Semua orang melihat Kenji Kazuma sebagai anak lemah dan penakut, tapi apa jadinya jika anak yang selalu dibully itu ternyata pewaris keluarga mafia paling berbahaya di Jepang.
Ketika masa lalu ayahnya muncul kembali lewat seorang siswa bernama Ren Hirano, Kenji terjebak di antara rahasia berdarah, dendam lama, dan perasaan yang tak seharusnya tumbuh.
Bisakah seseorang yang hidup dalam bayangan, benar-benar memilih menjadi manusia biasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hime_Hikari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Kenangan yang Tidak Seharusnya Ada
Pintu kelas yang pecah masih berayun ketika bayangan itu muncul. Suara langkah perlahan, pasti, dan dingin bergema di sepanjang lorong. Kenji tidak bisa bergerak. Tangannya gemetar di sisi tubuh, matanya terpaku pada kunci bertanda T–K yang tergeletak di lantai, seolah memanggil namanya.
Mira menarik lengannya panik. “Kenji! Bangun! Kita harus lari!”
Yuto dan Akira berdiri di depan Kenji seperti tameng, meskipun kaki mereka sendiri goyah. Mereka sedang berusaha untuk melindungi Kenji agar ia tidak diculik oleh orang yang menyebabkan kekacauan di sekolah.
“Kami nggak akan biarkan siapapun bawa Kenji!” seru Yuto, suaranya pecah.
Langkah itu semakin dekat, Akira berbisik, “Ken, siapa yang ngejar kita sekarang? Apa itu … Whisperer?”
Kenji tidak menjawab. Napasnya memburu. Kata-kata dari radio tadi masih mengalun di kepalanya Aku datang menjemput. Bayangan itu berhenti tepat di depan pintu. Siluet seorang pria tinggi dengan jas gelap. Wajahnya tidak terlihat dari pencahayaan lorong yang remang.
Tiba-tiba blam! Sebuah ledakan kecil terjadi dari arah tangga, memecah konsentrasi mereka. Asap putih memenuhi lorong, membuat semua orang batuk dan mundur.
Yuto memekik. “Apa itu gas?!”
Akira menyeret Mira ke belakang. Kenji tidak sempat bergerak. Karena di detik berikutnya, sebelum asap menyelimuti seluruh lorong. Seseorang menarik kerah bajunya dari belakang dengan sangat cepat.
“Kenji!” teriak Mira.
Tubuh Kenji ditarik keluar kelas dan diseret masuk ke lorong yang gelap. Tangannya berusaha melepaskan cengkeraman itu, tapi daya tariknya sangat kuat. Napas Kenji tercekik.
“Lepaskan!! Siapa kau?!” tanya Kenji panik.
Namun orang itu tidak menjawab. Hanya menariknya dengan langkah cepat ke arah ruang penyimpanan di ujung lorong. Kenji dilempar ke dalam ruangan kecil yang penuh dengan kotak-kotak arsip tua. Pintu ditutup, lalu dikunci dari dalam. Kenji terduduk, terengah-engah.
Orang itu akhirnya berbicara dengan suara dingin namun tegas.
“Diam.” Terdengar suara itu bukan Whisperer. Bukan Kazuma.
“Kaito?” Kenji memicingkan mata.
Asap merayap masuk dari bawah celah pintu, tapi Kaito tampak tak terganggu. Ia duduk di kursi tua, wajahnya pucat, bibirnya sedikit berdarah.
“Kau … apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kenji, masih terkejut.
Kaito menatapnya lama. Sorot matanya dingin seperti ada sesuatu yang lain. Seperti rasa cemas.
“Kalau kau tetap di koridor tadi, kau sudah dibawa pergi,” jawab Kaito singkat.
“Dibawa siapa Whisperer?” tanya Kenji.
Kaito menahan napas. “Whisperer tidak akan bergerak sendiri. Yang tadi itu adalah Sentry.”
“Sentry?” ulang Kenji.
“Pemburu pewaris. Tugas mereka hanya satu: memastikan kau mencapai tangan Whisperer dengan selamat.” Kenji merinding.
“Kenapa aku harus dibawa ke Whisperer?” Kenji mencoba berdiri namun lututnya lemas. “Apa yang dia mau? Apa benar dia ayahku?” Kaito tidak langsung menjawab.
Ia merogoh sakunya dan melemparkan sesuatu ke lantai kunci kecil yang sama seperti yang Kenji lihat di depan kelas. Kenji memungutnya perlahan.
“Aku menemukannya di fasilitas bawah tanah,” kata Kaito.
“Kenapa kau serahkan ini ke aku?” Kenji menatapnya curiga.
Kaito menghela napas. “Karena itu milikmu. Karena hanya kau yang bisa membuka ruangan itu.”
Ia menunjuk kunci itu.“Ruangan terakhir keluarga Takatori.”
Kenji memelototinya. “Kau bicara seolah aku adalah bagian dari mereka.”
Kaito mengangkat wajah. “Kau memang bagian dari mereka.”
Hening menyelimuti ruangan seperti selimut berat. Kenji tidak percaya dengan apa yang Kaito katakan barusan kalau ia adalah bagian dari Takatori?
“Aku bukan Takatori,” Kenji berbisik, hampir memohon. “Aku Kenji Kazuma. Ayahku Kazuma.”
