aja, sekalian sama mau ke mini market.”
“Oh oke.”
Tidak sampai lima menit, mereka tiba di depan mini market yang dimaksud Aya. Resta memberhentikan mobilnya. “Saya tunggu di sini ya-“
“Enggak apa-apa Pak, Bapak pulang aja, saya nanti jalan aja ke dalam gang. Nggak bisa masuk mobil juga Pak, ke sana. Makasih ya.” Aya tersenyum sambil melambaikan tangannya, sebelum turun dari mobil.
“Kamu mau beli apa?” tidak sampai di situ. Tidak bisa berhenti sampai di sini. Resta tidak ingin mengakhirinya terlalu cepat.
“Beli mi instan, untuk makan malam.”
“Ay, saya tunggu di sini, setelah kamu selesai di dalam sana, kita pergi makan malam. Oke? saya tunggu.” tegas Resta, tanda dia tidak ingin dibantah.
“Ma-kan malam Pak?”
“Ya.”
Aya mengangguk, dan melangkah cepat masuk ke dalam mini market.
yes, bisa hemat. Mi instannya bisa buat sarapan.
Ajakan yang cukup sederhana, tapi cukup mempengaruhi hidup seorang Widi Naraya.
***
Bukan tempat mewah, kafe atau restoran, malam itu Resta membebaskan Aya untuk memilih tempat dan gadis itu memilih tempat yang sangat sederhana, Nasi uduk kaki lima. Di masa kecil dan masa remajanya, Aya tidak pernah terpikir kalau dia akan makan di tempat seperti ini. Setelah dewasa, Aya baru menyadari jika ternyata roda kehidupan itu berputar, tidak selamanya hal yang dia inginkan selalu bisa didapatkannya, tidak selamanya hal yang menurutnya tidak mungkin terjadi, akan benar tidak terjadi. Dulu, apa yang Aya inginkan selalu bisa terpenuhi, bahkan soal makanan saja dia bisa memilih. Sekarang, apapun yang bisa dia santap selagi itu wajar, dia sudah sangat mensyukurinya.
“Pak, nggak masalah kan makan di tempat kayak gini?” Aya ragu tentang bosnya, yang bisa saja tidak nyaman di tempat seperti ini.
“Nggak kok, asalkan makanannya enak,” sahut Resta yakin. “Bisa hemat nih yang jadi pacar kamu, karena mintanya nggak aneh-aneh.”
Resta sudah membayangkan jika seorang perempuan diberi kesempatan memilih tempat, pasti akan memilih tempat yang mewah, dan berkelas. Tapi ternyata tidak. Masih ada jenis perempuan sederhana seperti Aya, unik.
“Oh hemat banget Pak. Itu jelas.”
“Kamu penggila barang branded nggak?”
Aya tersenyum masam. “Bapak ini ngejek atau gimana? saya bisa makan enak dalam satu hari aja, itu udah lebih dari cukup. Nggak terpikir oleh saya untuk bisa memiliki barang branded,” jelasnya dengan nada sewot.
“Maaf… maaf.” Selama ini, mata Resta selalu tertutup dan hanya terbuka untuk Nadine hingga dia menganggap semua perempuan itu sama.
“Nggak apa-apa Pak.”
“Jadi, besok begini aja Ay, saya temani dan antar kamu sampai ke rutan, nanti kamu masuk sendiri saya nunggu di luar.” tegas Resta.
“Kenapa Bapak pingin banget ikut saya, nggak ada yang menarik loh.” Gadis itu masih mencoba menolak, tak habis pikir mengapa lelaki itu bersikeras ingin mengantarnya.
“Jadi boleh atau enggak?” tanpa membeberkan alasan, Resta hanya ingin jawaban pasti.
“Karena bapak maksa ya udah, saya bisa apa. Tapi nanti saya bakalan lama di dalam Pak, mungkin sampai satu jam. Apa Bapak sabar menunggu?”
“Nggak masalah.”
“Baiklah kalau bapak maksa.”
“Jadi kamu terpaksa saya antar?”
Aya menggeleng, “dengan senang hati, Pak.”
***
“Saya turun di sini aja, Pak.” Aya meminta Resta, menghentikan mobilnya tepat di depan gang sempit menuju kontrakannya.
Mata Aya memandang was-was ke arah sana, khawatir jika para pemuda pengangguran pagi tadi benar-benar menunggunya.
“Hati-hati Ay.”
Aya mengangguk, dia yakin akan turun setelah memastikan gang itu sepi dan tidak mereka yang menjahilinya pagi tadi.
“Makasih ya Pak.”
“Sama-sama, besok tolong kabari saya, jam berapa harus jemput kamu.”
“Jam sepuluh saya udah ready, Pak.”
“Oke.”
Aya turun dari mobil, dia melambaikan tangan pada Resta sebelum berjalan. Gadis itu mengulum senyum bahagia. Bukan diantar pacar ataupun kekasih, tapi mengapa rasanya sebahagia ini. Mungkin efek kurang perhatian.
“Cantik, lama banget lo pulangnya? nggak tau apa kita-kita udah pada kangen.”
Aya mengerjapkan matanya berkali-kali. Kaget setengah mati karena ternyata para preman itu benar-benar menantinya. Bukan tiga orang seperti pagi tadi, melainkan empat orang.
“Tolong jangan ganggu saya.” Aya menepis tangan salah satu dari mereka yang sudah berani menyentuh pundaknya. Mata gadis itu berkaca-kaca, dia langsung ingat hal kelam yang pernah menimpanya beberapa bulan lalu, kini akankah terulang lagi?
sehat selalu yaa thor, selalu ciptain karya² yg luar biasa ❤️