Kaito mengerutkan alis. “Kazuma … bukan ayah kandungmu.”
Kata-kata itu mengguncang seluruh dunia Kenji. Napasnya terhenti. Jantungnya berdetak sangat keras. Ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kaito, kalau dia bukan anak kandung dari Kazuma.
“Berhenti … jangan bohong,” Kenji menggeleng.
“Kalau Kazuma ayahmu,” kata Kaito pelan,
“lalu kenapa DNA-mu cocok dengan registry Takatori? Dan tidak satu pun cocok dengan garis keluarga Kazuma?” Kenji terpaku.
“A-apa maksudmu?” Kaito berdiri, mendekat. Suaranya lembut seperti jarang terjadi.
“Maksudku sederhana, Kenji.” Ia menatap mata Kenji langsung.
“Whisperer bukan hanya pemimpin Takatori. Dia … ayah kandung kita.” Dunia Kenji benar-benar runtuh. Ia merasa seolah tubuhnya jatuh dari tebing, terjun langsung ke kegelapan.
“Tidak!” Kenji mundur beberapa langkah.
Kaito melanjutkan. “Kau tidak pernah tahu karena Kazuma menghapus seluruh data kelahiranmu. Dia mencoba menyelamatkanmu. Dia tahu Whisperer menyiapkan dua pewaris: terang dan gelap. Kau adalah sisi terang, dan aku sisi gelap.”
Kenji bergetar. “Diam!”
Kaito menghentikan langkahnya dengan suaranya tetap dingin. “Kau tanya kenapa rumah Mama terbakar?”
Kaito menatap lurus. “Karena dia kabur sambil membawa pewaris terang.”
Kenji jatuh berlutut. “Berhenti … aku nggak mau dengar”
Namun ingatan mulai kembali bukan ingatan Kenji, ingatan asing sebagai bayi ia menangis di dalam ruangan gelap. Seseorang menggendongnya.
Laki-laki berat membisikkan. “Kau pewaris Takatori. Kau masa depanku.”
Kenji terkejut. Itu suara yang sama suara Whisperer. “Tidak … tidak mungkin kenapa aku mendengar itu?”
Kaito menunduk. “Karena Whisperer menanamkan memorinya di dalam kita berdua sejak kita kecil. Pewaris Takatori harus punya ingatan pemimpin sebelumnya.”
Kenji memukul lantai. “Aku bukan pewarisnya! Aku bukan dia!”
Kaito menatapnya dengan sesuatu yang hampir seperti rasa iba. “Kadang … darah tidak peduli apa yang kita inginkan.”
Tiba-tiba bzzt bzzt! Radio kecil di saku Kaito berbunyi. Ia langsung mengambil radio tersebut dan mencoba untuk mendengarkan suara yang muncul dari radionya.
Suara berat namun sangat jelas muncul. “Unit Sentry. Laporkan lokasi pewaris.”
Kaito membeku. Suara itu lagi Whisperer. “Target ditemukan di lantai dua. Pastikan dia tetap hidup.”
Kaito melihat Kenji dengan wajah tegang. “Mereka sudah mengepung gedung ini.”
Tiba-tiba terdengar dentuman keras dari luar pintu arsip, pintu bergetar dan debu berjatuhan. Mira, Yuto, dan Akira terdengar berteriak memanggil Kenji dari lorong.
Kenji berdiri dalam ketakutan. “Aku harus keluar! Teman-temanku—”
Kaito menahan bahunya. “Kalau kau keluar sekarang, mereka akan menangkapmu. Dan kalau Whisperer mendapat mu semuanya berakhir.”
Kenji menoleh ke pintu dan mendengar suara Mira berteriak: “Kenji! Di sini!”
Air mata Kenji jatuh. “Aku tidak bisa tinggal diam. Mereka bukan pewaris. Mereka tidak punya hubungan dengan Takatori. Aku harus—”
Brak! Pintu arsip terlempar ke dalam. Asap tebal memenuhi ruangan, dan sosok bertopeng putih masuk dengan langkah pelan menatap langsung ke Kenji. Kaito berdiri di depan Kenji, siap bertarung. Sentry mengangkat sesuatu, bukan pistol, bukan pisau. Melainkan kotak kecil hitam dengan cap Takatori. Ia membuka masker, memperlihatkan wajah sebagian.
Wajah itu terlalu mirip dengan Kazuma.
“Saatnya pulang, Tuan Muda Takatori.” Kenji menatapnya dengan horor.
“Tidak kau—” Sentry tersenyum tipis.
“Kami semua diciptakan dari darah Whisperer.” Kaito memegang lengan Kenji sekuat tenaga.
“Kenji, jangan melihat mata dia!” Kenji terlambat ia sudah melihat kedua mata Sentry.
Sentry menekan tombol di kotak hitam itu. “Mode aktivasi memori dimulai.”
Kenji memekik, seluruh pandangannya memutih suara Whisperer bergema di kepalanya:
“Kau milikku sejak hari kau lahir, aku akan membawamu kembali.” Tubuh Kenji tersungkur dan darah keluar sedikit dari hidungnya.
Kaito berteriak. “Kenji!
Kenji membuka mata,dan melihat dirinya berada di ruangan lain sebuah ruangan asing. Ruangan yang hanya dimiliki Takatori.
Dengan Whisperer berdiri tepat di depannya. “Selamat datang pulang… putraku.”